Rasya berjalan keluar dari toilet sekolah dan tiba-tiba saja ia menabrak badan Farrel disana.
Sejurus Rasya memandang wajah Farrel yang muram, "Ael???"
Farrel tiba-tiba saja memutar bola matanya dan melanjutkan jalan kakinya menuju studio musik sekolah.
Rasya pun merasa bingung dengan sikap Farrel yang mendadak cuek seperti itu. Aneh, padahal baru kemarin dia mengganggunya di kelas dan berakhir dengan bikin heboh sekelas.
Tapi kali ini sikap Farrel berbeda lagi dari sebelumnya. Apa efek pura-pura kesurupan.
~
Farrel memasuki studio musik sekolah dan menemukan Calvin tengah bersama Amir dan Gentong disana.
"Nah, ini dia jagoan kita! Yang kemaren sukses bikin sekolah jadi pulang cepat! Memanglah kau ini ada gunanya juga hidup di bumi, Rel!" tukas Gentong dengan empat bungkus gorengan di tangannya.
Farrel masih dengan wajah suramnya.
"Rel! Gimana sama ajakan gua?" tanya Calvin pada Farrel.
"Ngapain lo disini?" Farrel memperlihatkan raut wajah tidak suka pada Amir.
"Tes bass gua, Rel" jawab Amir.
"Jadi lo udah resmi gabung sama Calvin tanpa sepengetahuan gua?" tukas Farrel.
Amir menekuk alisnya sambil tersenyum heran pada Farrel. "Hah?"
"Rel! Amir sama gua cuma jaming aja kok. Dia juga belum setuju ikut sama gua! Kan nunggu lo dulu!" ujar Calvin.
"Ooohhh... kirain semuanya mau di embat juga!" tukas Farrel.
"Maksud lo?" Amir bingung.
"Apa harus nunggu gua deket sama Rasya dulu, abis itu lu mau gas dia juga?" tanya Farrel.
"Bah! Kau ini bicara apa sih, Rel? Dateng-dateng kok malah sensi? PMS kau hah?" tanya Gentong yang sejak tadi ikutan bingung.
"Lo tanya tuh sama temen lo!" tukas Farrel menunjuk Amir.
Amir menaruh gitar bassnya lalu berdiri dari duduknya. "Gini aja, Rel. Kita omongin dulu baik-baik. Biar kita jadi sant-"
"Lu ngapain sih caper ke Rasya? Ngasih uang jajan ke dia segitu banyak. Lu mau nampang ke dia kalo lo itu kaya? Apa pengen deketin dia juga?" tanya Farrel berapi-api.
"Kau kasih uang ke Rasya, Mir?" tanya Gentong, "Kok aku gak tau pula?"
"Lu kok ngomong gitu?" tanya Amir pada Farrel. Giliran Gentong yang terabaikan.
"Lu pikir gua gak liat tadi? Lu kasih duit ke dia? Caper banget, najis!" cetus Farrel.
"Rel! Lu jangan salah sangka dulu, justru gua begitu sama dia, karena gua sekadar respect sama dia! Gentong bilang kan dia selalu kelaperan. Makanya gua tulus bantu! Ini salahnya dimana ya?"
"Lo bukannya dulu yang suka ngelarang gua supaya gak terlalu deket sama Rasya? Lu sendiri???"
"Gua bukan ngelarang ya, Rel. Gua cuma sinikal"
"Serah lu deh, Mir. Intinya tetep aja kan lo akhirnya care juga sama Rasya?"
"Loh, ini gua gedek sama Rasya salah. Gua respect sama dia juga salah. Mau lo apa sih?"
"Mau gua, lu stop caper sama Rasya dengan modal duit bokap lo yang bejibun itu! Duit ortu aja bangga!"
"Dih, lu kenapa jadi gini sih, Rel? Ya duit, duit bokap gua. Dia yang ngasih ke gua, gua anaknya. Kenapa lo sewot???" tanya Amir. "Dan soal Rasya, lu kenapa sih, gak suka banget kalo gua coba deket sama Rasya? Emangnya cuma lo doang yang boleh? Gue enggak, gitu? Salah, kalo gua berubah pikiran? Justru elo harusnya introspeksi diri lu, Rel! Lu selama ini selalu bikin kegaduhan kan tiap deket Rasya? Anak-anak IPA bahkan gak suka liat lo sama Rasya. Beda banget mereka kalo ke gue! Coba lo pikir lagi deh! Lu mau sahabatan sama Rasya, tapi lo selalu aja ngacauin hari-harinya dia? Atau barangkali lo juga yang gak sengaja jadi penyebab dia sering dipukul sama Bokap tirinya?" tukas Amir panjang lebar.
"BACOT LU!!!" BUGGKKK!!! Farrel langsung saja meninju wajah Amir dengan keras sampai Amir rubuh. Amir tak membalas. Ketampanannya sama sekali tak rusak meski hanya dengan satu bogeman mentah dari Farrel.
"ALAMAK, KAU HANTAM JUGA DIA, REL???" teriak Gentong sambil berdiri dan membantu Amir berdiri.
Calvin langsung saja menahan tubuh Farrel agar tak semakin menjadi dan tersulut emosi. "Rel, Rel, udah, Rel! Jangan gini ah!"
"Kau jangan asal main pukul begitu, Rel! Kasian ini kan kawan kita looo! Masa main pukul begitu? Tebas saja lah palanya sekalian!" cetus Gentong sambil menyantap cirengnya lagi.
"Lu bener-bener gak nolong, Tong!" cetus Amir, pelan.
"Memang! Lebih baik aku makan daripada nolong kawan. Ujung-ujungnya dimakan juga!" sindir Gentong.
"Lu kenapa sih, Rel? Salah, kalo gua cuma niat mau bantu Rasya???" tanya Amir sambil memegang hidungnya.
Napas Farrel masih berapi-api tak normal. Dia menatap Amir dengan tatapan tajam.
"Kau juga samanya, Rel! Kenapa kalo Amir ingin berkawan sama Rasya? Kenapa tidak kau bolehkan? Hidup, hidup dia! Semuanya pun kau larang! Bikin nafsu makanku bertambah pula!" tukas Gentong, menyantap lagi cirengnya.
"Terserah lo pada deh! Terserah!!!" teriak Farrel sambil berlalu dan menendang sound sistem disana. Bukannya jatuh, Farrel malah menahan ngilu di kakinya dan sakit sampai nanti di luar studio musik tersebut. Sial.
~
"Weh, Rasya!" Gentong membuka pintu rumahnya dan sedikit terkesiap melihat kedatangan Rasya. "Kupikir kau gak akan dateng kesini lagi, setelah kau dapat subsidi dari si Amir!"
"Kamu udah tau?" tanya Rasya sambil duduk di kursi depan teras rumah Gentong.
"Sudah laaah, masa bestie kau begini tak tau apa-apa tentang kau?" tanya Gentong.
Rasya terdiam sebentar lalu mengeluarkan uang senilai 400 ribu dan memberikannya pada Gentong. "Gilang, ini sisa uang dari Amir, aku minta tolong titip di kamu ya. Kalo kamu mau pake, pake aja, gapapa. Tadi Bapak tiriku juga udah aku langsung kasih sisa dari seratus ribunya. Jadi dia seneng, dan gak mukulin aku. Itu tiap hari akan di kasih ke aku, Lang. Dan aku bingung gimana cara nolaknya. Aku juga gak bisa nolak karena kata Amir, dia gak suka penolakan"
"Bah, bisa pula modusnya itu anak!" cetus Gentong. "Duit sebanyak ini mau apakan? Tiap hari, pula! Mau bikin warung?"
Rasya menutup mukanya, letih, "Itu juga yang bikin aku bingung, Lang. Farrel juga tiba-tiba cuek lagi ke aku. Seharian ini dia gak ketemu sama aku. Dia gak gangguin aku lagi"
"Dia juga udah tau looo" cetus Gentong.
"Hah?" Rasya terkesiap.
"Itu looo, aku juga mau kasih tau ke kamu. Tadi dia berantam sama Amir di studio musik"
"Hah??? Berantem???"
Gentong manggut-manggut. "Dia macam gak suka loo kalo Amir bisa kasih uang jajan segini banyaknya sama kau!"
"Kenapa?"
"Aku juga gak tau lo, Sya. Kau tau tidak, si Farrel itu gak pernah rupanya ingin bersahabat dan dekat sama orang sampai seagresif ini kutengok! Gak pernah itu! Baru kali ini lo, Sya" ujar Gentong.
Rasya terdiam seketika.
"Terus pas di kelas tadi aku langsung tanya ke dia, terus kau sama Rasya gimana?"
"Terus dia jawab apa?"
"Dia bilang, mungkin Amir jauh lebih baik daripada dia untuk jadi sahabat kau, Sya!"
Rasya memejamkan matanya, gelisah, "Kok pikiran dia pendek banget sih, Lang???"
"Mana ku tahu, kau tanya aku pula! Sudah kubilang sama dia, waktu Tuhan perilisan otak, dia pasti lagi onani itu! Makanya dapetnya yang sisa. Itupun otak binatang, pula! Otak monyet!"
Rasya sama sekali tak tertawa, dia malah makin gelisah. Pikirannya makin meluang pada Farrel.
TO BE CONTINUED

KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER ON YOU (18+)
Teen FictionWARNING : LGBT CONTENT 18+ HOMOPHOBIC BETTER READ ANOTHER STORY "Nakal dulu, baru jadi polisi" - Farel Abdul Fatturachman, 2016 Farrel adalah cowok flamboyan, idaman para gadis di SMA Bakti Perwira. Lelaki bergigi gingsul imut itu cukup populer di s...