Empat Belas

622 66 106
                                        

"Lu kenapa sih, Bang? Cemberut gitu?" tanya Biru seketika yang melihat Paman mudanya itu tergeletak di kasurnya dengan wajah yang muram.

Farrel menoleh tanpa tertarik sejenak pada Biru lalu menjawab, "Muka gua emang gini dari lahir"

"Gua serius"

"Gua ganteng gak sih?" tanya Farrel tiba-tiba.

"What the fuc-"

"Gua serius!"

Biru tertawa seketika, "Menurut lo?"

"Gua nanya, Blao!" cetus Farrel.

"Ah, jangan panggil gua blao dong! Bosen banget gue, gak di sekolah, gak di rumah, blao blao mulu di cenginnya!" cetus Biru.

"Makanya jawab yang bener!"

Biru menatap Farrel dengan sok serius. Lalu dia memegang kedua pipi Farrel dengan satu tangan kanannya. Di bolak balik wajah Farrel dengan seksama. "Selagi belum ada codet, masih cukup pas-pasan lah!"

Farrel mengambil guling dan menabok Biru dengan guling tersebut.

Biru tertawa terbahak-bahak.

"Pergi lu sana, males gua sama lo!" cetus Farrel.

"Iye iye, ganteng laaah!!! Adeknya Bachdim Fatturahman masa gak ganteng?" cetus Biru.

"Cuma kurang kaya aja, kan?" cetus Farrel lagi.

"Ini lu lagi ngomongin apaan sih, Bang? Gak ngerti banget gue dari tadi" tukas Biru.

Farrel berdecak malas, "Dahlah, lupain aja!"

"Yeeee orang gua serius, juga!" cetus Biru. Lalu dia menepuk paha Farrel, "Lu kalo ada masalah, cerita sama gue! Jangan di pendem sendirian!"

"Tau ape sih lo, bocah!" tukas Farrel.

"Serius gue, Bang!"

Farrel terdiam sebentar, memikirkan kalimat Biru barusan. Lalu kemudian dia bertanya, "Mmm... Biru!"

"Hah?"

"Gue mau nanya"

"Apaan?"

Farrel bergeming sebentar. Memikirkan apakah pertanyaannya ini sudah pantas atau belum untuk ditanyakan pada Biru.

"Lu tuh bisa gak bikin orang penasaran gak? Nanya, nanya aja napa! Jangan di gantungin gini lu, kasian yang baca noh!" tukas Biru, geram.

"Mmm... lu pernah gak sih, awalnya tuh biasa aja sama orang, tapi tau-tau, lama-lama lu jadi suka sama orang itu" tanya Farrel.

Biru tertegun sebentar. "Biasa jadi suka?"

Farrel manggut-manggut.

"Pernah! Sampe sekarang, malah!" jawab Biru.

"Serius lo?"

Biru manggut-manggut. "Tapi orangnya sampe sekarang gak peka-peka! Najis!"

Farrel bergeming lama, memahami ucapan Biru barusan. Sorot matanya menatap langit-langit dengan gamang seakan membuncahkan segala pikiran yang ada. Sama seperti Rasya, sosok yang disukai Biru tak berbanding jauh. Memiliki satu kesamaan, tak peka.

"Lo lagi naksir sama cewek yaaa???" tanya Biru.

Pertanyaan Biru sama sekali tak terjawab oleh Farrel. Dia lebih memilih diam ketimbang terciduk.

Farrel masih gamang akan perasaannya sendiri. Jati diri yang membingungkan. Dia masih suka perempuan. Tapi yang satu ini, entah mengapa terasa istimewa. Meskipun tabu dan mustahil, menyukai sesama jenis seakan menjadi satu hasrat yang unik untuk Farrel. Bingung, apakah harus dilanjutkan atau stop sampai disini saja.

AFTER ON YOU (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang