Janus [32] Sekian, terima kasih.

5.3K 217 15
                                    

______Janus______

Tanganku semakin parah. Karena itulah ayah memaksaku untuk berhenti menjaga stand jualan es. Yang artinya, sekarang aku adalah seorang pengangguran apabila tidak ada orang yang mencari jasa MUA-ku.

"Tereeeee~" sengaja kubuat manja suaraku ini. Tapi Teresa tetap saja cuek. Dia sibuk membaca bukunya.

Kami sedang ada di perpustakaan. Aku memilih menggeletakkan kepala di atas meja karena sedang pusing.

"Apaan?"

"Mau kerja lagi."

"Hmm. Tubuhmu ringkih, sih."

"Astaghfirullah, Tereeeeee!"

"Hahaha. Becanda. Ya udah, sih. Om Sony kan nggak maksa juga. Kenapa kamu yang ngebet, sih?"

"Hmm ... Pengen punya uang sendiri. Biar Ayah nggak usah kasih aku uang jajan. Kasihan ayah lembur terus."

"Tapi, kemaren dapet duit, malah kamu beliin kue buat Jaguar."

"Lima puluh ribu aja, Ter. Itu aku juga udah izin Ayah, kok."

"Nyenyenyenyeeee."

"Kenapa nih anak? Kayak nggak semangat idup."

Bumi dan segala tingkahnya. Kuabaikan dia. Kupilih untuk membuang muka. Meski dia duduk di sebelahku, aku tidak mau menatap wajahnya.

Salah sendiri membuatku penasaran. Dia tidak mau menjawab, apakah ceritanya kemarin jujur atau tidak.

Kalau tidak berniat cerita, ya jangan. Jika begini, aku akan susah lepaskan pikiran itu.

"Pengen kerja. Tapi lo tau sendiri, fisiknya lemah. Dasar remaja jompo."

"Tereeeee ..."

"Liyeeeee ..."

Aku bertukar pandang dengan Teresa. Kesal sekali. Karena anak ini semakin lama semakin minta dicubit.

"Kemarin Rama chat gue."

Rama siapa? Aku ingin bertanya tapi Bumi tak memberikan kesempatan. Dia lanjut berbincang dengan Tere.

"Dia bingung, katanya Kak Eka Putri resign."

"Lah kenapa?" Teresa nampak terkejut.

"Bilangnya sih mau lanjut studi ke Malaysia."

"Terus gimana?"

"Menurut lo, si trombosit cocok nggak sih?"

"Selen vokalnya emang manis, sih. Mau dicoba?"

"Si trombosit bisa bahasa Inggris, kan?"

"Nih anak native."

"Ya udah. Gue kabarin Rama dulu."

Aku bangun. Terlampau bingung dengan percakapan ini.

"Sebentar-sebentar, kalian sedang membicarakan apa, sih?"

"Lowongan kerja buat lo."

"Kerja apa?"

Bumi berhenti mengetik pesan. Dengan wajahnya yang menawan, dia menoleh ke arahku.

Dia menahan dagunya menggunakan tangan, lantas menatap tajam ke arahku. Dengan smirknya, Bumi berkata, "Jadi tukang parkir di Bandara."

Plak!

Buku tebal Tere berakhir mendarat di atas kepala Bumi.

_ _ _

Aku berhenti menjadi anggota klub belajar. Aku juga sudah tidak menghubungi Kak Januar lagi. Dia menghilang, maka aku pun akan melakukan hal yang sama.

JANUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang