26.

282 22 0
                                        

Clara keluar dari sebuah ruangan dengan memakai sebuah gaun tanpa lengan berwarna hitam dengan beberapa corak bunga. Tubuhnya yang ramping dan putih membuatnya terlihat indah memakai gaun itu. Apalagi dengan rambut yang sedikit bergelombang di ujungnya dan riasan tipis di wajahnya. Clara benar-benar terlihat seperti putri dari negeri dongeng, ia terlihat sempurna.

"Aku penasaran kebaikan apa yang pernah aku lakukan sampai mendapatkan hadiah bidadari secantik ini." Danil menatap dalam-dalam mata Clara. Ia tak bisa mengalihkan tatapannya sedikit pun dari wajah wanita itu.

Tentu saja perkataan Danil barusan sukses membuat kedua pipi Clara berubah menjadi merah, lebih merah dari blash on yang ia pakai. Saat Clara akan memukul lengan Danil karna salah tingkah, Danil menghentikannya dengan cara memegang pergelangan tangannya. Pria itu lalu mengulurkan tangan Clara di bahunya dan mendekatkan wajahnya ke wajah wanita itu. Semakin dekat wajah mereka bertemu dan akhirnya Danil mendaratkan sebuah ciuman di leher Clara hingga menyisakan bekas merah di sana.

"Aku harus meninggalkan tanda bahwa kamu milikku biar orang lain gak berani mengambilmu dariku," kata Danil yang membuat tubuh Clara mematung karna terkejut. Gaunnya yang tidak menutupi leher membuat tanda yang di berikan Danil terlihat dengan sangat jelas.

Mereka bahkan hampir lupa bahwa sedang berada di sebuah salon yang bukan mereka saja yang ada di sana. Serasa dunia milik berdua. Tapi, interaksi keduanya sukses membuat pegawai salon yang melihatnya menjadi heboh karna meras gemas. Beberapa dari mereka juga merasa salah tingkah walau bukan mereka yang ada di posisi Clara. Sudah seperti menonton drakor di dunia nyata saja.

"Lets go baby girl," kata Danil dengan suara beratnya sambil menggenggam tangan Clara dengan erat namun lembut. Malam ini Danil tidak ingin terlihat seperti anak kecil yang selalu bermanja kepada Clara. Malam ini ia ingin menjadi dewasa dan berharap Clara lah yang bermanja kepadanya.

Danil mengemudikan mobilnya dengan menggunakan satu tangan. Tangan satunya tak lepas menggenggam tangan Clara sambil sesekali menciuminya. Clara juga tidak bisa memberontak, atau lebih tepatnya ia tak ingin memberontak. Wanita itu benar-benar masih cukup shok karna baru pertama kali melihat Danil bersikap seperti ini kepadanya. Dari tadi ia hanya diam sambil melihat ke jalanan. Kata-kata yang biasanya bermunculan untuk di katakan mendadak hilang.

Danil masuk ke dalam sebuah gedung tempat pesta di adakan dengan menggenggam tangan Clara. Di ruangan dengan tema dekorasi berwarna hitam itu terlihat beberapa tamu yang sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Entah itu mengobrol, memakan hidangan yang telah di sediakan, atau hanya sekedar duduk sambil meminum sebuah minuman berwarna merah. Marjan kali yah.

"Hei Nil, udah datang?" tanya seseorang sambil menepuk pundak Danil. Danil berbalik dan mendapati Farel si pemilik acara sedang tersenyum kepadanya.

"Belum, masih di jalan, btw happy birthday ya!" balas Danil sambil mengadukan kepalan tangan dengan Farel.

"Thank you." Farel tertawa kecil. Tak lama setelah itu, 3 orang dengan 2 orang wanita dan 1 orang pria menghampiri mereka. Orang-orang itu adalah Lisa, Cleo dan Daisy, teman Danil waktu ia kuliah di Amerika.

"Danil, how are you, bro?" tanya Cleo dengan logat bahasa Inggris lalu memeluk Danil sekilas.

"Kabar baik," jawab Danil sambil mengadukan kepalan tangan dengan mereka satu persatu.

"Ini mah reuni sih." Farel tertawa kecil yang di ikuti oleh tawa ke empatnya.

"Who is she, Nil? Ara? Your friend? Orang yang selalu kamu ceritain kan?" Daisy menatap Clara sambil tersenyum ramah. Ia benar-benar yakin orang yang ada di depannya itu adalah orang yang selalu Danil ceritakan karna ia pernah melihat fotonya di rumah Danil di Amerika.

Lebih dari Teman (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang