Clara duduk di atas kursi di ruang keluarga. Sejenak ia terdiam, melamun sampai membuat pipinya menjadi memerah. Sebenarnya Clara sedang memikirkan ucapan Danil beberapa saat lalu saat di bandara. Ucapan yang saat ini membuatnya menjadi salah tingkah sendiri saat memikirkannya.
"Hihihihi duar." Danata tiba-tiba muncul dan duduk di samping Clara.
"Dengarkanlah," sahut Clara yang langsung membuat keduanya tertawa.
"Belanja yu kak, Ana yang teraktir, kakak boleh beli apa aja. Ayo boros satu hari aja," ajak Danata bersemangat sambil memegang lengan Clara --membujuknya.
"Boros itu gak baik, tapi ayok, tapi beneran nih kamu yang neraktir?" Clara menaikkan alisnya sambil menatap Danata yang tersenyum lalu mengangguk.
"Kalo gitu kajja."
Danata menghela nafas panjang lalu memelaskan wajahnya. Sekarang ia sedang duduk di dalam mobil sambil menatap Clara yang sedang sibuk memakan chicken 1 ember penuh. Beberapa saat lalu Danata mengajak Clara untuk boros, dan ini boros yang Clara maksud.
"Maaf ya Ana, kakak boros banget," kata Clara di sela-sela memakan salah satu chikennya sambil tersenyum menunjukkan gigi-giginya. Harga 1 ember chicken itu bahkan tidak lebih dari 300 ribu.
"Ya ampun kak, ini mah bukan boros, ayo kita belanja ke mol." Danata menghela nafas lalu kembali mengemudikan mobilnya.
Clara berjalan di dalam mol dengan membawa banyak belanjaan di tangannya. Danata pun sama. Mereka menghabiskan seharian ini untuk melihat-lihat lalu membelinya jika tertarik.
"Makasih kak." Danata tersenyum lebar, tapi tidak lebih lebar dari cintaku padamu, ea.
"Buat apa?"
"Pokoknya makasih aja."
Sebenarnya sebelum berangkat ke Paris, Danil menitipkan salah satu dari ke dua blackcare nya kepada Danata. Katanya jika Clara butuh sesuatu, pakai blackcare nya saja. Awalnya Danata menolak dan menyuruhnya untuk memberikannya langsung saja kepada Clara, tapi Danil bilang lagi Danata boleh belanja sepuasnya jika Clara belanja banyak. Makin banyak Clara belanja, makin banyak juga Danata boleh belanja menggunakan blackcare itu. Tapi dengan syarat Danata tidak boleh memberi tahu Clara bahwa blackcare itu milik Danil.
Sekarang Clara dan Danata sedang duduk di sebuah cafe yang tidak terlalu ramai namum juga tidak sepi sambil menikmati pemandangan matahari yang hampir tenggelam.
Sambil sesekali meneguk kopi dan menikmati senja yang saat itu kebetulan menunjukkan keindahannya, Danata tersenyum lalu melirik ke arah Clara.
"Kak Ara, kakak nyadar sesuatu gak?" tanya Danata yang membuat Clara balik meliriknya.
"Apa?"
"Kak Anil jatuh cinta sama kakak."
Clara membulatkan matanya saat mendengar itu. Ia sudah tahu Danil jatuh cinta kepadanya. Tapi bagaimana bisa Danata mengetahuinya?
Clara berdeham sebelum kembali berbicara. "Tadi waktu di bandara, Anil bilang dia suka sama kakak."
"Serius?" Kali ini Danata yang membulatkan matanya karna terkejut.
"Dia bilang bakal nagih jawabannya saat pulang nanti."
"Terus? Kakak bakal jawab apa?" Danata menatap wajah Clara dalam-dalam, berharap mendapat jawaban yang ia harapkan. Gadis itu benar-benar men-ship hubungan Clara dan kakaknya.
"Ah gak tahu, aku pusing." Clara kembali meneguk kopinya, berusaha keluar dari tatapan Danata karna ia salah tingkah.
"Ana yakin kakak juga jatuh cinta sama kak Anil." Danata ikut meneguk kopinya dengan wajah santai. Padahal aslinya ia sangat bahagia karna kapalnya akan segera berlayar.
![](https://img.wattpad.com/cover/308181507-288-k854714.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih dari Teman (On Going)
Teen Fiction[Yuk bisa yuk minimal di follow dulu] Takdir memang sulit di tebak. Danil dan Clara yang awalnya hanya sepasang sahabat, sekarang mereka menjadi sepasang suami istri. "Ra, apa aku serakah jika menginginkan lebih?" Danil menghela nafas berat sebelum...