Dua Puluh

419 50 8
                                    

Ini pertama kaliku merasakan angin malam ditengah derunya suara motor besar ini. Aku bahkan tak pernah menyangka bahwa hari ini aku pertama kalinya merasakan dibawa keluar malam oleh seseorang yang selalu mengejutkan ini.

Farrel.

Lelaki bermata cokelat tua ini amatlah terampil membawa motor besarnya. Entah karena memang sudah mahir sejak lama belajar, atau memang ingin membuatku terkesan saja.

Lelaki satu ini begitu harum. Aku suka memandangi tengkuk belakangnya. Bagai ada ketertarikan sendiri untukku. Meski aku pun kadang sadar, bahwa aku ini adalah seorang laki-laki yang ternyata bisa juga mengagumi sosok laki-laki.

Oh, Tuhan. Pantaskah?
Pantaskah aku merasakan seluruh nyawa di atas lelahku selama ini. Pantaskah aku bertaut dengan sesuatu yang aneh dan mustahil ini. Yang menggelitik, meluruh.

Bisakah terbuka meski sekelumit saja, keyakinan akan sesuatu yang sebelumnya merana. Bahkan tak pernah terjamah oleh siapapun.

Aku begitu bersyukur dapat kenal dengan lelaki ini. Lelaki yang memberikanku rasa campur aduk dengan sikap konyolnya.

Lelaki yang mahir bermusik.
Lelaki yang menyebalkan.
Lelaki yang secepat kilat membuatku selalu aman.
Lelaki yang sedemikian adanya.
Sesederhana itu.

Farrel Abdul Fatturachman.

Apa yang sebenarnya terjadi padaku kini. Mengapa rasa ini seakan makin menderu ke permukaan. Mengapa sosokmu kini menjadi pukat berkutat seirama dengan nafasku.

Kau yang tak pantas kujamah.
Tapi akhirnya kudamba.
Meski belum sepenuhnya yakin hatiku akan perasaanku ini.
Aku hanya belajar. Penasaran.
Ingin tahu apa yang belum pernah aku tahu.
Ingin coba apa yang belum pernah aku coba.
Bisakah?

"Pegangan kali" ujar Farrel tiba-tiba memecahkan lamunan Rasya di motor yang terus berjalan.

"Udah kok" jawab Rasya polos.

"Sama apa?"

"Ini sama pegangan di belakang"

Farrel tertawa kecil, "Gak malu apa, udah gede pegangannya sama gagang motor"

Rasya menoleh sebentar ke arah gagang motor yang di pegangnya dibelakang. "Kan memang itu fungsinya, El"

Farrel tertawa kecil lagi, lalu dia sengaja menekan kopling motor agar motornya dapat berguncang pelan. Sampai Rasya tak sengaja memeluk perut lelaki itu. Perut yang datar namun gemas.

"Ael ah!" Rasya menepuk bahu Farrel pelan.

"Hehehe!" Farrel tertawa iseng.

"Rese!"

"Udah tau kan sekarang pegangannya sama apa?"

"Gak mau!"

"Gak mau beneran?"

"Iya! Nanti diliat orang jatohnya aneh tauuu!"

"Terus ini kenapa masih meluk perut gua???" tanya Farrel.

Rasya terdiam sendiri ketika akhirnya dia sadar bahwa sejak tadi dia terus melingkarkan tangannya ke perut Farrel dengan erat.

"Ciyeeee" ledek Farrel.

"Aeeeel!!! Ini kan karena kamu ngebut-ngebut! Makanya aku takut!"

"Masa?"

"Iyaaa!"

"Gausah takut!"

"Gausah takut! Ini serem banget tau!"

"Lo sama orang yang bisa ngelindungin lo, Ca!" ujar Farrel.

AFTER ON YOU (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang