4. Tanah Hindia dan Belanda

2.6K 339 1
                                    

-:*:- e d e l w e i s -:*:-

-:*:- e d e l w e i s -:*:-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-:*:-


10 Januari 1934

Masa depan tidak ada yang tahu selain Tuhan Maha Kuasa, nyatanya Edwin percaya itu. Setelah tahun berganti tahun membuka lembaran baru dan merobek lembaran lama, sekarang laki-laki itu mengerti apa makna hidup. Yang kebenarannya, Edwin jadi lebih merasakan manisnya kehidupan setelah berjuang meletihkan jauh dari harta keluarga.

Meski itu semua sama sekali tidak mempan mengubah sikap Edwin yang sinis, tempramental, kasar, sangar, dan barangkali kejam. Tabiat asli Edwin agaknya terlalu permanen untuk dilunturkan.

Ia menikmati hidupnya, dalam kukungan pekerjaan di Angkatan Laut Prancis selama tahun-tahun belakangan ini. Sampai sekarang Edwin akhirnya memutuskan berhenti dan pergi berlayar mencari kenyamanan baru di Belanda--tempat di mana ia lahir. Dengan berat hati Edwin katakan, semua ini--karena Damien yang membuat dirinya memiliki pilar kesempatan.

Jikalau saja ia tak punya siasat melarikan diri, mungkin Edwin tak akan pernah berdiri di tengah empat kelompok barisan penuh laki-laki jantan yang tengah mengantri untuk dicatat namanya.

Menjadi serdadu tentara dengan pangkat rendah tentu tidak ada dalam list kehidupan Edwin sejak kecil yang hanya dituntut layaknya putra mahkota. Namun Damien menceritakan padanya tentang kehidupan semula pria itu.

Dia seorang Letnan satuan infanteri Inggris yang sudah membuang tahun-tahun di hidupnya untuk memperjuangkan posisi itu. Veteran Perang Dunia I yang membawa pulang penghargaan sekaligus luka buta sementara selama hampir satu tahun lamanya. Dan nasibnya setelah perang berakhir, ia hijrah ke Prancis tanpa alasan yang tidak dirinya ketahui.

Menurutnya itu hebat, Edwin juga ingin menjadi laki-laki yang berguna. Ingin menjadi seseorang dengan pakaian loreng banyak lencana yang tercatat sejarah terakui negara. Dan atas nama Sang Ratu Wilhelmina, Edwin rela mati demi Netherland.

"Hé, niet dagdromen. Binnenkort ben jij aan de beurt." (Hei, jangan melamun. Sebentar lagi giliranmu)

Lamunan laki-laki itu pecah, ekor matanya melirik ke samping sekilas lalu teralih ke depan pada dua orang lagi yang mengantri, setelah itu adalah giliran Edwin.

Dalam ruang lebar bertembok beton dan lampu gantung yang menyala remang di tengah siang bolong. Edwin merasa sedikit sesak menghirup udara yang tak ada segarnya sama sekali.

"Vermeld uw volledige naam, geboorteplaats en laatste beroep of opleiding." (Sebutkan nama panjangmu dengan lengkap, tempat tanggal lahir, dan pekerjaan atau pendidikan terakhir) Seorang pria kekar yang duduk dihadapan peti raksasa sebagai topangan untuknya menulis melirik datar pada Edwin.

"Edwin Leonardo Dijkgraaf, Alkmaar 22 juni 1915, Franse marine arbeider." (Pekerja Angkatan Laut Prancis)

Pria itu meliriknya sinis, ia menunduk guna mencatat informasi biodata Edwin. "Ik weet dat je koninklijk bent, jonge meester Dijkgraaf. Zal ik je terugbrengen naar je paleis?" (Aku tahu kau bangsawan, Tuan Muda Dijkgraaf. Perlu aku pulangkan kau ke istanamu?) serunya mengejek.

EdelweisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang