Janus [12] Pretty Savage

2.3K 114 2
                                    

______Janus______

Kak Januar membayar pakaian yang ia belikan untukku. Aku sudah menolak dan ingin membayar sendiri, sebab nantinya aku yang akan memakai gaun tersebut. Sehingga menurutku, sepantasnya memang akulah yang membayar.

Namun Kak Januar bersikeras bahwa dia memiliki tanggungjawab untuk membayar kain halus tersebut.

Perdebatan kami cukup panjang hingga akhirnya kuputuskan untuk mengalah tatkala kulihat paras Kak Januar mulai nampak geram.

Ia bahkan sampai menarik nafas panjang dan memijit pangkal hidungnya.

"Terima kasih, Kak." dengan ketulusan hati kuucapkan kalimat itu ketika ia menyerahkan bingkisan berisi gaun indahku.

"Kita jangan terlalu sering berdebat hanya karena masalah seperti ini ya, Sel. Sayang sekali jika waktu kita bersama dihabiskan untuk perdebatan tidak berarti."

Aku mengangguk, seolah menyetujui opini Kak Januar yang diperdengungkan dengan nada sedih itu. Meskipun di dalam hati, rasanya aku ingin berontak.

Ayah mengajariku untuk menjadi wanita mandiri yang tak bergantung pada pasangan. Beliau mengatakan itu juga adalah pesan dari mendiang ibuku.

Oleh karena itulah aku ... berusaha semandiri mungkin. Semampu yang aku bisa.

"Nuar?"

Vokal lembut itu. Tutur kata yang terdengar begitu dingin dan anggun.

Aku mengenalnya. Meskipun badanku belum berbalik sepenuhnya.

"Mama?"

Tepat sekali. Sang pemilik suara itu adalah Mama dari Kak Januar. Pihak yang menolak keberadaanku di dekat putranya.

Bagaimana ini? Wajahku pasti nampak sangat panik hingga Kak Januar menatapku begitu cemas.

"Yang tenang." ucap Kak Januar.

"Apa yang kam- Selen?"

"Selamat sore, Tante." aku mengulurkan tangan ingin memberikan penghormatanku kepada yang lebih tua. Namun sayangnya, semua itu tak mendapatkan apresiasi dari beliau.

Mama Kak Januar memalingkan wajahnya.

Hatiku berdenyut nyeri. Namun kesakitan itu terhempaskan begitu saja ketika kudapati Valerie ternyata sedang berjalan di belakang beliau. Dengan menenteng banyak sekali tas belanja.

Sepertinya mereka sedang berbelanja bersama.

"Mama kenapa ada di sini?"

"Belanjalah, Nuar. Normal, kan? Biasanya mama kan memang suka berbelanja di sini. Yang aneh itu--- kenapa kamu ada di sini? Dengan anak itu lagi."

Deg.

Tatapan mata dari Mama Kak Januar benar-benar menghujam kepercayaan diriku.

Ia berdiri di antara aku dan Kak Januar. Membangun batas antara dunia kami yang menurutnya tak akan mungkin memiliki jalan untuk dapat bertemu.

"Mama belanja sama Valerie?" kulihat Kak Januar sedang mencoba mengalihkan topik. Mungkin juga tengah mengulur waktu dan memutar otak untuk mencari alasan yang masuk diakal.

"Iya. Calon man-tu mama inj benar-benar tahu selera mama." beliau sengaja menekankan kata calon mantu. Seolah menggambarkan dengan jelas posisiku di sini.

Hanya orang asing.

"Bunda ihhh ... Valerie kan jadi merasa di atas awan kalau dipuji seperti itu."

Bunda? Valerie memanggil Ibunda dari Kak Januar dengan sebutan Bunda?

JANUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang