Sepuluh

510 73 89
                                    

Farrel mengintip dari ujung jendela kelas Rasya. Dia ingin memperhatikan kesayangannya itu. Sejak Gentong menceritakan tentang latar belakang Rasya tadi, pikiran Farrel semakin kacau. Dia menjadi memiliki keresahan sendiri pada Rasya. Seakan segala ruang kekhawatirannya terpenuhi oleh celah sekat dari Rasya.

Farrel dapat melihat Rasya di mejanya tengah mengernyitkan kening ketika dia melihat uang senilai 50 ribu di dalam tasnya. "Lah, itu dia ada duit. Tapi kenapa dia bingung gitu?"

Farrel memotret Rasya yang tengah bingung memegang uang tersebut dengan ponselnya.

Sejurus Rasya berdiri dari duduknya, meminta ijin pada guru di kelasnya kemudian pergi dari kelasnya.

Lantas Farrel pun turut mengikuti Rasya dari belakang. Sambil sembunyi-sembunyi, Farrel berusaha agar tidak ketahuan Rasya disana.

Dengan beberapa gerak yang diam-diam mengikuti, Farrel akhirnya tahu kemana Rasya pergi. Masjid sekolah. Rasya masuk ke dalam masjid tersebut setelah melepas kedua sepatunya.

"Ngapain dia ke masjid? Ini kan belum waktunya solat!" ujar Farrel.

Seiring Farrel pun turut mengikuti Rasya, melepas sepatu dan masuk ke masjid. Farrel kemudian menclinguk ke dalam masjid tersebut, disanalah terlihat Rasya yang memasukkan uang senilai 50 ribu tersebut ke dalam sebuah kotak amal.

Farrel terengah seketika. Ada banyak macam pikiran di otaknya. Terlebih saat ia melihat Rasya yang memasukkan uang ke dalam kotak amal tersebut. Barulah Farrel kembali ke kelasnya.

Dia menemui Gentong lagi, "Lo bilang dia orang susah. Gak ada duit!" cetus Farrel, dengan suara pelan pada Gentong yang duduk di hadapannya.

Gentong berhati-hati menjawab pertanyaan Farrel, karena Bu Endang, guru matematika tengah menerangkan tugas. "Ih bodo kali lah, sudah kubilang dia susah. Tak ada percayanya kalilah kau, Reel!" balas Gentong, suara kecil.

"Siapa si?" tanya Amir pada Farrel di sampingnya. Kepo.

Farrel tak menggubris Amir, dia tetap fokus pada Gentong. "Terus kenapa tadi dia gue liat dia masukin duit 50 ribu ke kotak amal???"

"SERIUS KAU???" Gentong spontan berbalik dan mampu membuat suara gaduh karena tubuhnya yang besar sukses membuat mejanya patah jadi dua.

Para murid di kelas itu turut menoleh ke arah sumber suara. Sementara Farrel dan Amir, menutup mata mereka. Bersiap dapat hukuman dari Bu Endang yang kini tengah memelototi mereka. Kena lagi.

~

Farrel memandang ke atas, bersama dua sahabatnya. Gentong dan Amir. Tangan mereka sejak tadi pegal harus hormat pada sang saka merah putih.

Teriknya matahari siang itu benar-benar sukses membuat Farrel dan dua sahabatnya itu berkeringat.

"Elo sih!" cetus Amir pada Gentong.

"Kau jangan salahkan aku pula! Kawanmu satu ini yang bikin aku heboh!" cetus Gentong pada Amir. "Baru meja yang kubikin patah, sebentar lagi pun leher kau kupatahkan!"

Amir hanya memutar bola matanya.

"Tong, lanjut! Gue serius liat Rasya masukin uang gocap ke kotak amal!" cetus Farrel.

"Aduh, Rel! Lu tuh kenapa sih jadi hobi ngepoin tuh anak? Ada apa sih sama kalian berdua?" tanya Amir yang sejak tadi sudah bosan dengan topik Farrel dan Gentong.

"Ya gua... simpati aja lah, Mir!" cetus Farrel.

"Sejak kapan seorang Farrel the bad guy, jadi simpati sama orang???" tanya Amir.

Farrel merungutkan wajahnya, "Lo sinis amat!"

"Harus! Lagian tuh anak juga masukin duit ke kotak amal kan, bukan nyolong duit di kotak amal. Lu ngurusin banget!" timpal Amir.

AFTER ON YOU (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang