Janus [16] Birthday Party

1.9K 96 4
                                    

______Janus______

Baik aku maupun Teresa masih juga berada di dalam ambang kebingungan setelah Kak Lukas dengan seenaknya membocorkan sebuah rahasia yang tak seharusnya ditumpahkan.

"Aku minta maaf ke Bagas waktu kopdar besok deh. Kalian janji jangan ngomong yang aneh-aneh kalau ketemu dia di pesta nanti ya." tutur Kak Lukas dengan sedikit mengintip paras kami berdua melalui kaca spion. Dia masih tak berani bertatap muka langsung dengan macan rembah seperti Teresa.

"Nggak janji."

"Dekkk ... ayolah. Kakak kan nggak sengaja." pada akhirnya pemuda itu berbalik juga. Masih dengan wajah memelas, Kakak dari Teresa itu terus saja mencoba merayu adiknya namun gagal. Sebab Teresa lebih memilih untuk buang muka. Ia enggan menghiraukan Kak Lukas.

"Salah kakak sih! Kalau gini kan entar Selen jadi canggung sama si Bagas. Mana mereka satu klub lagi."

Melihat bibir Teresa yang dimanyun-manyunkan membuat hatiku menjadi lebih tenang dari sebelumnya. Aku memang sempat terkejut namun tak sampai membuatku kehilangan akal.

"Kak Lukas tenang saja. Aku sama Tere nggak bakal ngomong aneh-aneh kok, Kak. Lagipula kan, Kak Bagasnya sendiri nggak ngomong apa-apa. Kalau aku merespon berlebihan kesannya kepedean sekali kan, ya?"

"Nah!" sekali lagi anak sulung dari dua bersaudara itu menjentikkan jarinya tepat di depan wajahku, "kamu emang anak cerdas Sel! Nggak kayak si onoh." ia sengaja menyindir adiknya sendiri dengan nada santai.

"SIAPA?!" namun Tere membalasnya dengan kecepatan penuh.

"Oke kita pending dulu perdebatannya ya. Nanti makin terlambat loh. Jalan lagi ya, Kak."

"Siap kapten!"

Dasar Kak Lukas. Suka sekali ia jika ada seseorang yang memilih kapalnya ketimbang sekoci milik Teresa.

"Oh ... Kak?"

"Apa Sel?"

Kulihat Kak Lukas mengurungkan niatnya untuk menghidupkan mesin mobil ketika mendapati wajahku yang berubah sedikit serius.

"Kenapa Kak Lukas tiba-tiba membahas masalah ini, ya? Maksudku ... kenapa Kakak sampai punya pemikiran untuk mengatakannya padaku?"

Jujur saja aku masih bingung. Pasalnya aku tahu bahwa dia bukanlah tipe anak yang suka mencampuri urusan orang lain. Apalagi perihal romansa seperti ini.

"Oh ... soalnya Nuar bilang kalau Bagas itu udah mulai pedekate ke kamu. Seingetku dia juga bilang kalau kalian udah jadian deh."

"Eh?" Tentu baik aku maupun sahabatku terkejut bukan main. Kami tidak menyangka bahwa hal seperti ini bisa terjadi.

Bukan perihal Kak Bagas yang menyukaiku. Tidak. Kami tidak bingung sama sekali dengan persoalan itu. Namun yang menjadi masalah ialah fakta bahwa Kak Januar, kekasihku itu, sengaja mengarang kebohongan guna menggiring tindakan dari Kak Lukas.

Apa sesungguhnya yang paduka raja Januar ini harapkan? Sungguh sulit sekali diterka.

"Kalian kenapa kaget gitu?"

"Si Januar itu sering curhat masalah sepele ke Bagas sama kakak, ya?"

"Hmm ... kalau ke kakak sih jarang, Dek. Soalnya kita kan juga udah nggak satu sekolah. Tapi kalau ke Bagas mungkin sering. Soalnya Bagas sama Nuar kan emang deket banget. Apalagi mereka juga masih satu kelas. Kalau kakak kan udah beda alam."

"Pffft-"

Astaga. Mengapa bibir ini sulit sekali untuk dikendalikan, sih? Ah ... namun ini salah Kak Lukas juga. Bagaimana mungkin ia bisa begitu santai mengucapkan hal aneh seperti itu?

JANUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang