Dua Puluh Tiga

345 46 10
                                    

"Yaudah, di makan dong" suruh Farrel pada Rasya.

Rasya menoleh ke arah pintu kamarnya. Cemas kalau-kalau Ayah tirinya akan kembali lagi membuka pintu.

Farrel seakan tahu arti kecemasan dari raut wajah Rasya. Kemudian dia berdiri dari tempatnya lalu inisiatif dan bergegas menggeser meja belajar milik Rasya ke arah pintu kamar guna mengganjal terbukanya pintu tersebut.

Rasya sedikit khawatir melihatnya. "Ael"

"Makan aja sana"

"Ael... nanti kalau-"

"Please, Ca! Semua ketakutan lo itu... gak akan ada yang kejadian! Ngerti? Yang ada itu cuma akan jadi sugesti aja, dan sugesti negatif yang berlebihan itu gak baik buat hidup lo!" tukas Farrel.

Rasya tersenyum menatap Farrel dan berkata, "Cakep"

"Gue gak lagi pantun, Acaaaa!" Farrel gemas mencubit pipi kiri Rasya.

Rasya tertawa kecil, "Kamu yang cakep!"

"Hah?" Farrel salah tingkah.

"Iya, kamu cakep, Ael! Aku bangga sama kamu" ujar Rasya sambil menyantap makanannya. "Makasih ya, udah jadi pahlawan buat aku, El"

Farrel memainkan rambutnya, "Sama-sama. Yaudah, abisin makanannya"

Rasya menganggukkan kepalanya.

Sementara Farrel langsung saja rebahan di atas kasur Rasya.

"Kamu mau tiduran?" tanya Rasya.

"Iya, kenapa? Gak boleh ya?"

"Bukan gak boleh. Tapi kasur aku gak nyaman buat kamu, El. Gak enak kan?"

"Alah, gue sih udah biasa tidur dimana aja. Di sekolah aja gue biasa tidur di tiga bangku jadiin satu. Yang penting gue bisa merem dan..."

"Dan apa?" tanya Rasya, penasaran.

"Dan mimpiin lu! Hehehehe!" Farrel terkekeh.

"Iiihhh! Ganjen tau!"

"Biarin" Farrel lalu tiduran di atas ranjang Rasya yang sedikit keras. Kemudian Rasya melanjutkan santap makannya.

Selesai menyantap makanannya, Rasya lalu menaruh piring bekas makannya di bawah kasur agar aman dari Bapaknya nanti. Selepas itu ia pun duduk di atas ranjangnya dekat Farrel yang sedang tertidur nyenyak. Dia tersenyum pada wajah Farrel yang tengah menutup mata dengan pulas. Farrel bagaikan bayi yang begitu imut saat sedang tidur. Dan Rasya baru menyadari akan ketampanan Farrel. Bahkan Rasya hendak memberanikan diri untuk menyentuh rambut Farrel dan mengelusnya dengan lembut.

Seketika Farrel membuka matanya lalu menyengir lebar.

Rasya tersentak seketika dan refleks melepas tangannya dari rambut Farrel. Dia terlihat salah tingkah.

"Hayoooo mau ngapaiiiin???" tanya Farrel, usil.

"Enggak! Gak ngapa-ngapain" ujar Rasya, salting.

"Alaaah, bilang aja kalo mau ngelus-ngelus kepala gue! Gausah malu-malu gitu ah!"

"Eng-enggak kook!"

"Bohoooong!"

"Enggaaak!"

"Boong ya?"

Rasya tersipu malu dan malah tersenyum, "Iya iya!"

"Ciyeeee"

"Apaan sih, Rel! Malu tau!"

"Yaudah deh niiihh!" Farrel menjulurkan kepalanya ke arah Rasya. "Niih!"

"Apaan?"

"Pegang aja, biar puas!"

"Gak mau! Udah sana tidur!"

"Yaaah, nanti di elus-elus lagi kalo gue tidur!"

"Iiihhh! Aeeel!" Rasya mencubit perut Farrel seketika.

Farrel meringis sambil tertawa minta ampun.

Begitupun dengan Rasya yang selalu tersipu disisi Farrel. Baginya, Farrel mampu membuat hidupnya lebih hidup.

"Lo tau nggak, Ca!" Farrel membuka suara lagi, "Kasur lo meskipun keras kayak gini, tapi rasanya nyaman banget kalo tidurnya berdua sama lo!"

Rasya tersipu lagi, "Iiih, dasar! Stop dong! Udah deh, El! Aca malu!"

"Gue serius! Tidur bareng gue terus ya" ujar Farrel.

Rasya terbeku sejenak, "Ini Ael masih becanda?"

"Gue serius!"

"Gimana caranya, coba? Ael kan sekarang udah tau gimana sama Aca! Ael mau digebukin sama Bapak? Gausah macem-macem deh permintaannya, El!" ujar Aca.

"Siapa bilang gue mau tidur disini"

"Lah, terus katanya tadi-"

"Tinggal sama gue, Ca!" potong Farrel seketika.

Jantung Rasya berhenti berdetak untuk beberapa saat setelah mendengar ajakan itu dari Farrel.

"Tinggal sama gue. Tinggalin bokap tiri lu! Kita hidup bareng, gue akan angkat lu jadi sodara gua, Ca!" sambung Farrel.

Mata Rasya berkaca-kaca mendengarnya.

"Ayo, Ca! Gausah mikir lebih jauh lagi. Cukup sampe di ajakan gue barusan aja! Ayo! Tinggal sama gue!" ujar Farrel, "Gue janji, gue akan memperlakukan lo jauh lebih baik dari perlakuan bokap lo ke elo. Lebih dari perlakuan Bokap Nyokap Gentong ke elo! Gue gak akan ingkarin itu! Lo akan baik-baik aja sama gue, Ca! Lo gak akan kesakitan! Lo akan bahagia tinggal sama gua!"

Rasya tak dapat membendung air matanya. Dia tersenyum penuh arti dan memberanikan diri memegang wajah Farrel. "Ael baik sekali sama Aca. Aca takjub banget ngedenger semua itu dari Ael. Indah sih kedengerannya! Tapi maaf, Ael. Aca gak bisa"

"Caaaa! Lo mau sampe kapan kayak gini, Ca??? Lo sadar gak badan lo udah kurus kayak gini karena ulah siapa. Bokap lo itu kejam, Ca! Jahat! Anak lain mungkin udah kabur ninggalin bokap tirinya yang segini jahatnya, Ca!" tukas Farrel.

"Aca tau niat Ael baik, tapi Aca juga gak mau, Ael jadi kebawa-bawa sama masalah Aca! Aca gak mau Bapak akan-"

"Gue ambil semua resiko itu, Ca! Gue ambil! Apapun itu! Gue gak peduli! Gue sayang sama lo!" aku Farrel akhirnya.

Rasya mengernyitkan keningnya seketika. "Apa?"

"Gue sayang sama lo! Gue suka sama lo! Gue cinta sama lo!" tegas Farrel. "Gue juga gak ngerti sama perasaan yang terjadi di diri gue ke elo, Ca! Gue hilang arah tanpa lo! Ini pertama kalinya terjadi di hidup gue bisa punya perasaan suka sama cowok! Dan cowok itu adalah elo, Ca!”

Rasya bergeming mendengar semua penuturan dari Farrel. Segala pengakuan akhirnya terungkapkan. Rasya tahu bahwa lelaki ini begitu menyayanginya.

"Dari awal kita ketemu, tiba-tiba gue punya hasrat dan usaha agar bisa kenal lebih deket sama lo! Gue juga tahu bahwa ini salah. Ini tolol. Tapi gue gak bisa terlalu lama berpura-pura, Ca! Kalo gue sayang sama lo! Gue cinta sama lo!"

TO BE CONTINUED

AFTER ON YOU (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang