______Janus______
Percakapanku dengan Kak Bagas berakhir indah. Aku mendengarkan seluruh ceritanya dengan hati bergetar. Tak percaya jika masih ada manusia seperti itu di bumi.
Sehari berlalu semenjak huru-hara memalukan waktu itu. Kini, banyak sekali perubahan yang terjadi.
Seperti sekarang. Ada saja para pencari sensasi yang ingin mengobrol denganku. Sekadar mau tahu apa rahasia masa lalu.
"Gila ya! Si Valerie itu nggak tahu malu banget ternyata. Kamu kok bisa sesabar itu sih, Sel."
"Tahu nih kamu, Sel. Harusnya kamu udah koar-koar dari dulu."
Aku ingat dua perempuan ini. Mereka adalah anak kelas sebelah. Yang dulunya selalu jadi orang pertama dalam hal menghinaku. Dan sekarang?
Mereka berusaha sok akrab tanpa tahu malu.
"Spill dong, gimana ceritanya kamu bisa pacaran sama Kak Januar? Sumpah! Aku masih nggak nyangka banget."
"Iya, iya. Aku juga nggak nyangka."
"Eh, kami nggak maksud ngerendahin kamu ya. Cuma ya ... Masih agak nggak percaya aja kalau kamu bisa luluhin hatinya Kak Januar."
"Hehe ... Iya. Meskipun wajahnya dingin banget, tapi ternyata Kak Januar gampang banget luluh, ya."
Kalian menyebut usahaku selama ini gampang? Dasar tidak punya muka. Ah salah ... Mungkin wajahnya itu terlampau banyak kuantitasnya. Tapi tidak dengan kualitasnya.
"Anda sekalian pernah melihat anak anjing yang mengejar ekornya sendiri tidak?"
Mereka diam. Tak tahu apa alasanku menanyakan ini.
"Anda sekalian ini terlihat lebih lucu dari itu dan--- bodoh."
"Maksud kamu apaan?!"
Gadis itu menggebrak meja. Kini, perhatian seluruh kantin tertuju pada kami. Kalau sudah begini, sekalian saja kusalurkan rasa kesalku.
"Ya itu tadi. Anda ini pura-pura bodoh atau memang bodoh? Tidak ingat ya bagaimana sikap kalian pada saya dahulu? Kenapa sekarang jadi sok akrab begini? Punya harga diri tidak?" aku masih santai. Berbicara seperti biasa. Dengan wajah datar sedatar-datarnya.
"Heh! Nggak usah sombong kamu! Udah enak kita mau ngobrol sama kamu. Tahu nggak?! Seluruh sekolah ini cuma nganggep kamu cewek bucin goblok!"
"Oh. Masa--- bodoh. Saya tidak peduli, tuh."
"Gila nih cewek! Pantesan diputusin Januar. Ayo cabut aja! Nggak bisa dikasih hati nih orang."
"Saya juga tidak butuh dikasih hati dari orang-orang yang hatinya busuk seperti kalian."
"Bacot lo ya!"
"Yang sopan kalau bicara. Sekolah, kan? Tapi mulutnya kok seperti manusia tidak berpendidikan. Ah, tidak ..." aku sengaja memasang wajah seperti orang yang salah ucap. Tanganku bahkan menutup mulutku sendiri layaknya bangsawan terhormat.
Ternyata menyenangkan juga menjadi manusia gila begini.Sambil melempar pandangan hina, aku melanjutkan kalimatku, "bahkan orang tidak berpendidikan pun mulutnya lebih wangi daripada kalian. Pathetic. Tidak mampu beli pasta gigi, ya?"
"SIAL-"
Entah apa yang membuat mereka berdua tiba-tiba berhenti menggonggong. Tapi yang jelas, sedetik kemudian keduanya sudah menghilang dari pandanganku.
"Selen."
Ah ... Aku tahu. Tentu saja mereka tidak mungkin berani berucap sampah di depan mantanku ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANUS
Roman pour Adolescents"Jangan sampai ada yang tahu kalau kita pacaran!" "Iya, Kak." __________ "Punya otak tidak? Soal mudah seperti ini saja tidak bisa." "..." __________ "Mau jadi apa kamu, hah? Sudah punya pacar tapi keluyuran dengan laki-laki lain." "Apa kabar kamu y...