40. Edelweis Bunga Abadi

6.9K 436 38
                                        

-:*:- e d e l w e i s -:*:-

-:*:- e d e l w e i s -:*:-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-:*:-


29 Januari 1946, Athena, Yunani

Mereka keluar dari kapal, menapaki Pelabuhan Piraeus yang ramainya tiada tara macam pelabuhan pada umumnya. Yang disinggahi banyak pedagang-pedagang luar. Kapal-kapal berjejer beragam. Daratan tampak memukau sejauh mata memandang.

Eduardo tampak memasang muka datar sambil membawa Makaria dalam gendongannya. Amanda turut di samping suaminya sesekali mengusap pipi gadis kecil penyuka boneka kayu itu. Sementara dua calon suami istri itu, tampak bergandengan tangan berjalan di ikuti para pelayan kapal yang sudah di sewa untuk membawa barang mereka ke mobil. Sedari awal Edwin sudah menyiapkan semuanya.

Tentang pelabuhan ini, Edwin jadi teringat masa kecilnya yang konyol. Entah datang dari mana keberaniannya hingga ia dulu bisa tersesat di Hindia Belanda dan berakhir bertemu Kirana.

Edwin menyewa dua mobil, Amanda akan bersama Eduardo dan Makaria, sedangkan Kirana tentu akan bersamanya.

Sepanjang roda mobil berputar, Kirana tak henti terpukau. Negeri Eropa yang cantik. Biasanya Kirana hanya melihat simulasinya di Hindia, namun kini jelas terpampang di depan mata meski sayangnya bukan Belanda maupun Belgia.

Kirana sewaktu kecil pernah mengadu pada Sartika jika cita-citanya ingin ke Belgia dan bertemu ayah. Namun agaknya hanya angan pilu. Semenjak beranjak dewasa, ia sudah memiliki pikiran yang logis. Tidak mungkin Kirana menemukan ayah yang wajahnya saja tidak pernah Kirana lihat seumur hidupnya. Semua akan berakhir dengan kesia-siaan.

"Ada masalah?" tanya Edwin tatkala melihat Kirana tenggelam dalam lamunan. Pria itu meraih satu tangan Kirana dan mengecup singkat punggung tangan perempuan itu.

Sang bidadari tersenyum tipis memandangnya. "Aku hanya merindukan ayah. Kata Mamah, dia orang Belgia."

"Benarkah? Perlu aku mencarikan beliau untukmu?" tawar pria itu sungguh-sungguh.

Kirana menggeleng pelan. "Tidak perlu. Percuma saja jika aku tidak ingat apapun tentang dia, bahkan rupa wajahnyapun aku tidak tahu. Hanya nama Ferdinand yang aku tahu. Dan ... pemilik nama itu tidak mungkin hanya satu orang." Edwin menarik kepala Kirana lembut untuk bersandar pada dadanya.

-'- -'- -'- -'- -'-

Kediaman bangsawan Rhodes digemparkan oleh dua orang yang tampak tidak asing. Penjaga gerbang buru-buru memberitahukan kedatangan mereka pada Ernst dan Chrysanta yang sedang menikmati teh di taman belakang.

Di balik pintu masuk menjulang tinggi, Chrysanta muncul dengan tergesa-gesa di ikuti Ernst yang sudah memperingati istrinya untuk tidak berlari. Dari pekarangan kediaman yang terbuka, jantung Edwin berdetak kencang saat melihat wajah ibunya yang kini dipenuhi garis halus. Mata pria itu sama berkaca-kacanya melihat Chrysanta mendekat dan memeluknya begitu erat.

EdelweisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang