Danil membuka matanya secara perlahan. Ia lalu menghela nafas dan seperti biasa melirik ke arah samping untuk melihat Clara. Tetapi kali ini pun wanita itu tidak terlihat ada di sana. Danil menguap lalu bangun dari posisi tidurnya. Pria itu masih mengantuk, tapi tubuhnya refleks bangun untuk mencari keberadaan Clara.
Danil berjalan ke arah teras dan mendapati Clara sedang duduk sambil menikmati udara pagi di sana. Tapi ia tidak menghampirinya dan lebih memilih untuk pergi mandi. Danil orangnya memang random sekali jika bangun tidur.
Danil membuka pintu keluar kamar mandi sambil mengelap rambutnya yang basah dengan handuk setelah selesai mandi. Setelah ia keluar, matanya langsung menangkap sosok Clara yang tengah duduk di atas kursi sambil memainkan ponsel.
"Sekarang harusnya kamu kerja ya? I'm sorry, harusnya aku gak ngajak nginep," kata Danil yang membuat Clara yang sedang fokus dengan ponselnya langsung meliriknya.
"Aku baik hati dan tidak sombong, jadi di maafin. Tapi lagian aku masih males buat ke kantor," jawab Clara acuh tak acuh.
Danil tersenyum mendengar itu. Ia tahu di kantor ada Deon dan laki-laki itu yakin Clara malas ke kantor karna malas bertemu Deon.
"Sebelum pulang ayo sarapan dulu," kata Danil bersemangat.
"Ayo."
Setelah menyarap bersama, mereka langsung kembali untuk pulang ke rumah. 2 jam lebih di perjalanan, Danil dan Clara tiba di kediaman miliknya. Tapi belum juga Danil mendudukkan dirinya setelah tiba di kamarmya, salah seorang pembantu datang dan memberitahukan ada tamu untuknya.
"Eh Dimas, ayo duduk Dim." Devi tersenyum sambil mempersilahkan Dimas duduk setelah tadi menyuruh salah seorang pembantu untuk memanggilkan Danil.
“Apa kabar Tante?” Dimas mencium tangan Devi sebagai bentuk kesopanannya lalu duduk di atas kursi panjang yang ada di ruang tamu.
“Baik baik, eh mau minum apa Dim?” tanya Devi sambil ikut duduk tak jauh dari tempat Dimas duduk.
"Air putih aja Tante." Seperti biasa Dimas selalu berusaha bersikap sesopan mungkin saat datang ke rumah itu. Dan karna hal itulah keluarga Danil sangat menyukainya.
"Bibi, tolong ambilin air putih sama makanan."
Saat itu Danata masuk ke dalam rumah dan tak sengaja melihat Dimas sedang mengobrol dengan ibunya. Dan tentu saja gadis itu penasaran apa yang membawa Dimas sehingga laki-laki itu datang ke rumahnya.
Danata menatap Dimas dalam-dalam sambil berjalan secara perlahan menghampirinya.
"Jangan bilang kak Dimas mau ngelamar aku," gumam Danata dalam hati sambil kegirangan.
“Eh, ini Ana? Ya ampun kamu udah gede aja, padahal dulu dia kecil banget, sekarang udah sebesar ini aja yah Tan?” kata Dimas tertawa kecil sambil menatap Danata. Dan tawanya itu langsung membuat hati Danata bergetar hebat saking manisnya.
"Tapi kita kemarin ketemu kak," balas Danata dengan polosnya yang membuat Dimas langsung menghentikan senyumannya dan membuat keadaan menjadi hening seketika.
"HAHAHA iyakah? Maaf aku lupa." Dimas kembali tertawa dengan canggung. Kenapa ia bisa lupa segala sih?!
Saat momen itu Danil datang menghampiri mereka.
"Awas bocil." Danil mendorong tubuh Danata karna gadis itu menghalangi jalannya. Dan kali ini Danata hanya tersenyum, berusaha untuk tidak melawan untuk menjaga imagenya di depan Dimas.
“Tumben ke sini, biasanya kamu selalu nolak kalo di ajak mampir,” kata Danil sambil duduk tak jauh dari tempat Dimas duduk.
"Ngajaknya selalu di waktu yang gak tepat sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih dari Teman (On Going)
Teen Fiction[Yuk bisa yuk minimal di follow dulu] Takdir memang sulit di tebak. Danil dan Clara yang awalnya hanya sepasang sahabat, sekarang mereka menjadi sepasang suami istri. "Ra, apa aku serakah jika menginginkan lebih?" Danil menghela nafas berat sebelum...