Dua Puluh Sembilan

230 28 4
                                    

"Kenapa ya, Farel gak dateng ngejenguk aku, Mir?" tanya Rasya yang duduk diam di sofa lusuh rumahnya. Malam itu hanya ada ia, Amir dan Herman di rumahnya.

Amir yang duduk di hadapan Rasya hanya bisa menelan ludahnya, "Mungkin dia sibuk, Sya"

Rasya terlihat muram, "Iya yah. Pasti padat banget jadwalnya, apalagi di eskul musik"

"Iya, makanya lo cepet sembuh dong. Biar bisa latian lagi kita!" kata Amir.

"Iya, doain supaya bisa cepet beraktifitas lagi ya, Mir"

"Amin"

"Udah lu ngapain sih mikirin dia orang! Belom tentu tuh orang mikirin elo! Batang idungnya aja kagak ada dari kemaren-kemaren!" cetus Herman. "Emang dasarnya bencong sih dia tuh ah!"

Rasya hanya bisa bersabar dan menundukkan kepalanya.

Sampai seketika, suara gaduh terdengar dari luar rumah Rasya. Banyak suara anak remaja disana yang berkerumun di depan rumah Rasya.

"Ada apaan sih, tuh?" Amir menoleh ke arah luar pintu untuk melihat.

"Assalamualaikum..." di mulai dari Gentong datang untuk menjenguk Rasya. Dia masuk ke pintu dan menyalami tangah Herman. Habis bersalaman Gentong berekspresi gondok. Lalu disusul oleh anak-anak di kelas Rasya masuk serombongan.

"Buset!!! Banyak amat lu, Tong! Pada mau tawuran yak?" cetuk Herman dengan bingung.

"Ooommm... ini kita bawain banyak makanan sama minuman nih buat Om sama Rasya, sekalian tolong Om siapin ya buat kita semua" Calvin menyodorkan beberapa tas plastik besar berisi makanan dan minuman sambil mengalihkan perhatiannya untuk ke dapur. Calvin memberikan acungan jempol pada Agam.

Di rumah Rasya terdapat 52 siswa yang berkumpul disana untuk menjenguk Rasya. Suasana rumah Rasya menjadi panas saking banyaknya orang yang masuk ke dalam rumah kecil itu.

Lalu Agam yang selesai mendapat acungan jempol dari Calvin itu turut menganggukkan kepalanya pada Putri.

Putri pun mengerti isyarat dari Agam. Dia langsung menghampiri Rasya. Sementara Agam mendekati Amir.

"Sya, ikut gue sama Dina yuk!" ajak Putri pada Rasya "Lo masih bisa jalan, kan?"

"Bisa, kok. Tapi kemana, Put?" tanya Rasya.

"Ke rumahku, Sya! Ambil makanan!" tutur Gentong.

"Kenapa gak sama kamu?" tanya Rasya.

"Aduh, Rasya pelor! Aku ini capek-capeknya antar teman-teman ini ke rumahmu. Gantian lah dulu kau antar si Putri ke rumahku ambil makanan sama Mamakku itulah" ujar Gentong

"Ayo, Sya" ajak Dina.

Rasya tersenyum, "Iya. Ayo, Put, Din"

Saat Amir hendak menengok ke arah Rasya, Agam turut mengalihkan perhatiannya. "Eheheh, terus gimana nih, Mir?"

"Gimana apanya?"

"Acara kita ini kalo gak ada si Farel, bahaya dong" cetus Agam.

Amir terdiam, ikut berpikir. Baru inilah dia kepikiran akan itu. Biar bagaimanapun dia tetap membutuhkan Farel di acara pensi.

Sementara itu di depan rumah Gentong, Putri dan Dina tiba mengantarkan Rasya pada seseorang.

Seseorang yang mengenakan kaus putih polos dan celana abu-abu panjang nampak tampan disana.

Mata Rasya berbinar begitu melihat sosok lelaki itu, "Ael..."

Farel tersenyum dihadapan Rasya.

Dina mengelus-elus bahu Putri. Putri tersenyum dengan ikhlas melihat Rasya bersama Farel. Meski Putri tidak tahu pasti, sejauh mana hubungan Rasya dan Farel, tapi merelakan dan mengikhlaskan sudah cukup untuknya. Cinta tidak bisa dipaksakan dan disalahkan.

AFTER ON YOU (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang