______Janus______
Aku pikir semuanya sudah usai. Mengenai seutas tali yang mengikat takdirku dengan Kak Januar. Aku yakin sudah memutuskannya dengan benar.
Lantas mengapa?
Mengapa pula takdir senang sekali mempertemukan kami seperti ini?
Bukan hanya aku dan Kak Januar. Melainkan aku dengan seluruh keluarganya.
Kami tak sengaja berpapasan di parkiran sebuah rumah makan. Aku dan Bumi baru saja selesai makan untuk merayakan keberhasilannya mendapatkan beasiswa S1 dari Universitas bergengsi. Padahal dia belum kelas tiga, tapi usahanya tak pernah main-main.
Saat hendak pergi, Valerie menahan kami dengan menyebut namaku.
Dia memanggilku. Memperkenalkanku sebagai mantan kekasih Kak Januar di hadapan seluruh keluarganya. Kedua orang tua Kak Januar melihatku dengan dingin. Sedangkan neneknya, menatapku penuh dengan rasa hina. Kak Januar sendiri memilih diam.
Sama seperti biasanya.
"Ayo pergi." Bumi berucap lirih lalu menarik tanganku pergi dari sana.
"Syukurlah kamu putus dengan gadis semacam itu, Nuar. Bisa makin pening nenekmu ini kalau sampai kamu lanjut dengannya."
Hahhh ... Bolehkan aku menampar Valerie sebagai ganti dari hinaan neneknya Kak Januar?
"Cukup ibumu saja yang menjadi kekuranganmu. Jangan sampai kamu memiliki kekurangan juga dari pasanganmu."
Apa-apaan ini?
Mengapa ayah Kak Januar diam saja ketika melihat istrinya dihina? Dan lagi, kekurangan? Apa perempuan yang berstatus sebagai ibu Kak Januar adalah aib bagi perempuan tua itu?
"Kita masuk dulu. Tujuan kita di sini untuk makan, Ma. Jangan membuat keributan."
"Kamu marah, Bondan? Karena aku mengatakan fakta tentang istrimu?"
"Ini di ruang publik, Ma."
"Mau di mana pun kita berada, Bondan. Fakta bahwa istrimu adalah kecacatan dalam hidupmu tidak akan pernah berubah. Apa kamu tidak tahu, kalau Januar tidak bisa menjadi anak yang sempurna karena memiliki ibu sepertinya?"
Aku diam saja memperhatikan drama keluarga ini.
Kupikir ... Kak Januar benar-benar mirip dengan ayahnya. Mereka tidak bisa menempatkan diri untuk melindungi pasangannya.
Di sini ... Untuk pertama kalinya aku dapat menatap Tante Juwita sebagai manusia biasa.
Apa mungkin ... aku akan berakhir sepertinya jika memaksakan diri untuk tetap bersama dengan Kak Januar?
Saat semua menjadi makin runyam, aku benar-benar akan hengkang jika bukan karena teriakan seorang perempuan asing.
"Hei! Dasar tukang parkir nggak becus! Nggak liat mobilku hampir saja tergores, hah?!"
Siapapun itu. Mulutnya benar-benar minta disumpal. Perdebatan keluarga Kak Januar terhenti karena teriakan perempuan asing di belakangku.
Tapi, kenapa Valeria harus tersenyum seburuk itu hanya karena mendengar orang lain marah-marah? Dan yang aneh adalah ... senyum itu dijatuhkan tepat kepadaku.
Dia ... Seperti sedang menghinaku.
"Maaf, Mbak. Saya tidak sengaja."
Eh? Apa ini?
Suara siapa ini?
Mengapa terdengar sangat tidak asing?
"Punya mata tidak?! Nggak becus banget kerja! Minta dipecat, hah?! Dasar nggak punya otak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
JANUS
Teen Fiction"Jangan sampai ada yang tahu kalau kita pacaran!" "Iya, Kak." __________ "Punya otak tidak? Soal mudah seperti ini saja tidak bisa." "..." __________ "Mau jadi apa kamu, hah? Sudah punya pacar tapi keluyuran dengan laki-laki lain." "Apa kabar kamu y...