Lima Belas

508 66 106
                                    

"Ada apa ya, Pak? Apa saya berbuat salah?" tanya Rasya ketika dia mendapat undangan dari wali kelasnya, Pak Angga. Rasya sudah duduk berhadapan dengan Pak Angga di ruangannya.

"Begini, Rasya. Kamu ini kan... murid bernon-subsidi yah?"

Rasya mengangguk.

"Nah, saya disini gak mempermasalahkan beasiswa kamu, sama sekali gak ada masalah. Kamu juga hampir gak pernah alfa dari absensi sekolah kamu. Dan kamu juga termasuk murid yang baik di sekolah. Tapi... kali ini saya ingin membahas hal penting yang menyangkut dengan beasiswa kamu, Rasya" ujar Pak Angga.

"Apa itu, Pak?" tanya Rasya, penasaran dan sedikit cemas.

"Untuk nilai pelajaran seni kamu. Ini kok bisa sampai dapet C, Rasya?" tanya Pak Angga. "Ya meskipun pelajaran seni memang bukanlah pelajaran eksakta. Tapi kamu wajib membirukan semua nilai kamu, Sya. Harapan saya agar beasiswa kamu gak berhenti sampai di SMA ini aja loh, Sya. Tapi sampai ke perguruan tinggi. Makanya saya ingin nilai-nilai kamu di sekolah ini, jangan sampai ada yang merah ya, Sya" ujar Pak Angga.

"Mmm... maaf, Pak. Saya memang agak bodoh dalam bidang seni, Pak. Makanya saya-"

"Itu bukan satu alasan, Rasya. Manusia itu diciptakan gak ada yang bodoh. Hanya malas. Jadi saya mohon, kamu jangan sampai jadi malas juga ya, Sya. Kejar nilai seni kamu. Ikuti saja yang mudah menurut kamu. Ada seni rupa, seni gerak, seni sastra dan musik, macem-macem lah" terang Pak Angga.

Rasya terdiam, bingung. Harus pilih pelajaran seni yang mana.

Pak Angga meluncurkan solusi, "Begini saja, kalau kamu bingung, kamu minta rekomendasi sama Agam saja ya. Kenal, kan?"

Rasya kemudian bertanya lagi, "Ap-apaaa gak akan ngerepotin kak Agam, Pak?"

"Ngerepotin? Itu justru udah jadi tugasnya dia sebagai ketua seni. Biar nanti saya kasih suratnya" ujar Pak Angga.

Rasya mengangguk pelan.

~

Rasya keluar dari ruangan Pak Angga, bersamaan dengan dua orang tengah menunggunya disana. Siapa lagi kalau bukan Flora. Kali ini bersama Cinta. Lauranya lagi ganti pembalut.

"Udududuu... anak butuh bansos ternyata mau siap-siap pansos lagi nih sama kakak senior di sekolah ini" tukas Flora sambil mengikuti Rasya berjalan di sisi kirinya.

Sementara Cinta menyamakan langkahnya dengan Rasya disisi kanan. Rasya berjalan bersamaan dengan mereka di tengah-tengah. "Abis sama Farrel, terus mau pansos sama Agam ya??? Gak bosen apa, pansos mulu?"

Rasya hanya diam, berjalan menunduk di koridor kelas-kelas.

"Belum lagi gue denger kemaren lu dapet bansos ya dari si Amir?" tukas Flora.

"Omaygat, itu sih biasnya Laura. Bisa abis lu kalo sampe si Laura tau, kalo lo itu morotin biasnya dia!" tukas Cinta.

"Aku gak minta itu dari Amir" jawab Rasya, membela diri.

"Diem lu!" timpal Cinta.

"Dia yang ngasih sendiri" tukas Rasya.

"Oh, jadi menurut lo, lo udah oke di sekolah ini???" tukas Flora mencengkram kedua pipi Rasya dengan satu tangan kanannya.

Rasya berusaha mengelak, namun Flora lebih kuat.

"Ngaca dong lu, anak kismin!!! Lu tuh... aduh, cuma parasit tau gak! Beban banget sih jadi orang! Pasang muka polos, minta-minta di kasianin! Dasar gak tau malu!" tukas Flora. Seketika ia berteriak bersama Cinta, "ARRRGGGHHHH!!!"

Rambut Flora dan Cinta rupanya di tarik oleh Gentong dari belakang sampai mereka meringis kesakitan.

"Ayo coba kelen bilang sekali lagi, siapa yang gak tau malu? Minta dikasianin??? Haaaa haaaa??? Santer juga kelen kutengok ya! Dua lawan satu. Hadapi aku sini, dua lawan satu pun bisa kutebas pala kelen ini aaa!!!" tukas Gilang.

AFTER ON YOU (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang