Clara langsung melepaskan ciumannya secara sepihak, tapi sayangnya sekretarisnya itu sudah melihat segalanya.
Clara juga refleks mendorong tubuh Danil agar menjauh hingga membuat pria itu hampir terjatuh, untung saja Danil masih bisa menyeimbangkan tubuhnya.
"Gosip yang menyebar itu berarti bener, mereka sudah menikah," gumam sekretaris Danil dalam hati sambil gemas sendiri.
Tak banyak yang tahu tentang pernikahan Danil dan Clara. Mereka tak mempublikasikan hubungannya, pernikahannya juga hanya di hadiri oleh keluarga dan orang-orang terdekat yang sudah di anggap seperti keluarga sendiri saja. Seperti Dimas contohnya. Danil dan Clara sendiri yang memintanya setelah mereka berdiskusi.
Karna ini perjodohan, mereka takut pernikahannya tak akan bertahan lama, sedangkan mereka sendiri pun tahu, perceraian adalah aib, apalagi ketika tidak ada masalah serius yang terjadi di pernikahan mereka.
Tapi walaupun hanya di ikuti oleh keluarga, pernikahan mereka cukup meriah sebenarnya.
"Maaf menggangu Pak, Bu, saya membawa makanan dan minuman untuk Bu Clara," kata sekretaris setelah ia terdiam cukup lama. Tersadar pun karna tatapan Danil yang seolah siap untuk membunuhnya. Sial, setelah ini ia pasti akan di marahi lalu di pecat. Ah sepertinya itu terlalu berlebihan.
Sekretaris Danil berjalan masuk lalu meletakkan makanan dan minuman yang ia bawa ke atas meja dengan buru-buru.
"Saya permisi," katanya sambil menunduk takut lalu berjalan keluar.
Danil mengubah ekspresi wajahnya menjadi cemberut setelah sekretarisnya itu pergi. Clara yang menyadari itu langsung mendekatinya.
"Aku minta maaf, tadi aku refleks karna kaget," kata Clara sambil menatap mata Danil dan memegang tangannya.
"Aku maafin," kata Danil lalu kembali menarik tubuh Clara mendekat hingga membuat tubuh mereka tak berjarak.
Danil kembali akan mendaratkan sebuah ciuman di bibir Clara, tapi dengan gerakan cepat Clara menghentikannya dengan mengarahkan ke lima jarinya ke mulut pria itu.
Clara menutup mulutnya lalu berlari ke dalam kamar mandi yang ada di ruangan itu. Ia tiba-tiba merasa mual.
"Sayang, kenapa?" tanya Danil setelah mengikuti Clara masuk sambil memegang lengan dan merapikan rambut yang menutupi wajah wanita itu.
"Aku mual banget," kata Clara sambil berusaha mengatur nafasnya.
"Kita ke dokter yah?!"
Clara tersenyum, menunjukkan gigi-giginya yang putih dan rapi sambil memegang perutnya. "Gak usah, kayaknya aku cuma laper aja hehe."
"Kamu belum makan siang?" tanya Danil sambil melirik jam di pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul setengah 3 sore.
Clara menggeleng sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Ya ampun Ra, kamu ha--." Clara meletakkan tangannya di mulut Danil, menghentikan pria itu untuk bicara.
"Jangan marahin aku please," kata Clara sambil memelaskan wajahnya, senjata untuk membuat Danil luluh.
Danil menghela nafas lalu menuntun tangan Clara keluar kamar mandi.
"Kamu mau makan apa? Biar aku pesenin."
"Gak usah, aku makan sambil pulang ke kantor aja," jawab Clara sambil melahap makanan yang di bawa sekretaris Danil tadi.
"Yaudah ayo, aku anterin."
18.25 WIB.
Danil dan Clara masuk ke dalam apartemen Dimas setelah pintu di buka dari dalam oleh Danata."Kamu belum pulang dari kemarin?" tanya Danil sambil menatap Danata dengan tajam. Ia siap untuk memarahi adiknya itu jika pertanyaannya di jawab iya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih dari Teman (On Going)
Teen Fiction[Yuk bisa yuk minimal di follow dulu] Takdir memang penuh kejutan yang tak terduga. Danil dan Clara, yang dulu hanya sepasang sahabat biasa, kini telah berubah menjadi sepasang suami istri yang saling melengkapi. "Ra, apa aku serakah jika aku mengin...