ECLIPSE

1.1K 78 23
                                    

Kotetsu masih betah merasakan betapa lembutnya bibir Muichiro, dia juga menikmati moment ini. Kedua matanya menangkap sosok Muichiro yang terkejut saat dia menciumnya. Tidak heran sih. Namun Kotetsu mengabaikan hal itu, dia masih setia mencium Muichiro. Tak bergeming sama sekali. Muichiro sendiri membatu seketika karena saking terkejutnya. Kedua matanya hanya mengerjab saat dia juga bertemu pandang dengan Kotetsu.

Tanjiro sendiri masih terdiam menyaksikan kejadian ini. Keterkejutannya membuatnya sampai tak mampu untuk melangkah. Dia tidak marah, tidak marah sama sekali. Dia hanya terkejut, maksudnya bagaimana bisa? Bagaimana bisa Kotetsu mencium Muichiro padahal mereka baru bertemu selama beberapa jam? Apa saja yang mereka bicarakan saat dia tidak ada tadi sampai-sampai Kotetsu bertindak sejauh ini?
Tanjiro menelan ludahnya paksa, tenggorokannya tercekat. Padahal dia ingin sekali memanggil mereka berdua.

'Apa-apaan ini? Kenapa Kotetsu mencium Muichiro seperti ini? Apakah mungkin diam-diam Kotetsu juga sama seperti ku dulu?'

Batin Tanjiro masih berspekulasi. Logikanya mulai memikirkan sesuatu yang logis untuk alasan dibalik semua ini. Bagaimanapun, Tanjiro mengenal Kotetsu cukup lama. Dia juga sempat berlatih ditemani dengan anak itu dulu. Jadi Tanjiro tahu betul seperti apa sifat Kotetsu. Satu-satunya alasan yang bisa Tanjiro pikirkan saat ini adalah, dirinya dan Kotetsu sama-sama pernah memiliki perasaan pada Tokito di masa lampau. Dan kini mereka berdua secara tak sengaja bertemu dengan Muichiro yang mana sangat mirip dengan Tokito. Hingga perasaan mereka berdua yang tak tersampaikan itu kini kembali muncul bersamaan dan mereka berdua sepertinya sama-sama akan memperjuangkan perasaan mereka. Baik Tanjiro dan Kotetsu, mereka berdua sama-sama tidak ingin kembali menyesal karena kehilangan sosok yang mereka cintai dulu yaitu, Tokito Muichiro.

Muichiro yang mulai merasa gelisah itu sedikit mendorong bahu Kotetsu. Berharap pria muda ini mengakhiri ciuman mereka. Dan ketika Muichiro sedang berusaha melepaskan diri, dia secara tak sengaja melirik kearah pintu rumahnya dan dia mendapati Tanjiro berdiri terdiam disana menyaksikan dirinya sedang dicium oleh Kotetsu.

Deg!

'Tanjiro-kun!?'
Batin Muichiro terkejut bukan main. Melihat keterkejutan di mata Muichiro, sontak Kotetsu ikut mengikuti arah pandang anak itu. Dan dia juga terkejut bukan main saat melihat Tanjiro sudah berdiri disana dengan raut wajah yang tak percaya. Namun disini, Kotetsu tidak mengetahui jika Tanjiro juga menaruh hati pada Muichiro. Yang membuat Kotetsu terkejut adalah dia dipergoki sedang berciuman dengan Muichiro. Hanya sebatas itu.
Kotetsu dan Muichiro reflek melepaskan ciuman dadakan itu.
"Tanjiro-kun, sejak kapan ada disitu?" tanya Kotetsu senormal mungkin. Sementara Muichiro hanya menunduk dalam. Tidak berani menatap Tanjiro lebih dari ini.
Mendengar pertanyaan Kotetsu, Tanjiro dengan spontan merubah ekspresinya. Dia berusaha tersenyum meski rasanya getir sekali.
"Maaf menganggu, aku hanya ingin berpamitan dengan Muichiro-kun. Aku akan kembali pulang sekarang. Aku merindukan adik ku." dusta Tanjiro.

Tanjiro sengaja membuat kebohongan ini. Dibalik senyuman getirnya, dia simpan sakit hatinya. Tanjiro berpikir, untuk saat ini dia lebih baik menyingkir dari pada ada diantara mereka berdua dan malah semakin membuat hatinya kacau karena sakit hati. Meski sudah seperti ini, Tanjiro tidak mau merusak persahabatannya dengan Kotetsu. Bagaimanapun, anak itu dulunya juga berjasa padanya. Tanjiro dan Kotetsu hanya butuh waktu yang tepat untuk bicara satu sama lain, meluruskan hal ini dengan cara yang baik. Dan waktu itu bukanlah sekarang.

"Aku permisi, Muichiro-kun. Sampaikan salam dan terima kasih ku pada Sanemi-san dan Giyuu-san." pamit Tanjiro masih dengan senyumannya.
"Tapi, Tanjiro-kun bukan kau masih butuh istirahat? Kau belum bisa melakukan perjalanan jauh." jawab Muichiro panik karena dia tahu seperti apa keadaan Tanjiro.
"Aku akan baik-baik saja. Tenang saja, dulu aku pernah terluka lebih dari ini namun masih bisa untuk terus bertarung."
Senyuman itu, entah kenapa terasa aneh di benak Muichiro. Senyuman Tanjiro tidak seperti biasanya. Ada yang berbeda dari senyuman itu, terlihat getir dan penuh kepahitan.

KAZE MIZUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang