30.

225 11 2
                                    

Danata menghela nafas panjang. Ia harus mengumpulkan keberanian untuk berbicara dengan kakaknya itu.

"Hehehe, boleh gak kakak ngebujuk kak Dimas buat pergi kemah?" tanya Danata yang membuat Danil langsung menatapnya. Danata sampai melepaskan pelukannya karna takut Danil akan memukulnya.

"Apa?"

"Tunggu, jangan emosi dulu, kak Dimas ulang tahun Minggu depan, kakak emang gak mau nyiapin kejutan buat dia? Dia sahabat kakak lho," kata Danata yang membuat Danil agak tenang.

"Nyiapin kejutan gak harus pake pergi kemah, Ana!" Danil kembali berbalik dan menatap laptopnya. Situasi mencekam barusan mulai terasa aman lagi bagi Danata.

"Ah padahal tadinya aku mau sambil mewujudkan salah satu wish list kak Ara yang mau pergi kemah. Ana juga mau bantu kak Anil supaya kak Ara makin sayang sama kakak, kalo kak Anil gak setuju yaudah deh gapapa," kata Danata sambil menghela nafas berat dengan ekspresi wajah kecewa. Ia sedang berakting agar kakaknya setuju untuk pergi kemah.

Danil berfikir dan sepertinya terpengaruh oleh ucapan Danata barusan. Danata tak pernah gagal untuk membuat sang kakak setuju saat ia menginginkan sesuatu.

"Yaudahlah terserah kamu aja," kata Danil akhirnya. Seperti yang Danata harapkan.

"Setuju?"

Danil mengangguk.

Danata kembali memeluk lelaki itu sambil mencium pipinya. "Makasih kakakku sayang," kata Danata lalu berlari kegirangan keluar ruangan Danil. Sang kakak hanya bisa menghela nafas sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

19.00 WIB
Danil memarkirkan mobilnya di depan rumah Clara. Sambil berjalan masuk menuju pintu, Danil menekan sebuah tombol di kunci mobilnya untuk membuat mobil itu terkunci.

Clara yang mendengar suara mobil langsung berlari dari dalam kamarnya menuju ke depan pintu, menuruni satu persatu anak tangga.

Setelah sampai, wanita itu langsung memeluk Danil dengan sangat erat. Ia kemudian memegangi kedua pipi Danil dengan kedua tangannya dan langsung mencium setiap sudut wajah pria itu.

Danil yang baru saja datang sempat terkejut, tapi ia tetap diam sampai Clara selesai menyambutnya. Danil menyukainya.

Sebenarnya hari ini Clara tidak masuk kerja karna sakit. Ia terkadang pusing juga mual. Tadinya Danil juga ingin mengambil cuti untuk membawa Clara ke rumah sakit, tapi Clara menolak dan katanya ia hanya butuh istirahat saja.

"Kenapa cintaku? Kamu seneng banget kayaknya," tanya Danil sambil melingkarkan tangannya di pinggang Clara.

Clara melepaskan tautan tangannya di leher Danil lalu menuntun pria itu untuk berjalan ke arah meja makan.

"Makan dulu," kata Clara sambil menarik salah satu kursi lalu mendudukkan prianya ke atas kursi.

Clara ikut duduk di samping Danil. Ia menahan dagu dengan salah satu tangannya sambil memperhatikan Danil yang sedang makan.

Clara menolak untuk makan bersama dan memilih untuk memperhatikan Danil makan saja karna ia sudah makan lebih dulu.

"Kenapa sih Ra? Aku jadi takut," tanya Danil di sela-sela memakan makanannya yang hanya mendapat jawaban gelengan kecil beserta senyuman manis dari Clara. Sebenarnya ia jadi tegang di tatap seperti itu oleh wanitanya.

Beberapa kali Clara juga menambahkan lauk pauk ke piring Danil sampai piringnya itu terisi penuh. Danil memang menyukai masakan Clara, tapi jika makan sebanyak itu, bisa-bisa ia mati kekenyangan.

"Makan yang banyak ya!" kata Clara.

Sekarang Clara sedang bersandar ke sandaran ranjang di atas kasur sambil memainkan ponsel, menunggu Danil selesai mandi setelah tadi selesai makan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lebih dari Teman (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang