16.

309 41 1
                                        

Clara berlari menuju sebuah mobil yang terparkir di sebuah parkiran mol setelah memarkirkan mobilnya.

“Kak Ara?” sapa seseorang dengan raut wajah lega karna kedatangan Clara.

“Ana, kenapa?”

Danata memegang pergelangan tangan Clara. “Kak, aku harus gimana? Aku gak sengaja nabrak mobil ini.” Jari telunjuk Danata menunjuk sebuah mobil berwarna hitam yang terlihat mahal yang berada di sampingnya. Atau harga dari mobil itu mungkin akan turun derastis karna bagian belakangnya rusak cukup parah.

Clara menelan ludah karna melihat kerusakan yang ada pada mobil itu. Ia jadi ikut gugup.

“But, are you okay?” tanya Clara sambil mengamati tubuh Danata, khawatir ada yang luka.

“I'm ok."

Clara menghela napas lega. “Syukurlah, orang yang punya mobilnya mana?”

I don't know, dari tadi aku tungguin tapi gak muncul-muncul.”

“Jangan khawatir, aku akan panggil An--.“

“Jangan panggil kak Anil, please!"

“Kenapa?”

“Ini mobil baru yang di beliin ka Anil, Ana takut kak Anil marah karna mobilnya rus—.“

Belum juga menyelesaikan ucapannya, Danata lebih dulu membeku karna tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di depan mereka dan seorang pria dengan berpakaian kaos putih polos berbalut jas hitam turun dengan gagahnya. Siapa lagi orang itu kalo bukan Danil. Ia langsung menghampiri Clara dan Danata begitu turun.

“Ana, kamu gapapa?” tanya Danil khawatir sambil memegang kedua pundak Danata.

Danata mengangguk lalu menatap Danil dengan tatapan heran sekaligus gugup. “Kok kakak tahu Ana ada di sini? Kak Ara kasih tau kak Anil?”

Clara menggeleng, "Enggak."

“Kakak ngikutin kak Ara?"

“E-engga lah, buat apa juga kakak ngikutin Ara? Gak ada kerjaan banget," kata Danil agak gugup yang membuat Clara langsung menyipitkan matanya sambil menatap Danil. Sebenarnya pria itu memang mengikuti Clara secara diam-diam dari semenjak Clara berangkat bekerja karna overthingking tentang ucapan Clara tadi malam.

"Kakak habis beli sesuatu tadi, kebetulan liat kalian di sini," kata Danil, mencari alasan.

"Mencurigakan." Danata menyipitkan matanya karna curiga.

Danil langsung mengalihkan tatapannya, menatap mobil yang baru di belinya untuk dapat keluar dari kecurigaan kedua wanita yang bersamanya itu. Atau mungkin harga mobilnya juga akan turun seperti mobil yang di tabrak Danata karna rusak cukup parah.

“Sial, padahal ini baru," gerutu Danil dengan wajah memelas.

“Maaf kak, Ana kesenengan mau nyoba mobil baru, tapi malah nabrak. Kakak gak bakal hukum Ana kan?” Danata ikut memelas sambil memaksakan senyumannya.

“Ini mobil ke 3 yang udah kamu rusak. Harusnya kakak gak beliin kamu mobil dulu. Udah kakak bilangin belajar mengemudi yang bener dulu, hari ini kamu harusnya belajar mengemudi kan? Kenapa ada di sini hah? Bolos lagi? Kakak gak masalah sama mobilnya, gak peduli mau rusak atau apa pun karna kakak bisa beliin lagi. Tapi nyawa kamu, nyawa gak bisa di beli, Ana! Kamu jangan niru si patrick yang selalu gagal mengemudi dong." Danil kembali melirik Danata lalu mengomelinya.

"Spongebob kak, patrick sekali mengemudi langsung dapet sim kok," bela Danata sambil menunduk, tak berani menatap wajah kakaknya.

"Iyah, spongebob maksudnya. Kamu harusnya contoh patrick tuh."

Lebih dari Teman (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang