Tujuh Belas

443 52 75
                                    

Sedikit lama rasa canggung menyergap, keduanya kini sama-sama bingung ingin berbuat apa.

"So! Kita mulai darimana?" tanya Farrel seketika.

Rasya mengangkat kedua bahunya. "Aku bingung"

Farrel melipat bibir, lalu menjatuhkan pandangannya pada piano. Lalu dia duduk di kursi depan piano tersebut dan menyalakan piano tersebut. "Kita coba atur nada suara dulu!"

"Itu kayak gimana?" tanya Rasya.

"Ikutin gue!" Farrel lalu menekan tuts nada 1, "Do..."

"Do..." Rasya mengikutinya.

"Re..."

"Re..."

"Mi"

"Mi"

"Fa"

"Fa"

"So"

"So"

"La"

"La"

"Si"

"Si"

"Do..."

"Do..."

Farrel mengangguk, "Itu bagus nada suara lu"

Rasya tersenyum merasa aman. Padahal belum semuanya semula.

"Sekarang kita coba nyanyi" ujar Farrel.

"Hah?" Rasya terkejut seketika.

"Lagu apa yang lo suka?" tanya Farrel.

Rasya diam, wajahnya terlihat bingung. Mukanya terlihat basah. "Aku gak tau, Rel"

"Ayolah, lo pasti punya lagu favorit! Dari sekian banyaknya musik!" ujar Farrel.

Rasya masih bingung.

"Ah, gue tau lo suka apa!"

"Apa?"

"Gue!" jawab Farrel, bangga.

Rasya tersenyum, memukul lengan Farrel pelan.

"Ayo dong, biar gue yang iringin lo nyanyi!" tukas Farrel lagi.

Rasya terdiam, memikirkan lagu apa yang cocok untuknya hari ini.

Farrel terdiam menatap Rasya. Menerka-nerka apa lagi favorit Rasya yang sepertinya misterius.

"Mmm... kalo kamu dulu, boleh gak, Rel?" tanya Rasya.

"Gue?"

"Iya. Kamu coba nyanyi dulu, aku pengen denger" kata Rasya.

"Yaahh, gimana sih nih yang pengen di ajarin" ujar Farrel.

Rasya hanya tersenyum nyengir. "Emang kamu suka lagu apa?"

Farrel terdiam sebentar. Dia melamun, memikirkan sesuatu. Lagu yang begitu mengenangnya akan seseorang. Ibunya.

Perlahan Farrel menekan tuts piano dan mulai memainkan intro dari lagu tersebut.

Satu tarikan napas pelan, Farrel mulai mengeluarkan suaranya, "Sejak ia pergi... dari hidupku... kumerasa sepi"

Rasya terbelalak mendengar suara Farrel yang ternyata begitu indah didengar telinganya.

"Dia tinggalkan kusendiri, disini... tanpa satu yang pasti..." suara Farrel perlahan terdengar lirih dan begitu menghayati. Jari jemarinya makin bergetar menekan tuts piano dengan indah.

"Aku tak tahu harus bagaimana, aku merasa tiada berkawan, selain dirimu... selain cintamu" sambung Farrel dengan merdu. Entah mengapa rasanya lega saat menyanyi di hadapan Rasya.

AFTER ON YOU (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang