27.

186 11 3
                                        

Sambil berdiri dan melipat kedua tangannya di depan perut, Clara menatap city light dari lantai 15 di kamar hotel tempatnya berada.

Cahaya lampu di bawah sana terlihat semakin banyak seiring dengan malam yang semakin larut.

Saat itu, sebuah tangan tiba-tiba melingkar, membungkus tangan Clara. Danil memeluk wanita itu dari belakang dengan dagunya yang ia letakkan di pundak sang empunya.

"Aku kedinginan," kata Danil sambil sesekali men ndusel-ndul kepalanya seperti seekor kucing yang sedang bermanja. Ia juga semakin mengeratkan pelukannya.

Clara membalik badan menghadap Danil lalu melingkarkan tangannya ke leher pria itu. "Kamu harus pake baju supaya gak kedinginan," kata Clara melihat Danil yang saat ini hanya mengenakan handuk baju setelah baru saja ia mandi.

Danil kembali melingkarkan tangannya ke pinggang Clara dan menarik tubuh wanita itu agar agak mendekat. Sekarang tak ada jarak di antara tubuh mereka. "Aku gak butuh pakaian, aku cuma butuh kamu buat ngehangatin tubuh aku."

Seluruh tubuh Clara tiba-tiba merinding setelah mendengar itu, pipinya memerah, ia mengalihkan tatapannya ke sembarang arah karna salah tingkah.

"Tolong hangatin aku," kata Danil dengan nada bicara berat. Detik berikutnya ia langsung melahap bibir Clara,

You definitely know what happened next. Danil membuat bibit unggul dari gen dirinya.

Di belahan bumi lain.
Danata dengan susah payah membawa Dimas pulang ke apartemennya karna tubuh pria itu terlanjur di kuasai oleh alkohol.

Beberapa saat lalu, Danata, Dimas dan beberapa orang lainnya memainkan sebuah permainan di mana yang kalah harus menghabiskan 2 gelas minuman dengan kadar alkohol yang tinggi. Sialnya Danata kalah dan harus menghabiskannya. Tapi dengan gerakan cepat Dimas mengambil minuman itu dan langsung meminumnya. "Danil bakal bunuh aku kalo ngebiarin kamu minum minuman keras, lagian aku gak bakal mabuk hanya dengan 2 gelas minuman ini, tenang aja," kata Dimas sebelum alkohol itu mengambil alih tubuhnya.

Danata membaringkan Dimas ke atas kasur di kamarnya. Ia lalu menatap wajah pria itu sambil berkacak pinggang dan bernafas lega.

"Kak Dimas berat banget ternyata," gumam Danata lalu mulai membuka jas pria itu dan mengubah posisi tidurnya agar lebih nyaman.

Danata duduk di bibir ranjang sambil menatap Dimas yang sedang tertidur tenang. "Manusia seganteng ini rugi banget kalo gak jadi milikku," kata Danata tersenyum lebar.

"Ah, aku harus pulang," katanya lagi setelah sadar sekarang sudah larut malam.

Saat akan beranjak pergi, tiba-tiba Dimas menarik bagian belakang gaun Danata lalu menariknya dengan kencang hingga membuat bagian belakangnya robek. Danata yang terkejut lantas segera berbalik dan bum... Detik berikutnya Dimas menumpahkan cairan bersama ampasnya ke dress Danata. Dimas muntah. Tapi beberapa detik kemudian ia kembali menutup matanya dan kembali tertidur.

"Fucking--." Danata mengerutkan keningnya sambil menatap dress-nya yang penuh dengan muntah Dimas.

"Sabar Danata, if you love the sky, you should love all the weather," katanya sambil berusaha tersenyum.

Danata berjalan dengan kaku menuju kamar mandi lalu tak lama keluar hanya dengan memakai handuk yang menutupi dada sampai pahanya. Tubuhnya yang ramping dapat terlihat dengan sangat jelas.

"Aku harus pinjam baju kak Dimas," gumam Danata lalu berjalan menuju lemari pakaian yang ada di kamar itu. Kemeja putih beserta jas hitam berjejer dengan sangat rapi saat lemari itu terbuka. Ya, di sana tidak ada pakaian informal sama sekali karna Dimas menyimpannya di lemari di kamar mandi. Di lemari luar Dimas hanya menyimpan jas, kemeja beserta celana.

Lebih dari Teman (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang