Oyakata-sama memang selalu memiliki aura ketenangan yang kuat. Bahkan para Hashira begitu menghormatinya. Mereka juga mengabdikan diri pada Oyakata-sama, bagi mereka Oyakata-sama adalah orang yang penting.
Hampir setiap hashira bermasa lalu kelam. Dan Oyakata datang untuk merengkuh mereka. Membawa mereka dalam lingkaran yang damai.Lalu diantara para hashira itu, ada seorang hashira perempuan dengan teknik membunuh yang unik. Dia tidak memenggal kepala iblis. Dia membunuh iblis dengan racun serangga yang ia buat. Shinobu Kochou, itulah namanya.
Selain teknik membunuhnya yang unik, dia juga berguna sebagai dokter untuk para pemburu iblis yang terluka. Mengobati mereka dengan ilmu medisnya. Dia juga memiliki wastu untuk merawat para pemburu iblis yang terluka parah.
Seperti saat ini, di wastu Shinobu, Tomioka Giyuu sedang menjalani perawatan medis untuk beberapa hari ke depan. Kemarin dia baru pulang dari misinya dan mendapatkan luka yang cukup lumayan. Iblis yang menjadi lawannya cukuplah kuat. Hingga berakhirlah Giyuu dirawat di wastu Shinobu.
"Tomioka-san, ohayou!" sapa Shinobu. Dia sedang melakukan kunjungannya, mengecek pasien yang tak lain tak bukan adalah Giyuu sendiri. Tak lupa, Shinobu juga didampingi oleh Aoi Kanzaki, bawahan sekaligus orang yang sangat sibuk mengurusi setiap hal yang ada di wastu kupu-kupu.
"Tomioka-san, berhubung luka mu cukup parah. Kau harus dirawat disini untuk beberapa hari ke depan." ucap Shinobu dengan senyum andalannya.
"Begitu ya." hanya itu respon yang Giyuu berikan. Dia sendiri merasa maklum karena memang badannya saat ini penuh perban.
"Aku akan memeriksamu secara berkala setiap harinya. Jadi jangan khawatir, selain itu Aoi-chan juga akan membantu menjaga dan memenuhi semua keperluanmu selama disini."
"Aku mengerti."
"Sekarang, minumlah obat ini dulu, Tomioka-san."
Giyuu menurut, ia mengambil 3 butir pil itu dari tangan Shinobu, lalu menelannya dengan segelas air. Ia berharap lekas sembuh. Agar bisa segera kembali ke rumahnya yang damai.Melihat Giyuu yang menurut, Shinobu merasa senang. Dia yakin, Giyuu akan segera pulih jika begini. Sebenarnya, sudah sejak lama Shinobu menyimpan perasaan pada Giyuu di dalam hatinya. Dia hanya bermain kode pada Giyuu selama ini. Dan menurut pengamatannya, Giyuu tidak paham atas kode itu. Namun tak apa, Shinobu bisa bersabar lebih dari ini.
Sementara itu di tempat lain, disebuah kediaman yang sedikit jauh dari wastu kupu-kupu, Sanemi baru saja selesai berlatih dengan junior-junior didikannya. Latihan kali ini cukup panjang, Sanemi ingin mereka bisa bertambah kuat agar selain bisa membasmi iblis, mereka juga bisa bertahan hidup lebih baik.
Setelah membubarkan anak-anak didiknya, Sanemi berjalan menuju ke belakang rumahnya. Baru saja hendak membasuh wajahnya, Sanemi mendengar suara gagaknya.Dan benar saja, gagak Sanemi baru saja pulang dari kediaman Oyakata. Gagak itu memberikan informasi bahwa Tomioka Giyuu pulang dari misi dengan luka yang cukup berat hingga harus diistirahatkan dan mendapat perawatan yang intensif.
"Begitu ya." gumam Sanemi setelah mendengar semua informasi yang gagaknya berikan.
Tak bisa dipungkiri, Sanemi cukup resah. Dia khawatir, separah apa luka Giyuu hingga harus diistirahatkan. Setahu dia, Giyuu hanya ditugaskan untuk menjaga desa di sekitar tempat tinggalnya.Semenjak kejadian di hutan bambu itu, Sanemi menjadi gampang cemas jika mendengar kabar buruk yang menimpa Giyuu. Padahal sebelumnya, dia masih bisa mengendalikan dirinya. Masih bisa bersikap normal, tapi entah kenapa setelah kejadian itu, Sanemi jadi tidak bisa seperti itu lagi.
Hari demi hari sudah Giyuu lewati dengan perawatan intens dari Shinobu. Padahal biasanya, Shinobu menyerahkan bantuan medis di wastunya ini pada Aoi atau Kanao serta ketiga anak-anak didiknya yang lain. Tapi kali ini, Shinobu sampai meminta ijin pada Oyakata untuk meminta waktu agar bisa merawat Giyuu dengan tangannya sendiri. Dan tentu saja Oyakata menyetujuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAZE MIZU
Fanfiction"Disini, berdua, dalam keheningan malam. Tomioka, ku harap nanti kau akan mengerti." -Shinazugawa Sanemi