Tiga Puluh

510 39 9
                                        

Hari-hari Rasya begitu tak indah semenjak pertemuan terakhirnya dengan Farel pada malam itu.

Farel sudah pindah sekolah. Tak ada lagi laki-laki yang begitu ia cintainya. Tak ada lagi lelaki yang mengganggunya. Tak ada lagi lelaki yang mengajarinya musik. Tak ada lagi.

Tinggalah ia seorang diri. Namun Rasya tak pernah merasa sendiri. Hubungannya dengan Amir lambat laun kian dekat. Amir selalu mengantar Rasya pulang.

Sampai ketika akhirnya Amir mengungkapkan perasaannya terhadap Rasya. Di hari ulang tahun Rasya yang ke 17 tahun.

Amir memberikan satu paket dus buku-buku baru untuk Rasya. Amir tahu Rasya sangat suka membaca.

Rasya menerima perasaan Amir. Meski tak sepenuh perasaannya terhadap Farel, tapi Rasya ingin belajar mencintainya lebih dalam, sama seperti ia belajar mencintai Farel dahulunya.

"Maaf aku menyuruhmu untuk ke rumahku malam-malam begini, Sya! Karena aku pun tau kau juga harus menunggu Bapak kau itu pergi dari rumah untuk kau bisa datang kesini" kata Gentong pada Rasya ketika Rasya sudah berada di halaman rumahnya.

"Iya, Gilang" ujar Rasya. "Ada apa sih? Di sekolah kamu ngajak aku ketemuan malam ini keliatannya antusias banget"

"Aku mau kasih kau ini, Sya" Gentong menjulurkan sebuah kotak kado pada Rasya.

"Hah? Ini apa, Lang?"

"Hadiah ulang tahun"

"Hadiah? Makasih ya"

"Sama-sama. Nanti kau pake saat acara pensi nanti ya, Sya"

"Ooohhh... ini baju ya?"

"Iya" jawab Gentong.

"Yaudah, nanti aku pake pas pensi. Sekali lagi makasih ya, Lang"

"Oke"

~

Sementara hari-hari Farel di sekolah barunya terasa biasa saja. Dia memiliki teman-teman baru. Tapi dia tak sekalipun menemukan orang yang baru seperti Rasya.

Sungguh, tak ada satu pun yang mirip dengan Rasya di sekolah barunya itu. Farel merasa hampa dan kosong.

Saat sepulang sekolah, dia hanya menghabiskan waktunya dengan Biru. Terus bergulir sampai Farel melihat rambut Biru yang terus memanjang dan menjadi persis seperti Rasya.

Farel menjadi anak rumahan yang jadi malas kemana-mana. Begitupun dengan Biru yang selalu menemani Farel kemanapun dan kapanpun dia mau.

Lambat laun Farel dan Biru menjadi dekat. Hampir setiap hari Farel tak bisa lepas dari Biru. Tapi bukan berarti, Farel mengubah segala perasaannya terhadap Rasya dan menjadikan Biru sebagai pelampiasan.

Baginya, Biru tetaplah Biru. keponakannya yang masih biru.

Sementara kian hari, perasaan cinta Biru kian mendalam pada Farel. Biru tak bisa menampik dan semakin menutupi. Gambaran cinta terlihat jelas mulai dari pelupuk mata sampai di aroma tubuhnya untuk Farel.

Sayangnya, Farel tak menyadari perubahan Biru. Yang dia tahu, Biru semakin peduli dan selalu ada untuknya.

"Gimana di sekolah, Bang?" tanya Biru. Semenjak Farel pindah sekolah, Biru selalu terus menanyakan kabar Farel tiap pulang sekolah.

Farel mengangguk, "Good!"

"Udah punya temen baru?" tanya Biru lagi.

Farel hanya mengangkat kedua bahunya.

"What???" Biru menekuk alisnya, heran. "Bang Farel! Lu itu udah mau setahun sekolah disitu, dan lu masih gak punya temen???"

Farel mendongak ke arah Biru, "Ada, Biruuuuuu!!! Cerewet amat sih? Yakali gue gak punya temen?"

AFTER ON YOU (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang