Mentari pagi bersinar menembus jendela kamar Clara, akan tetapi hal itu tak membuat kedua insan di dalamnya terganggu. Kedua makhluk itu tidur dengan posisi acak-acakan seperti biasanya. Posisi mereka membentuk huruf X dengan setengah tubuh Clara yang berada di atas tubuh Danil.
Danil membuka matanya secara tiba-tiba lalu langsung mendorong tubuh Clara dari atas tubuhnya hingga membuat wanita itu terjatuh dari atas kasur. Tapi Danil tak menghiraukannya. Ia terburu-buru berlari menuju kamar mandi.
Danil menghela napas lega setelah keluar dari kamar mandi. Tetapi kelegaannya tidak bertahan lama. Di atas tempat tidur, Clara duduk sambil melipatkan kedua tangannya di depan perut dan menatap Danil dengan tajam.
Mampus, Danil lupa jika ia sedang berpura-pura tidak bisa berjalan.
Sambil menatap laki-laki itu dengan tajam, Clara bangkit dari duduknya, hendak berjalan ke luar kamar.
"Aku bisa jelasin," kata Danil sambil menghampiri Clara dan menghadangnya untuk tidak keluar. Seperti di drama-drama ketika sang pacal melakukan kesalahan. Tinggal di tambahkan slowmo.
"So dramatis," balas Clara sinis.
"Jangan marah Ra, aku salah lagi, aku minta maaf."
"Brengsek." Clara menendang kaki Danil hingga membuat pria itu bertekuk lutut sambil meringis.
"Denger ya, terus terang aku kesel sama kamu karna aku benci banget sama pembohong. By the way aku kalo marah sama kamu suka ngapain ya?" Clara berpura-pura berpikir sambil menundukkan kepalanya untuk bisa melihat wajah Danil yang berlutut di hadapannya.
"Engga Ra, please jangan!" Pria itu menggeleng sambil tersenyum dengan ekspresi menggemaskan. Ia tahu Clara akan membawanya ke sebuah penitipan kucing dan masalahnya Danil phobia terhadap kucing.
"Yaudah, selama satu bulan aku gak mau ngomong sama kamu." Ancam Clara.
"Yah Ra, jangan gitu dong." Danil benar-benar tidak bisa jika Clara marah kepadanya. Pria itu kembali berdiri lalu menatap wajah Clara.
"Aku sogok pake permintaan," kata Danil dengan ekspresi wajah serius. Berharap sogokannya di terima oleh Clara.
Danil memang suka menyogok Clara dengan sebuah permintaan yang Clara mau saat Clara marah kepadanya, dan sejauh ini Clara tak pernah menolaknya. Tapi walaupun begitu, Clara tidak pernah minta yang aneh-aneh, ia paling hanya meminta coklat, es krim, minuman, buku dan permintaan-permintaan simple lainnya. Danil juga selalu menyuruh Clara untuk minta yang lebih dari itu, misalnya mobil. Tapi Clara selalu menolak. Dan karna selalu merasa permintaan Clara tidak sepadan dengan kesalahannya, oleh karna itu saat Clara menginginkan sesuatu, Danil akan membeli dengan toko-tokonya dan menyuruh orang untuk menjalankan usaha toko yang di belinya atas nama Clara. Dan Clara tak pernah tahu soal itu.
"Aku gak pernah bisa nolak, yaudah aku mau ayam geprek, 5 menit harus langsung dateng, tapi di gepreknya di Korea."
"Yang bener aja Ra." Danil membulatkan matanya.
"Canda," kata Clara sambil tersenyum puas melihat ekspresi Danil. "Aku mau kopi dari cafe dari mata ke hati aja."
"Oke, tunggu aja," kata Danil antusias lalu melihat ke arah jam dinding di kamar itu. "Eh aku udah telat ke kantor." Pria itu langsung berlari lagi ke kamar mandi.
***
Clara berjalan menuju kantor Danil. Ia lapar tapi tak ingin makan sendirian. Danata sedang sibuk dan ia tidak ingin mengganggu Devi yang sedang belajar membuat kue.
"Permis--."
"Eh, pak Danil ada di ruangannya Bu, silahkan saya antarkan ke ruangannya." Clara menaikkan alisnya, agak terkejut dengan respon resepsionis yang sangat ramah kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih dari Teman (On Going)
Ficção Adolescente[Yuk bisa yuk minimal di follow dulu] Takdir memang sulit di tebak. Danil dan Clara yang awalnya hanya sepasang sahabat, sekarang mereka menjadi sepasang suami istri. "Ra, apa aku serakah jika menginginkan lebih?" Danil menghela nafas berat sebelum...