8.

437 64 15
                                    

1 minggu kemudian Clara pindah ke rumah Danil dan ia di sambut dengan sangat baik oleh keluarga Danil.

Awalnya Clara memutuskan untuk tinggal di rumahnya saja, tapi ia tidak enak dengan ayah dan ibu Danil dan memutuskan untuk tinggal di rumah Danil saja. Tapi setiap seminggu 1 atau 2 kali, ia akan menginap di rumahnya sambil bersih-bersih.

Sebenarnya rumah Danil sangat besar dengan 3 lantai. Danil dan ayahnya adalah seorang pengusaha yang sukses. Ibunya pun berasal dari keluarga kaya. Jika di ibaratkan 5 rumah besar yang sama saling berdempetan, kamar Danil ada di rumah ke 5 sedangkan kamar orang tuanya ada di rumah ke 1.
Kamar Danil ada di lantai 2 dan kamar ibunya ada di lantai 1.

Danil keluar dari kamar mandi dengan memakai kaos tangan pendek hitam dan celana kain panjang putih tulang sambil mengelap rambutnya yang basah. Suamiable banget pokoknya. Ia lalu melirik Clara yang sedang membereskan barang-barang pindahannya.

"Lagi beres-beres Ra? Letakin barang-barang pajangan kamu seperlunya aja ya, aku gak mau kamar aku jadi kayak kamar perempuan," kata Danil sambil menatap barang-barang Clara yang ada di kamarnya.

"Kalo gitu aku jadi punya niatan buat ubah kamar kamu jadi kamar perempuan." Clara tersenyum mengejek sambil menatap Danil yang juga sedang menatapnya dengan sinis.

Danil mendudukkan dirinya di sebuah kursi di depan Clara sambil membuka sebuah camilan yang sudah tersedia di kamarnya. "Jadi Ra, hubungan kita mau gimana ke depannya?"

Clara menghentikan kegiatannya lalu terdiam selama beberapa detik. "Aku belum mikirin itu."

Danil menahan kunyahannya lalu menatap Clara dalam-dalam. "Mau bercerai?"

"Boleh," balas Clara sambil balik menatap Danil.

"Oke, nanti aku bilang sama Bunda."

"Tapi alasannya apa? Bunda pasti bakal nanyain alasannya."

"Apa ya? Bilang aja kita berdua gak saling mencintai, sedangkan di dalam sebuah hubungan harus ada cinta."

"So puitis tapi cerdas, bintang yang ada di langit buat kamu semua." Clara mengacungkan jempol.

"Kalo gitu ayo bilang ke Bunda sekarang, biar aku gak perlu beres-beres lagi kalo kita cerai."

Danil kembali berhenti mengunyah dan menatap Clara. "Setelah cerai kamu mau tinggal di mana?"

"Ya di rumah Mama lah, di mana lagi?"

"Sendirian?"

"Ya iyalah, emangnya kamu mau ikut?" Clara menaikkan kedua alisnya sambil melirik Danil. Menggodanya.

"Kamu tinggal di sini aja," balas Danil dengan polosnya yang membuat Clara langsung menatapnya.

"Bodoh, masa aku tinggal sama mantan suami."

"Mama udah nitipin kamu sama aku."

"Kamu bisa kok datang ke rumah aku, lagian aku juga gak bakal kenapa-kenapa, tenang aja."

"Gak, aku gak mau, yaudah kita gak jadi cerai," kata Danil sambil beranjak pergi dari sana.

"Loh, mana bisa gitu, Anil, hei," teriak Clara tapi tak di hiraukan Danil.

Clara turun ke lantai bawah untuk membantu memasak makan malam setelah selesai berbenah di kamar Danil. Tapi saat akan membantu, ia malah di usir oleh Devi dan di suruh untuk istirahat saja karna Clara pasti lelah setelah beres-beres di kamar Danil. biar pembantu saja yang memasak katanya.

"Besok kita semua bakal liburan ke Bandung," kata Devi tiba-tiba saat mereka sedang makan malam bersama.

"Asikkk," sorak Danata.

Lebih dari Teman (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang