Enam

638 78 103
                                        

"Putri... aku boleh ngomong sebentar?" tanya Rasya yang sehabis dari kantin turut kembali ke kelasnya dan bertemu Putri.

"Boleh dong, Sya. Mau ngomong apa?" tanya Putri.

"Aku tadi habis dari kantin, ketemu sama Amir sama Gilang. Terus Amir marah-marah ke aku pas aku tanya soal Farrel. Katanya kemarin kamu hina-hina Farrel di depan banyak orang. Apa bener?" tanya Rasya, baik-baik.

Putri membuang napas, dari raut wajahnya, Rasya sudah bisa menebak memang benar. Putri hanya menjawab, "Gue ngelakuin itu demi elo, Sya!"

"Kan kalian sekelas udah cukup ingetin aku soal itu, tapi bukan berarti kamu bisa bebas bawa-bawa aspek yang ada di Farrel, Put. Dan yang berhak untuk ingetin Farrel untuk berhenti bersahabat sama aku, bukan kamu loh. Aku udah kasih tau tentang Ayah tiri aku ke kamu juga, Put. Aku di pukulin kemarin sama dia bukan sepenuhnya salah Farrel. Justru Farrel yang udah baik banget kasih aku makan di tempat mahal. Emang Ayah tiriku aja yang wataknya kasar, Put!" ujar Rasya panjang lebar, baik-baik menjelaskan.

Putri menatap Rasya dengan besar hati. Ia berusaha menerima kesalahannya di hadapan laki-laki yang sejak dulu amat ia cintainya.

Rasya memanglah bukan laki-laki yang tajir, populer dan menjadi prioritas utama gadis-gadis di sekolah. Tapi Rasya memiliki sikap yang tak jarang dimiliki laki-laki manapun. Rasya begitu besar hati, penyabar, murah senyum dan menawan. Tak heran jika selama ini Putri hanya bisa mengaguminya sejak lama, tanpa berani untuk mengungkapkan perasaannya itu pada Rasya.

Putri mengangguk pelan dengan mata berkaca-kaca, "Maafin gue, Sya"

Rasya memegang kedua bahu Putri. Putri merasa deg-degan dengan perlakuan Rasya kali ini. "Maafin aku juga ya, Put. Aku gak ada maksud untuk ngecewain kamu. Aku akan tetep jadi sahabat kamu kok, Put. Aku gak akan berubah sama sekali"

Putri perlahan menyeka air matanya dan mengangguk mantap dengan senyuman manisnya. "Iya, Sya"

Rasya tersenyum manis ke arah Putri.

~

"Gimana gimana???" Farrel meminta Gentong mengulangi kalimatnya barusan karena masih sedikit tak paham dengan kalimatnya.

"Bah! Bodo kali lah ini anak. Panjang lebar kubercerita, masih mau suruh ulang pula!" tukas Gentong. Disamping Gentong ada Amir yang tengah unboxing gitar bass barunya yang dipesankan oleh Papinya dari Paris dan tiba di hari itu juga.

Gitar bass itu terlihat unik dan mahal. Berwarna hitam dipadu perak. Ayah Amir langsung was-was ketika Amir bilang gitar bassnya rusak. Ayah Amir mendukung apa saja kegemaran Amir, yang penting Amir senang dan berbakat. Amir anak tunggal dari seorang konglomerat yang kaya tujuh turunan. Ia sangat di sayang dan di manja oleh Ibu dan Ayahnya. Meski begitu Amir tak mau terlalu terlihat mewah dan glamor di sekolahan.

"Gua masih gagal paham, Toooong" ujar Farrel. Ia dan kedua sahabatnya itu tengah berada di studio musik sekolah.

"Pasang telinga kau betul-betul!!!"

"Iye! Cepet!"

"Rasya itu tidak tau menau soal omongan sadis Putri pada kau! Malah dia nyari-nyari kau pas jam istirahat di kantin!"

"Oh ya? Ada perlu apaan ya?" tanya Farrel, berpikir.

"Mau tebas pala kau pake parang dirumahku!!!" tukas Gentong, emosi. "Nanya pula rupanya! Mana kutau soal itu!!!"

"Y-y-yaa biasa aja dooong, gausah ngegas kali, Tooong!"

"Bodoh kali rupanya! Kau ini TTB Farrel!"

"TTB??? Apaan tuh???"

"Tampan Tampan Blo'on!"

Farrel cemberut seketika. Meski begitu wajahnya terlihat unyu menggemaskan.

AFTER ON YOU (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang