Flowers are the music of the land. From the lips of the earth spoken without a sound. Then I know that happiness is simple. - Persephone; goddess of spring, queen of the underworld.
I am your home. Don't go too far, or you'll get lost. - Hades; god...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-:*:-
Kicauan burung pipit melesat terbang menikmati pesakitan duniawi sembari mewarnai siang. Kediaman Edwin di Weltevreden nampak lebih hidup sejauh mata memandang saat Kirana melanggar semua karakteristik selera sang Tuan yang melebihi aneh.
Dan si Tuan tak melayangkan protes lebih lanjut sebab jarang melihat kediamannya di siang hari; dia bahkan lebih sering ke Barak mengemban tugas. Jika Edwin tahu bagaimana keadaan kediaman hari ini, barangkali Kirana akan menjadi sasaran papan bidik amarahnya yang tak berperasaan.
"Perempuan ayu yang waktu itu dibawa Meneer itu gundik 'kan?"
Langkah Kirana terhenti di samping pintu dapur saat mendengar dialog dua orang di dalam sana dengan logat Jawa kental. Nampak seperti seseorang yang sedang menguping pembicaraan orang lain. Tidak sopan, memang.
"Iya lah! Memangnya apa lagi? Dia Indo, mana mungkin istrinya Meneer. Kapan nikahnya?" Seruan itu memancing tawa renyah dari lawan bicara.
"Bukan begitu maksud aku-" ucapannya terjeda sepersekon detik macam sedang memotong sesuatu di atas tumpuan. "Dia 'kan gundik, ya, tapi kok aku tidak pernah lihat Meneer sentuh perempuan itu? Yang aku lihat, dia kerjanya bersih-bersih rumah sama masak kaya kita."
"Yo mana aku tahu. Mungkin saja Meneer sama dia gituanya diam-diam. Kita 'kan tidak tahu."
Kirana tidak merasa tak pantas marah, dia juga sempat berpikiran macam itu tentang dirinya sendiri. Dari pada diperlakukan seperti gundik atau Nyai seutuhnya, Edwin malah memperlakukan dia macam babu yang dipekerjakan. Namun itu tidak masalah, bukannya bagus jika dirinya tak jadi pemuas nafsu birahi Edwin? Artinya Tuhan masih sayang pada harga diri Kirana.
Meski demikian, tetap saja, dia tidak akan pernah tahu kedepannya macam apa. Mengingat, Edwin juga laki-laki yang punya hasrat. Yang bisa kapan saja menyuruh Kirana tanpa beban untuk menuntaskannya.
-'- -'- -'- -'- -'-
Mbok Sari keluar dari rumah beriringan dengan Kirana yang tampak cantik jelita bagai pelita. Menyusuri jejeran komplek elit kediaman para Londo berduit tebal di Weltevreden. Mengarungi jalan sembari merasakan sinar matahari mengerubungi.
Nyonya-Nyonya Eropa yang tengah bersantai cantik di teras kediaman ditemani teh dan beberapa hidangan pencuci mulut. Duduk anggun tanpa memperdulikan para babunya yang lesehan di dekat kaki sang Nyonya.
Mereka mulai menjadikan Kirana bahan gunjingan saat setelah melihat gadis itu lewat. Perihal tak jauh-jauh dari keburukkan Kirana yang merupakan anak haram, alias Indo, dan dijadikan Nyai oleh Sersan Dijkgraaf.
Bagi mereka, bukan hal yang biasa ketika mengetahui Tuan Edwin memiliki wanita piaraan. Sebab mereka tahu, Edwin tak terlihat macam pria normal yang tak tertarik dengan nafsu duniawi; macam Malaikat Pencabut Nyawa saja. Kejam, arogan, dan tempramental.