LIE

1.7K 122 6
                                    

Brak!!

"Astaga Giyuu, tenanglah!"

Muichiro yang sedang mengepel teras depan itu langsung berlari secepat mungkin saat telinganya mendengar suara keras yang berasal dari belakang rumahnya.
"Suara apa itu?" Tanyanya cemas sambil buru-buru melihat ke belakang rumah.
Dan betapa terkejutnya anak muda ini saat melihat Giyuu sedang menenteng nichirin milik Sanemi dan nichirinnya dalam satu genggaman. Raut wajah yang biasanya dingin itu juga kini berubah menjadi kesal.

"Hei hei, tenang dulu oke. Kita luruskan kembali obrolan kita semalam. Tenang ya, tenang dulu." Ucap Sanemi. Pasalnya kini dia sedang dihadapkan dengan Giyuu yang mengamuk di pagi hari.
Giyuu baru sadar dari mabuknya dan emosinya langsung meledak seperti ini saat melihat wajah Sanemi. Setelah sadar dari mabuknya semalam, pagi ini Giyuu hanya mengingat fakta bahwa Sanemi sudah tidur dengan orang lain. Dan itulah yang menyulut amarahnya.
"Ambil nichirinmu." Kata Giyuu dingin. Dia juga melemparkan nichirin milik Sanemi itu pada yang punya.
"Untuk apa?" Tanya Sanemi bingung saat nichirin itu sudah ada di tangannya.
"Kita selesaikan dengan kekuatan kita. Aku marah padamu! Dasar brengsek!" Umpat Giyuu.
"Bukankah kita sudah berbaikan semalam? Aku yang menggendongmu pulang saat mabuk, kau lupa? Bahkan semalam kau tidur sambil memelukku erat-erat."
Blush! Kedua pipi Giyuu langsung memerah karena perkataan Sanemi. Dia malu. Apa-apaan perkataan Sanemi barusan.
"Cih! Aku tidak peduli! Cepat ambil nichirinmu atau kita cerai saja!?" Ucapnya demi melindungi diri dari blushingnya. Hm, dasar tsundere.
"JANGAN!!"

Ketiga orang itu lantas saling memandang satu sama lain saat ada suara lain yang ikut mengiringi suara Sanemi barusan. Ya, itu suara Muichiro. Sejak tadi dia melihat keributan orang tua angkatnya itu, lebih tepatnya mengintip sih. Hati kecilnya ketar ketir, takut jika keributan ini semakin membesar dan berakibat fatal. Pikiran-pikiran jelek sudah mulai menguasai otak Muichiro.

Glek!

Muichiro menelan ludahnya paksa. Kedua orang tua angkatnya sedang memandangnya saat ini. Mungkin mereka merasa tidak suka karena Muichiro menguping keributan mereka berdua. Dan Muichiro sadar, menguping adalah tindakan yang tidak terpuji.
"M-maafkan aku." Cicit Mui sambil reflek bersujud. Dia menutupi kepalanya dengan kedua tangannya. Atmosfir sekitarnya saat ini sangatlah dingin dan mencekam. Cukup membuatnya ketakutan.

Melihat Mui yang bersujud ketakutan, Giyuu hanya menghela napasnya. Dia tidak serius untuk bercerai dengan Sanemi. Itu hanya emosi sesaatnya. Maklum, namanya juga tsundere. Baru sadar dari mabuk semalam juga, jadi emosinya masih belum stabil.
Tapi siapa yang sangka, perkataannya barusan justru membuat dua orang yang dia sayangi begitu khawatir. Sesayang itu mereka dengan dirinya.
Giyuu lalu menghampiri Muichiro, dilihatnya tangan kecil itu agak bergetar. Giyuu lantas duduk di depan Mui tanpa anak itu sadari. Tangan Giyuu kini terulur, dia memegang salah satu tangan Muichiro. Menariknya dengan lembut.
"Mui." Panggilnya. Muichiro pun segera mendongak dan menatap wajah Giyuu.
"Bangunlah." Sambung Giyuu. Dan anak itu tentu saja menurut.

Giyuu kemudian mulai membuka percakapan setelah Muichiro bisa duduk dengan tenang di depannya. Dia juga meminta Sanemi untuk ikut masuk dalam percakapan mereka itu. Giyuu menjelaskan semuanya, dengan sangat detail. Tak lupa, setelahnya Sanemi juga memohon maaf atas kelakuannya pada Giyuu dan juga pada Muichiro. Terutama pada Muichiro, Sanemi sungguh sangat minta maaf. Dia juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Semoga itu benar-benar ditepatinya.

Selesai sudah masalah intern keluarga Shinazugawa ini.

...
"Giyuu-san, biar aku saja yang pergi berbelanja untuk makan malam."
Giyuu menaikkan sebelah alisnya. Dia lalu melihat sekelias ke luar rumahnya. Sebentar lagi sore.
"Mui, bukannya aku tidak mengijinkan. Tapi hari sudah hampir gelap, itu berbahaya untukmu. Besok saja kita belanja bersama." Kata Giyuu.
"Hari ini, kita makan seadanya dulu. Seingatku, aku masih menyimpan sedikit dari hasil panen yang bisa dimasak." Sambung Sanemi sambil memeriksa lemari penyimpanannya.
"Baik, Sanemi-san." Jawab Mui patuh.

Saat esok hari tiba, mereka bertiga memutuskan untuk pergi ke kota untuk menyetok bahan makanan dan keperluan yang lainnya. Meski cuaca sedang mendung, itu tidak menyurutkan niat mereka bertiga untuk tetap pergi ke kota.
Sesampainya di kota, Giyuu dan Sanemi langsung mencari apa saja barang keperluan mereka. Sementara Mui, dia hanya mengekori Giyuu dan Sanemi. Sebagai anak yang berbakti, dia juga turut serta membawa beberapa barang belanjaan. Dengan senang hati, Muichiro menikmati moment ini. Rasanya benar-benar seperti memiliki keluarga kandung. Dia begitu bersyukur atas nikamt ini.

Tap!

Saat mereka bertiga berjalan diantara kerumunan banyak orang, tiba-tiba ekor mata Muichiro menangkap sosok yang sepertinya dia kenal. Orang itu baru saja berjalan melewatinya. Dan saat Mui menoleh, benar saja, dia mengenal orang itu. Rupanya itu adalah mantan ayah angkat yang menjualnya ke rumah bordil dulu. Yang menjadikannya pelacur.
"T-tidak mungkin." Cicit Mui dengan rasa takut yang luar biasa mulai memenuhi perasaannya. Traumanya mulai terpicu.

Benar saja, tanpa disangka, orang itu kini tengah tersenyum miring saat dia juga melihat sosok Muichiro. Dengan tatapan mata sadisnya, orang itu kini justru berjalan mendekati Muichiro. Padahal tadi orang itu sudah berjalan melewatinya.

'Sial! Sial! Bagaimana bisa dia ada disini!? Tuhan, bagaimana ini?'

Thank you!

KAZE MIZUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang