Sebelas

538 70 97
                                    

Rasya akhirnya memilih untuk menemui Farrel di toilet unggulan. Dia tidak mau masuk ke dalam daftar people blacklist-nya Amir apalagi kalau sampe ke death note-nya.

Mendengarnya saja, sepertinya sangat membahayakan. Seisi kelas saja tidak mau itu terjadi pada mereka.

Rasya menghargai Amir beserta kebaikannya padanya. Amir akan memberikan uang makan di sekolah pada Rasya sampai ia lulus sekolah. Rasanya sangat tidak masuk di akal. Bahkan uang senilai seratus ribu baginya terlalu besar hanya untuk makan selama sehari.

Pada dasarnya Rasya menyantap mie goreng dengan telur itu sudah mewah baginya. Sekarang Rasya bingung mau makan apa dengan uang senilai seratus ribu di genggamannya dan akan ia dapatkan besokannya lagi.

Pikiran Rasya kacau. Tapi dia tetap fokus pada Farrel dulu. Dia ingin menemuinya di toilet. Mau tidak mau, Rasya harus kesana.

Setibanya di toilet unggulan, Rasya melihat toilet itu terlihat sepi. Banyak loker dimana-mana. Warnanya berpadu antara merah marun dan corak garis putih.

"Ael???" panggil Rasya seketika.

Farrel langsung keluar dari kamar mandi. Dengan rambut basah, telanjang dada dan hanya mengenakan boxer hitamnya, dia menghampiri Rasya.

Rasya tertegun melihat Farrel yang datang padanya dengan tubuh setengah telanjang, dan handuk tergantung di pundaknya. Rasya bahkan tak menyangka bahwa Farrel memiliki perut dan dada yang sempurna meski tubuhnya kurus. "Amir bilang... kamu cari aku, Rel"

Farrel seketika menarik tangan Rasya pelan dan membawanya ke kursi panjang di toilet tersebut. "Sini, Ca"

Rasya duduk di samping Farrel. "Kamu habis mandi?"

Farrel mengangguk, lalu dia menatap wajah Rasya lekat-lekat. "Kenapa harus bohong sih, Ca?"

Rasya tertegun, menelan ludahnya berat. Sepertinya Farrel sudah tahu semua rahasianya. "Bohong?"

"Kenapa lo gak kasih tau ke gue yang sebenarnya?" tanya Farrel.

Rasya berusaha mengelak dengan tawa kecilnya, "Kamu ngomong apa sih, Ael?"

"Balik belakang!" suruh Farrel.

"Hah?"

"Cepet balik belakang!"

Rasya dengan ragu akhirnya menurut dan membalikkan badannya.

Sejurus Farrel mengulur ke atas kemeja sekolah Rasya dengan pelan. Disanalah akhirnya dia menemukan bahwa benar apa yang dikatakan Gentong. Farrel melihat jelas punggung Rasya yang sudah dibubuhi banyak luka lebam.

Farrel membuang mukanya, matanya berkaca-kaca. Tak tega melihat itu semakin lama dan nyata. Puluhan bayangan penyiksaan terhadap Rasya satu-satu mulai bermunculan. Farrel tak sanggup membayangkan.

"Kenapa lo gak pernah bilang sih sama gua???" tanya Farrel, emosi. Air matanya tumpah.

Rasya menoleh dan melihat Farrel yang menangis. "Ael kenapa nangis?"

"Kenapa lu gak pernah kasih tau ke gua tentang ini???" tanya Farrel.

Bibir Rasya bergetar, dia pun ikut bersedih dengan situasi seperti ini. Antara mengingat semua peristiwa penyiksaan terhadapnya, juga dengan Farrel yang menangis tersedu-sedu di hadapannya. "Aku gapapa, Rel!"

"Bohong!"

"Sumpah, aku udah biasa dengan ini sem-"

"Jangan boong, Aca!!!" wajah Farrel sudah merah melihat Rasya yang lugu masih bisa berbohong di atas dukanya.

Rasya menundukkan kepalanya, semakin menangis.

Farrel seketika menarik tubuh Rasya dan memeluknya dengan erat. Keduanya sama-sama menangis dalam pelukan itu. Tanpa suara, tanpa kalimat apa-apa. Itu saja.

AFTER ON YOU (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang