Tiga

668 76 87
                                    

Motor Farrel berhenti di lampu merah. Seraya dengan raut wajah Rasya yang tak nyaman, bagai menahan sesuatu yang mengganjal sedari tadi.

Drrrrkkkk... Suara itu lumayan terdengar tak enak disana.

Farrel sampai melotot mendengarnya. "Apaan tuh???" tanya Farrel seketika.

Para pengendara yang ikut berhenti di lampu merah bahkan turut memandangi Farrel. "Pada denger kagak???" Farrel malah bertanya pada pengendara lain.

Pengendara lain turut manggut-manggut, iya aja.

"Farrel!" Rasya menepuk pundak Farrel pelan.

Farrel tertawa, "Emang belum makan???" tanya Farrel ketika tawanya habis. Farrel begitu menggemaskan dengan kepala yang berusaha menoleh ke arah Rasya.

Rasya terdiam sejenak.

Farrel memanyunkan bibirnya, bukan main. "Malah diem aja nih, Pak Dokter!"

Rasya hanya diam memandangi leher putih Farrel dari belakang.

"Gimana mau jadi Dokter kalo makan aja sampe lupa. Tugas Dokter kan ngurusin juga tuh, waktu jam makan pasiennya" ujar Farrel, niat banget.

"Kamu kok bisa sampe mikir ke situ sih, Rel? Saya aja gak sampe kesana loh!" ujar Rasya.

Farrel hanya menyengir. Kemudian dia kembali mengegas motornya.

~

Motor Farrel tahu-tahu belok ke sebuah tempat parkir. Rasya terkesiap begitu Farrel bukan mengantarnya pulang, malah singgah-singgah.

"Kok kita berhenti disini, Rel?" tanya Rasya.

"Selamat datang di dunia peri" ujar Farrel melebarkan kedua tangannya layaknya marketing apartemen. Sayangnya kali ini bukan apartemen yang dipromosikannya, melainkan rumah makan Padang.

Rasya menekuk alisnya, "Kita mau ngapain disini?"

"Numpang cebok!" cetus Farrel.

"Iiihh, serius Farrel!!!"

"Ya makan laaah, Rasyaaaaaa!" cetus Farrel.

"Gausah, Reeell!!!"

"Lah, kenapa? Lo aja belum makan kan?"

"Enggak, Rel!"

"Rasyaaa"

"Serius! Gausah, Rel!"

"Udah ayo!" Farrel berusaha menarik tangan Rasya.

"Kita mau bayar pake apa???" tanya Rasya, bisik namun menekan.

"Pake duit laaah, masa pake doa???"

"Tapi kamu tau gak sih, aku tuh gak punya uang, Farreeeell!" ujar Rasya. "Apalagi untuk makan di tempat semahal ini?"

Farrel menyengir, memperlihatkan gigi gingsulnya. Dia menepuk-nepuk dadanya pelan, "Ada Babang Farrel!!!"

"Terus maksudnya, kamu yang mau bayarin, gitu? Aku gak mau!" jawab Rasya.

"Yakin, gak mau?" tanya Farrel.

Rasya menggeleng, tapi begitu melihat berbagai macam makanan di etalase besar, tenggorokan Rasya terasa asam. Perutnya tak bisa di ajak kompromi.

"Udah, jangan gengsi. Yuk!" ajak Farrel lagi.

"Ini bukan gengsi, Rel. Tapi aku gak enak, baru pertama kali kenal sama kamu, kamu udah mau bayarin aku makan" aku Rasya.

"Ya-yaudah, anggap aja ini bentuk perkenalan gue ke elo pertama kali. Udah deh, Pak Dokter gausah kebanyakan drama! Gue juga udah laper nih! Yuk!"

Rasya masih meragu. Farrel yang sedikit geram, turut menarik tangan Rasya menuju rumah makan Padang mewah tersebut.

AFTER ON YOU (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang