______Janus______
"Stress!"
Bukan hanya aku yang terkejut dengan umpatan Teresa, namun Kak Januar dan Valerie juga nampak syok mendengarnya.
Terutama Kak Januar. Karena dapat kulihat jelas pupil matanya membelalak mendapati ucapan frontal dari sahabatku itu.
"Maaf, maksudnya apa ya?"
"Miif, miksidnyi ipi yi?" melihat Teresa menirukan ucapan Kak Januar rasanya aku benar-benar terhibur.
Jujur saja, Teresa benar-benar mengeluarkan apa yang tak dapat kuucapkan. Setelah menghina Kak Januar dengan tatapan sengitnya, Teresa pun masuk kembali ke dalam ruang tamu dan menyaksikan kami dari tempat duduk.
"Sel. Teman kamu sebenarnya ada masalah apa sih?"
"Sil. Timin kimi sibinirnyi idi misilih ipi sih? Ya menurut ente aja! Ngapelin pacar bawa selingkuhan! Waras ente?!"
"Aku harus bicara dengannya!" kutahan tangan Kak Januar yang ingin memaksa masuk ke dalam rumah. Karena aku tak ingin sahabat dan kekasihku terluka.
"Kenapa, Kak? Aku lihat Teresa baik-baik saja kok." tentu saja aku membela sahabatku. Toh, memang niat Teresa tidak buruk. Dia hanya tidak suka melihatku dilukai. Apalagi saat ini aku sedang dibakar cemburu melihat adik kelas itu berdiri di samping namun agak ke belakang dari posisi berdiri Kak Januar. Jadi mohon maaf saja jika kali ini aku tak berada di pihak kekasihku.
"Seharusnya yang bertanya itu justru aku kan, Kak?"
Pemuda tampan ini mengernyit. Apakah dia sebodoh itu hingga tak memahami kemarahanku?
"Kak Januar ada masalah apa sampai meninggalkanku tanpa pesan apapun di sekolah tadi siang. Dan sekarang--- Kakak datang bersama adik kakak."
Dapat kutangkap jelas raut cemas dan amarah dari wajah Valerie. Namun kuabaikan karena itu bukan urusanku. Yang sekarang sedang berurusan denganku ya ini. Si Tuan Muda Januar.
"Maaf ya, Sel." dia menggapai tanganku dan menggenggamnya erat.
"Tadi Mama memintaku pulang cepat karena ada masalah di rumah nenek."
"Valerie? Dia juga harus ikut?" kusuarakan keganjilan dalam pikiranku pada Tuan Muda ini.
"Ya. Karena ada hubungannya dengan keluarga Valerie juga. Ini saja kami baru pulang."
Dapat kupastikan itu benar adanya, jika mereka baru saja pulang. Sebab seragam masih menempel pada tubuh mereka masing-masing.
"Masalah apa, Kak?"
"Itu masalah internal keluarga. Saya rasa Kak Selen tidak perlu tahu."
"Jangan ikut menjawab Rie!" ketegasan yang amat sangat pekat menguar dari balik suara Kak Januar.
Aku merasa menang. Juga sangat senang ketika kulihat wajah Valerie nampak berang sebab Kak Januar memihakku.
"Maaf ya, Sayang. Aku belum bisa menjelaskan. Tapi yang pasti alasanku meninggalkan kamu bukan karena Valerie. Aku membawa dia ke sini agar kamu percaya."
KAMU SEDANG MEMBACA
JANUS
Teen Fiction"Jangan sampai ada yang tahu kalau kita pacaran!" "Iya, Kak." __________ "Punya otak tidak? Soal mudah seperti ini saja tidak bisa." "..." __________ "Mau jadi apa kamu, hah? Sudah punya pacar tapi keluyuran dengan laki-laki lain." "Apa kabar kamu y...