Tiga Puluh Satu

105 14 2
                                    

"Gue seneng banget malam ini, Bang" tutur Biru pada Farel.

"Oh ya? Senengnya kenapa?" tanya Farel.

"Karena lu... mmm... kayak jadi lebih peduli aja sama gue" ujar Biru setelah lamban menatap mata Pamannya itu.

"Loh, emangnya selama ini gue gak peduli gitu sama keponakan gue sendiri?" tanya Farel, heran.

"Yaaa... bukan gitu juga sih. Tapi peduli lo yang kali ini tuh kayak... beda aja gitu. Dan gue seneng akan itu" ujar Biru.

Farel tersenyum sejenak, lalu mengacak-acak rambut Biru. Meski dihatinya, masih tersimpan satu nama.

~

"Rasya!" panggil Amir seketika. Rasya bahkan tidak sadar bahwa mobil Amir sudah berhenti di depan gang rumahnya sejak tadi.

Rasya terengah seketika, "Eh, ya Amir?"

"Bengongin apaan sih lu dari tadi?" tanya Amir.

Rasya hanya bisa diam. Ingin menjawab nama itu, tapi tak enak pada Amir. Farel.

"Kita udah nyampe nih" ujar Amir.

Rasya menganggukkan kepalanya. "Oh iya. Makasih Amir"

Amir hanya diam sembari melihat Rasya yang turun dari mobilnya dan tak melakukan apa-apa. Dia heran.

Ini aneh. Meski sudah berpacaran, namun Rasya seperti menganggapnya biasa saja. Seperti sedia kala. Layaknya teman seadanya.

~

Memang benar adanya. Yang bisa Rasya lakukan saat ini ialah menghargai segala sesuatunya. Belajar menerima segalanya. Merayakan kehilangan.

Dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menangis tersedu-sedu di kamarnya.

Dia amat merindukan Farel. Seorang yang baik hati dan jahil. Yang selalu ada untuknya.

Meski sudah lama rasanya Rasya tak juga bertemu dengan Farel. Tapi rasa cintanya tak pernah kalah sampai sekarang.

"Ael... Aca kangen banget sama Ael. Aca pengin ketemu sama Ael" Rasya bertirakat, meski rasanya mustahil. Farel memilih untuk meninggalkannya.

Rasya merasa dirinya begitu munafik. Meski dia sudah punya Amir, tapi hatinya tetap merindukan Farel.

~

Esoknya di sekolah, Rasya disibukkan dengan berbagai susunan kegiatan untuk pensi sekolah. Selain itu, Rasya juga harus mengisi acara di pensi tersebut bersama Calvin, Amir, Agam dan Gentong.

Setelah dibujuk dengan pizza dua dus, akhirnya Gentong mau mengisi personel band tersebut sebagai drummer.

"Rasya, kau betul yakin bisa ikut band kami sampe acara nanti?" tanya Gentong sambil melahap pizzanya.

"Gue yakin Rasya bisa, nanti biar gue yang ngomong sama bokapnya Rasya"

"Ey, aku tanya Rasya lah babi, bukan kau!" omel Gentong.

"Insha Allah, aku bisa. Akhir-akhir ini, Bapak juga gak terlalu mengekang aku" jawab Rasya.

"Itu berkat gue, Sya. Gue kan bisa bikin bokap lo luluh! Gak kayak si Farel itu, cuma bikin ulah doang!" ujar Amir.

"Kau pun macam pacarnya Rasya aja, apapun diaturnya. Agak laen otak kau memang" cetus Gentong.

"Udah udaaah, yang penting insha Allah semuanya berjalan lancar ya" ujar Agam, si penengah.

"Amiiiiiinnn" seru semua yang berada di ruang musik tersebut.

"Sya, jangan lupa kau pake hadiahku itu!" ujar Gentong.

AFTER ON YOU (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang