15.

303 45 2
                                    

Clara kembali melanjutkan langkahnya, mengabaikan orang berperawakan jangkung dengan memakai setelan kemeja berbalut jas hitam yang dari tadi menatapnya sampai ia terpaksa harus kembali menghentikan langkahnya karna laki-laki berjas itu memegang lengannya secara tiba-tiba.

"Tunggu Ra," kata laki-laki itu sambil menatap lekat-lekat wajah Clara.

Clara menghempaskan tangan yang memegangnya. "Maaf?"

"Aku mau balikan." To the point laki-laki itu berucap.

Clara tersenyum sarkas saat mendengar itu karna merasa ucapan yang barusan terdengar hanya omong kosong baginya. Ia lalu beranjak pergi dari sana, tapi sebelum melangkah lebih jauh, dari arah berlawanan seseorang berjalan menghampirinya dan kembali menghentikan langkahnya.

"Eh bu Clara, pak Deon juga di sini? Kebetulan, kenalin ini pak Deon, anak dari pak CEO. Mulai sekarang beliau yang akan memimpin perusahaan ini. Maaf pak, tadi bu Clara tidak ada di kantor, jadi saya memperkenalkan kalian di sini," ucap seseorang yang baru datang barusan yang tidak lain adalah rekan kerja Clara.

Clara langsung terdiam setelah mendengar itu. Selama 2 tahun lebih ia mengenal Deon, kenapa Deon tidak pernah cerita bahwa perusahaan tempatnya bekerja adalah perusahaan ayahnya?

Deon menyodorkan tangannya, meminta berjabat tangan dengan Clara.

"Deon Deniaxa, semoga kita bisa akrab," kata Deon sambil tersenyum lebar.

Clara sempat terdiam, tadinya ia enggan untuk berjabat tangan dengan laki-laki itu, tapi ia juga tidak ingin di salah pahami oleh rekan kerjanya karna bersikap tidak sopan dengan atasannya. Dan pada akhirnya Clara menjabat tangan Deon.

Clara kembali menarik tangannya, melepaskannya dari tangan Deon yang terlihat nyaman memegang tangannya.

"Saya harus kembali bekerja, permisi," pamit Clara lalu berlalu begitu saja.

Sedangkan Deon masih terus menatap Clara dengan senyuman manisnya.

Clara mendudukkan dirinya di sebuah kursi di taman kantor dengan pohon rindang yang menjadi pelindung tubuhnya dari panasnya terik matahari siang hari ini. Sambil sesekali menyedot es kopi rasa cappucino yang tadi ia beli, Clara mengistirahatkan matanya dari laptop yang seharian ini ia tatap.

"Boleh aku duduk?" tanya seseorang tiba-tiba. Tanpa menunggu jawaban, orang itu langsung mendudukkan dirinya di samping Clara.

"Aku belum ngizinin," sahut Clara dengan wajah datar sambil menatap orang yang sekarang juga sedang menatapnya sambil tersenyum.

"Kamu cantik banget kalo lagi marah."

Clara langsung mengalihkan tatapannya. Sebenarnya ia agak salah tingkah, tapi tak ingin terbuai oleh perkataan laki-laki yang pernah menyakitinya itu.

"Benar, aku memang cantik," gumam Clara dalam hati dengan percaya diri.

"Ra, aku tahu ada banyak banget pertanyaan yang hinggap di benak kamu, tapi kamu memilih untuk menyimpannya. Tapi aku akan menjawabnya. Tolong dengarkan. Papa sakit parah dan sekarang sedang menjalani perawatan di luar negeri, jadi aku terpaksa harus menggantikannya untuk memimpin perusahaan ini." Deon menghela napas panjang sebelum ia kembali melanjutkan ucapannya.

"Kamu tahu sendiri, aku memilih memisahkan diri dari keluargaku karna ingin hidup mandiri dan memulai semuanya dari awal. Itu juga jadi alasan kenapa aku gak pernah ngasih tahu kamu bahwa perusahaan ini milik keluargaku. Waktu itu aku mikir gak ada gunanya juga aku ngasih tahu kamu tentang itu karna aku juga gak ada hubungannya sama perusahaan ini. Maafin aku Ra, aku bener-bener minta maaf buat semuanya."

Lebih dari Teman (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang