2.

705 148 10
                                    

Di luar mobil angin berembus berusaha masuk ke dalam mobil tapi tak kunjung berhasil. Kasian.
Clara menatap mata Deon lurus-lurus dengan ekspresi lembut, ekspresi khasnya.

"Kenapa? Kayaknya serius."

"Maafin aku, aku bener-bener menyesal, 1 minggu lalu aku cemburu dan marah karna kamu sama Danil. Aku juga cemburu karna kamu sangat dekat dengan dia. Dan maaf aku gak kasih tahu kamu, sebenarnya aku pergi ke Medan sama Kila." Deon masih menundukkan kepalanya. Ia tidak berani menatap ninik mata Clara.

Clara tersenyum. "Makasih udah jujur, Anil sahabat aku dari aku masih kecil, jadi gak heran kalo aku deket sama dia. Gak ada yang aku tutup-tutupi tentang dia. Aku juga udah pernah bilang kalo aku nganggap dia udah kayak kakak aku sendiri. Aku pikir kamu juga kayak gitu sama Kila, jadi aku gak akan marah. Tapi lain kali ada baiknya kamu lebih terbuka sama aku."

"Aku tahu, tapi waktu itu pikiran jahat ngendaliin aku. Maaf, karna marah, aku minum-minum." Deon menghela napas. Tangannya mengepal karna khawatir perkataannya akan melukai Clara.

Clara kembali menyembunyikan senyumannya. Ia mulai merasa tidak enak.

"Aku minum-minum. Aku gak tahu apa yang aku lakukan, aku gak sadar dan hs dengan perempuan lain."

Clara langsung terdiam setelah mendengar itu. Ia membeku. Hawa di dalam mobil berubah menjadi dingin bahkan ketika angin tidak bisa masuk ke sana. Rasanya sakit sekali. Dan ini juga menyakitkan bagi Deon saat mengatakannya.

Mata indah Clara mulai mengeluarkan tetes demi tetes air yang kemudian mengalir melewati pipinya.

Deon semakin menundukkan kepalanya. Ia menyesal karna telah melukai hati gadis yang sangat ia cintai. "Maaf, maafkan aku, yang paling aku sesali, she is pregnant, i'm so sorry, and now aku harus bertanggung jawab."

Hati Clara semakin sakit saat Deon mengatakan itu. Ia memegangi dadanya yang merasa sesak sambil menangis. Kali ini tangisannya bersuara. Clara tak bisa menahannya lagi, ia menumpahkan semua tangisannya di mobil itu.

Saat Deon akan menyentuhnya untuk menenangkannya, Clara langsung menghindar, ia tidak ingin di sentuh oleh laki-laki yang menyakiti hatinya walau itu tidak di sengaja.

"I'm so sorry, kamu boleh mukul aku, nampar aku, atau apa saja, aku layak mendapatkannya."

Plak...
Clara menampar wajah Deon hingga membuat pipi pria itu tampak agak merah.

Gadis itu lalu mengelap air matanya dan menatap mata Deon yang sudah sendu karna Deon juga menangis karna menyesal. Hanya saja tangisnya tidak bersuara.

"Siapa? Siapa wanita itu?" tanya Clara berusaha untuk tetap tegar walau hatinya ambyar.

Deon tak menjawab. Ia hanya diam sambil menunduk.

"Aku selalu bilang kalo kamu cemburu, bilang aja supaya aku bisa jelasin biar kamu gak salah paham. Lihat, kecemburuan menghancurkanmu." Clara menghela napas sambil terus menangis. Rasa sesak di dadanya tak kunjung hilang.

"Aku gak punya alasan untuk melarang kamu bertanggung jawab. Perempuan itu Kila bukan?" Deon tak menjawab.

"Aku nanya, apa perempuan yang kamu hamili itu Kila?" tanya Clara lagi. Kali ini nada bicaranya sedikit meninggi. Tapi ia kembali tak mendapat jawaban dari pria itu.

Beberapa saat kemudian Clara membuka pintu mobil Deon dan turun lalu kembali menutup pintu mobilnya dengan cukup keras. Gadis yang tengah terluka itu berjalan melewati pinggir jalan dengan lesu dan pikiran kosong sambil menangis. Di belakangnya Deon mengikutinya dengan mobil karna merasa khawatir, tapi ia juga tak cukup berani untuk berjalan bersama Clara.

Lebih dari Teman (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang