STAY

1.3K 111 110
                                    

"Eh!?"

Sanemi kebingungan kala Giyuu baru saja menghambur padanya. Memeluk Sanemi dengan erat sembari menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Sanemi. Entah ada apa dengan Giyuu yang tiba-tiba begini, Sanemi juga kurang tahu. Mungkin Giyuu masih khawatir karena Giyuu tadi menyaksikannya batuk darah. Begitulah pikir Sanemi.
"H-Hei, ada apa sayang?" tanya Sanemi sambil membalas pelukan Giyuu. Namun Giyuu tak langsung menjawabnya. Dia justru semakin merapatkan badannya pada Sanemi. Rasanya Giyuu seperti tak ingin melepaskan sosok bersurai putih ini saat ini.
"Giyuu?" panggil Sanemi lagi. Dia berbisik tepat di telinga Giyuu dengan nada rendahnya. Dan yang Sanemi dapatkan malah suara isakan kecil dari Giyuu yang teredam bahunya.

Sanemi hanya menghela napasnya. Dia sedikit tersenyum dibalik punggung Giyuu. Sanemi juga membelai lembut surai hitam Giyuu. Surai halus yang lembut, Sanemi selalu menyukai apapun yang ada pada Giyuu. Dari dulu hingga saat ini. Namun sayang, Sanemi tidak mengerti ketakutan apa yang kini sedang Giyuu rasakan di dalam hatinya. Setahu Sanemi, Giyuu bersikap seperti ini karena Giyuu mencemaskan kesehatannya.

Muichiro yang melihat Giyuu dan Sanemi masih berpelukan itu perlahan berjalan mendekat. Dijinjingnya keranjang sayuran yang tadi sempat dia letakkan. Hati kecilnya merasa ada sesuatu yang aneh. Sesuatu yang membuatnya tidak nyaman dan cukup khawatir. Muichiro sendiri tidak tahu perasaan apa itu. Hanya saja, itu agak mengganggunya.
Muichiro yang kini berdiri didepan Sanemi yang sedang memeluk Giyuu itu hanya bisa memandang Sanemi dalam diam. Dia tidak ingin mengganggu moment orang tua angkatnya itu. Namun dia juga tidak mau berada terlalu jauh dari Sanemi dan Giyuu. Muichiro ingin selalu ada didekat dua orang itu agar suatu saat jika Sanemi dan Giyuu beranjak tua, Muichiro bisa merawat mereka berdua. Anak itu ingin balas budi sebesar-besarnya.

Keinginan yang mulia, hanya saja, semoga masa tua itu bisa menyapa mereka nanti.

...
Hari demi hari kembali berjalan seperti biasanya. Sanemi sibuk berladang hingga panen besar, Giyuu sibuk mengurus rumah bersama Muichiro. Mereka bertiga melakukan aktivitas seperti biasanya. Tidak ada yang aneh, semuanya berjalam normal dan cukup membahagiakan bagi Muichiro. Anak itu selalu rajin membantu Giyuu maupun Sanemi. Muichiro juga terkadang diajari teknik berpedang oleh Sanemi dan Giyuu di waktu senggang. Teknik sederhana dan cukup untuk sekalian melatih fisik.
Mereka bertiga tertawa bersama dalam kebahagiaan keluarga yang harmonis. Keluarga yang selalu Muichiro impikan, dan kini dia sudah mendapatkannya.

Hari-hari bahagia itu nampaknya mulai sedikit berubah kala Sanemi kembali terserang batuk parah hingga mengeluarkan darah. Sebelum intensitas batuknya semakin parah, Sanemi masih bisa menyembunyikannya baik dari Giyuu maupun Muichiro. Tapi itu tidak berlangsung lama, karena Giyuu sudah menyadarinya, sedangkan untuk Muichiro, Sanemi masih bisa dengan mudah menyembunyikannya. Satu hal yang Sanemi terkadang lupa soal Giyuu, kekasihnya itu sangatlah peka terhadap keadaan sekitarnya.

"Uhukk!!"
"Hati-hati, Sanemi-san."
Giyuu dengan hati-hati menepuk-nepuk lembut punggung Sanemi. Memberi sedikit stimulus agar Sanemi sedikit lebih rileks. Walau Giyuu tahu itu tidak akan banyak memberi pengaruh. Setiap kali Sanemi terbatuk, semakin bertambah pula rasa cemas dalam hati Giyuu.
Sanemi kembali menarik napasnya dalam-dalam, rasanya begitu berat bahkan hanya untuk bernapas. Sanemi kembali mendudukkan dirinya untuk bersandar di dinding kayu kamarnya. Dia memegangi dadanya yang sakit bukan main. Paru-parunya serasa diremas dan dihancurkan.
"Aku ambilkan minum dulu. Tunggu sebentar, Sanemi-san." ucap Giyuu.

Dengan langkah yang pasti dan tanpa suara, Giyuu menuju ke dapur. Tentu saja dia harus melewati kamar Muichiro dulu sebelum sampai ke dapur untuk mengambil minum. Dan ketika Giyuu berjalan melewati pintu kamar Muichiro, Giyuu semakin mensenyapkan langkahnya. Dia tidak ingin mengganggu tidur anak itu, selain itu juga Giyuu tidak ingin Muichiro khawatir jika tau keadaan Sanemi malam ini.

KAZE MIZUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang