_______Janus_______
Pekan depan, kurasa waktu akan berjalan lambat, sebab Ayah tak akan berada di rumah. Gedung yang mereka sebut sebagai kantor, mewajibkan Ayah untuk menghadiri sebuah acara di luar kota.
Namun hari ini, sepertinya denting waktu akan berputar lebih bersemangat.
Ini adalah saat Tere, untuk pertama kalinya akan menemui Bumi. Kami bertukar kelingking untuk langsung melangkah ke rumah sakit sepulang sekolah. Tapi seperti biasa, aku akan mampir mengambil rekaman dari teman Bumi terlebih dahulu.
"Nih, Sel." Dia Jenny. Ketua kelas, sekaligus manusia yang selalu kurepotkan untuk merekam semua pelajaran.
"Terima kasih ya, Jen."
"Santai ... Kita sekelas bakal selalu update tugas ke Bumi. Kita yakin dia pasti bakal cepet sembuh. Iya nggak, Guyss?"
Sorak sorai tanda setuju menggelegar di belakang. Melempar senyum tanda penghormatan, aku pun berharap itu semua menjadi lonceng permulaan awal yang baru.
"Kalau begitu aku ke rumah sakit dulu-"
Bibirku terkatup.
Tubuhku berputar seratus delapan puluh derajat hingga menghadap ke belakang.
Bahuku terasa panas saat tangan seseorang mencengkramnya erat.
Lalu ...
PLAKKK!
Itu, adalah tamparan pertama yang kuterima dalam hidupku.
"Dasar perempuan menjijikkan!"
Telingaku masih berdengung. Pandanganku pun masih belum jelas. Bahkan untuk sekadar menangkap apa yang Jenny katakan, aku tak mampu.
Tapi suara gadis itu. Teriakan penuh amarah tanpa dasar yang ditumpahkan tepat di hadapanku, aku dapat mendengarnya.
Suara Valerie terdengar sangat jelas.
"Heii! Apa-apaan kamu-"
"JANGAN IKUT CAMPUR!"
Valerie, anak itu menunjuk wajah Jenny dengan angkuhnya. Lantas setelah puas, ia pun balik menatapku.
"MAU SAMPAI KAPAN KAMU MENGGANGGU KAK JANUAR, HAH?!"
"BAHKAN SETELAH PUTUS, KENAPA KAMU TETAP MEMBUATNYA MENDERITA, SELEN?!"
"DASAR PEREMPUAN IBLIS! SOK POLOS! SOK SUCI! GAK PUNYA MALU!"
Ada yang tidak kupahami di sini. Banyak. Tentang dia yang tiba-tiba meninggalkan jejak tangan di pipi. Tentang dia yang menyerang secara fisik hingga verbal.
Dan tentang ... Aku yang termenung bagai orang bodoh.
"Setelah mencampakkannya, kamu masih belum puas dan terus ingin jadi bayang-bayangnya, HAH?! APA KAMU TIDAK PUNYA HATI NURANI-"
"VALERIE! KAMU BENAR-BENAR KETERLALUAN!"
Kak Bagas, yang wajahnya tak pernah meninggalkan keramahan, kini justru berubah menjadi ekspresi hewan buas.
"Jangan ikut campur, Gas!"
"Keterlaluan kau, Dho! Kenapa diam saja padahal jelas-jelas kau tahu Valerie akan membuat keributan di sini?!"
Ah benar. Pria yang berdiri di sisi Valerie, dia adalah Ridho. Rupanya pemuda itu masih menjadi budak cinta yang setia. Bersama dengan beberapa teman perempuan Kak Januar, Valerie dan Ridho melemparkan tatapan jijik padaku. Secara kompak dan serempak, mereka lagi-lagi menghinaku dalam diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANUS
Teen Fiction"Jangan sampai ada yang tahu kalau kita pacaran!" "Iya, Kak." __________ "Punya otak tidak? Soal mudah seperti ini saja tidak bisa." "..." __________ "Mau jadi apa kamu, hah? Sudah punya pacar tapi keluyuran dengan laki-laki lain." "Apa kabar kamu y...