Clara berlari menuruni tangga menuju dapur dengan masih memakai piyama tidur. Wanita itu bahkan belum sempat mencuci wajah.
"Pagi Bun," sapa Clara begitu tiba di dapur.
"Pagi sayang, kamu gak ke kantor hari ini?" tanya Devi heran karna biasanya jam segini Clara akan sudah berpakaian rapi untuk berangkat ke kantor. Tapi sekarang ia masih mengenakan piyama merah muda dengan rambut acak-acakan dan muka bantal khas orang baru bangun tidur.
"Aku mau nyiapin bekal buat Anil," balas Clara sambil tersenyum dan hal itu langsung membuat ibunya ikut tersenyum.
Clara mulai memotong, mencuci beberapa sayuran dan mulai memasak.
"Gimana Anil?" tanya Devi sambil sibuk dengan masakan masing-masing.
"Gimana apanya, Bun?"
"Bunda sama ibu kamu ngejodohin kalian karna kami berdua ngerasa kalian cocok, ibu kamu juga percaya kalo Anil bisa ngejagain kamu setelah dia pergi. Tapi kalo Anil nyakitin kamu, bilang aja sama bunda, nanti bunda marahin dia," kata Devi sambil menancapkan pisau ke atas pemotong sayuran hingga membuat Clara tertawa.
"Kalo kalian ngerasa gak cocok, Bunda juga gak bakal ngelarang kalian buat pisah. Tapi Bunda harap kalian gak pernah berpisah. Kalo ada masalah, bicarain secara baik-baik, atau kalo kalian gak bisa selesain, kalian boleh cerita ke Bunda, siapa tahu Bunda juga gak bisa nyelesain," kata Devi lagi yang kembali membuat Clara tertawa.
"Yang ini serius, kalo kalian punya masalah yang gak bisa di selesain, kalian boleh cerita ke Bunda. Siapa tahu Bunda bisa bantu."
"Siap bunda, makasih banyak." Mereka saling berpelukan sebentar lalu kembali fokus ke masakan masing-masing.
***
"Nih, bawa lagi tempatnya, ini tupperware kesayangan aku, jadi jangan sampai ilang. Awas aja kalo ilang, aku bunuh kamu." Clara menyerahkan sebuah tas berukuran sedang berwarna hitam yang berisi makanan yang sudah ia siapkan tadi kepada Danil.
"Siap bu boss!" ucap Danil sambil memberi hormat.
"Yaudah berangkat."
"Kiss perpisahan dulu," ucap Danil dengan polosnya.
"Heh!" Clara langsung memukul lengan Danil hingga membuat pria itu meringis.
Memang tidak ada yang salah dengan ucapan Danil, hanya saja situasinya yang tidak tepat karna sekarang mereka sedang berada di meja makan bersama ayah, ibu dan adiknya.
"Ku rasakan dunia milik berdua," celetuk Danata dengan nada bernyanyi sambil asik makan.
Clara menutup wajahnya dengan tangannya karna merasa malu. Sedangkan ibu dan ayahnya menahan tawa melihat tingkah anak-anak mereka.
***
Sambil sesekali tersenyum dan melirik tas hitam yang ia bawa, Danil berjalan ke dalam kantornya sampai tiba-tiba ia menghentikan langkahnya karna seseorang menghentikannya.
"Aku kembali lagi ke sini." Sambil melirik sekitar, Deon tersenyum lalu menghela napas.
"Kenapa?"
"Kamu baik-baik aja?"
"Seperti yang terlihat. Aku belum sempat mengucapkan terima kasih waktu itu. Terima kasih."
"Aku gak akan pernah berhenti mencintai Clara."
Danil langsung membulatkan matanya setelah mendengar itu. "Apa katamu?"
"Aku akan terus mengejarnya sampai aku benar-benar lelah dan memilih untuk menyerah. Mari kita bersaing secara sehat." Deon menepuk pundak Danil lalu tersenyum dan pergi begitu saja dari sana. Sedangkan Danil hanya diam membeku. Ia masih mencerna ucapan Deon barusan.
![](https://img.wattpad.com/cover/308181507-288-k854714.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih dari Teman (On Going)
Fiksi Remaja[Yuk bisa yuk minimal di follow dulu] Takdir memang sulit di tebak. Danil dan Clara yang awalnya hanya sepasang sahabat, sekarang mereka menjadi sepasang suami istri. "Ra, apa aku serakah jika menginginkan lebih?" Danil menghela nafas berat sebelum...