28.

251 9 3
                                        

Sekarang Danil, Clara dan Dimas sudah duduk di atas kursi di ruang tamu di apartemen Dimas.

Dari sejak masuk apartemen sampai detik ini, Dimas tak sekalipun berani menatap mata Danil maupun Clara. Ia hanya menunduk atau melihat ke sekelilingnya.

"Kamu kenapa Dim? Sakit apa?" tanya Danil yang hanya mendapat jawaban gelengan kecil dari pria itu.

Beberapa detik selanjutnya tak ada yang bicara di antara mereka.

"Nil, aku mau ngomong," kata Dimas sambil mengepalkan tangannya. Keberanian untuk Bicara ini sudah ia kumpulkan dari lama.

"Kenapa?"

"Malam itu..." Dimas menceritakan semua yang ia ingat saat malam dimana ia mabuk.

Sambil mendengarkan, Clara malah sibuk memegang lengan Danil yang mulai bergetar seolah siap menghantam pria di hadapannya. Bagaimana tidak, ini melibatkan adik kesayangannya, Danata.

Sampai pada puncak cerita, Clara tak bisa menahan tubuh Danil lagi, amarah pria itu terlalu kuat untuk bisa Clara tahan.

Danil berdiri lalu mulai mendaratkan pukulan di wajah Dimas. Tiga sampai empat pukulan berhasil ia loloskan. Untungnya Clara bisa menghentikan pria itu sebelum Dimas mati di tangannya. Ya sebenarnya Danil juga tak akan tega untuk membunuh Dimas.

Clara membalik tubuh Danil lalu memeluknya untuk meredamkan amarahnya.

"Anil udah, sabar, dia sahabat kamu kalo kamu lupa," kata Clara menenangkan sambil mengusap-usap punggung pria itu.

"Dia berani melakukan hal itu dengan Ana, mana mungkin aku bisa sabar," balas Danil berusaha mengontrol emosinya.

"Dimas bilang dia tak ingat kejadiannya, bisa saja kejadiannya gak seperti yang kamu pikirkan." Clara melepaskan pelukannya sambil menggenggam kedua tangan Danil.

Saat itu juga pintu terbuka dan menampilkan Danata yang sedang tersenyum. Tapi senyumannya langsung pudar ketika melihat Dimas yang sedang terbaring tak sadarkan diri.

Lantas gadis itu berlari menghampirinya. Ia bahkan menjatuhkan tas berisi kemeja Dimas yang akan ia kembalikan saking paniknya.

"Apa yang terjadi?" tanya Danata panik sambil membawa kepala Dimas ke pangkuannya. Ia semakin panik saat melihat bercak-bercak merah pada wajah pria itu.

Danil hendak membawa Danata menjauh dari Dimas, tapi dengan gerakan cepat Clara menggenggam tangan Danil dan menghentikannya.

Dimas kembali membuka matanya sambil terbatuk-batuk karna merasa sesak atas pukulan Danil tadi. Ia kemudian bangun dan duduk di samping Danata.

"Kamu tenang aja Nil, aku bakal tanggung jawab," kata Dimas. Ia lalu meraih tangan Danata dan menggenggamnya.

"Aku bakal menikahinya," katanya. Danata yang tak mengerti apa-apa lantas mengerutkan dahinya, bingung.

"Bentar, tanggung jawab apa?" Gadis itu melirik Danil, Dimas dan Clara secara bergantian.

"Malam itu, kamu pasti kesakitan. Aku minta maaf." Dimas menatap wajah Danata dengan lembut.

"HEI," Danil berusaha kembali maju untuk memukul Dimas, tapi Clara kembali menariknya untuk menghentikannya.

"Ini maksudnya apa sih?" Danata semakin di buat bingung.

"Malam itu, kita melakukan hal yang sudah sangat jauh, kan? Gapapa, kamu gak usah takut, aku bakal tanggung jawab."

"HAHAHAHAHHA," Danata tertawa sekencang-kencangnya dan membuat ketiga orang yang ada di sana menatapnya keheranan.

Lebih dari Teman (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang