______Janus______
Merasa bahwa semuanya sudah sangat pas dan tak berlebihan. Baik dari segi ketebalan bedak, kontur pipi, eyeshadow, hingga lipstik, aku pun berdecak kagum melihat penampilan Teresa yang begitu memukau saat ini.
Memoleskan make-up pada wajah orang lain memang memiliki sensasi tersendiri. Apalagi jika orang itu memiliki kulit yang mudah menerima alas bedak layaknya kulit Tere. Benar-benar memuaskan sekali hasilnya karena pengaplikasiannya sangat mudah.
"Udah?" tanyanya jengah begitu aku selesai memberikan sihir terakhir pada matanya.
"Udah Ter. Lihat nih."
Kusodorkan cermin berukuran satu kali wajah manusia kepada Tere agar gadis itu dapat memandangi parasnya hingga puas.
"Wihh ... makin cakep aja nih. Udah upgrade skill, Sel?"
Aku hanya tersenyum bangga mendengarkan pujian dari gadis cantik bergaun abu-abu terang ini. Kurapikan alat-alat make-up ku dan kini waktunya surai panjang Teresa yang kupoles.
"Aku bentuk kayak gini ya." tawarku sembari menunjukkan model rambut sederhana yang ditekuk ke belakang dengan lilitan kepangan berukuran sedang di samping kanan dan kiri. Serta diselingi dengan juntaian rambut kecil-kecil di dekat pelipis.
Aku yakin model ini akan sangat pas untuk Teresa yang memiliki bentuk leher indah juga wajah yang tak terlalu bulat.
"Terserah ajalah. Aku mah yakin model yang kamu pilih pasti bakalan cantik."
"Oke."
Sudah satu tahun ini aku memang mengikuti ekstrakulikuler kecantikan di sekolah. Berawal dari keinginanku agar bisa tampil menawan di depan Kak Januar, secara mengejutkan aku justru menemukan bakatku di bidang ini.
Banyak sekali tutorial MUA yang sudah kucoba baik pada wajahku sendiri maupun wajah orang lain. Termasuk Teresa. Dia adalah kelinci percobaan yang selalu rela untuk kujadikan sebagai bahan eksperimen. Dan hasilnya selalu cantik. Selain karena faktor wajahnya yang memang sudah ayu, tentunya tanganku ini juga ikut berperan, bukan?
Katakanlah aku terlalu percaya diri. Sombong barangkali. Namun bukan itu inginku. Nuraniku sendiri hanya menginginkan agar aku dapat menerapkan semua ilmu yang kudapat dari mentor di sekolah. Bukan lagi hanya untuk Kak Januar. Melainkan juga untuk hidupku sendiri.
Aku berharap bahwa suatu saat nanti kemampuan ini dapat membantuku dalam menghasilkan pundi-pundi uang. Lebih bersyukur lagi jika ternyata aku mampu melebarkan sayap hingga ke cakrawala.
Dan keinginanku itu pun terkabul.
Beberapa waktu yang lalu, setelah aku mendengar bahwa Bumi bekerja di suatu bengkel otomotif, secara tidak sadar hasratku pun ikut bergejolak. Aku seperti tak ingin kalah dari Bumi. Apalagi setelah kulihat betapa mendirinya pemuda itu dalam hal finansial.
Seolah jiwaku juga ingin merasakan bekerja dalam usia muda. Seakan rohku tertantang agar dapat melintasi halangan yang pernah Bumi lewati juga di awal-awal masa bekerjanya dulu.
Maka dengan niat teguh dan dukungan moral dari ayah dan Tere, aku pun membuka jasa tata rias online.
Berbekal foto-foto yang pernah kuabadikan saat merias wajahku dan Tere, aku pun membuat akun bisnis instagram dan mulai memposting iklan jasaku di sana.
"Kamu kemarin dapet customer satu, kan?"
"Iya. Alhamdulillah. Dan customernya puas." balasku bahagia sembari menyemprotkan finishing hair spray non aerosol pada rambut Tere.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANUS
Teen Fiction"Jangan sampai ada yang tahu kalau kita pacaran!" "Iya, Kak." __________ "Punya otak tidak? Soal mudah seperti ini saja tidak bisa." "..." __________ "Mau jadi apa kamu, hah? Sudah punya pacar tapi keluyuran dengan laki-laki lain." "Apa kabar kamu y...