Matahari, awan, langit, udara, angin dan air. Hanya beberapa dari unsur alam yang selalu ada berdampingan dengan manusia yang hidup dan tinggal di bumi. Banyak manusia juga memanfaatkan alam untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Seperti Shinazugawa Sanemi yang memenuhi kebutuhan hidupnya sekarang dengan cara berladang lalu menjual hasil ladangnya ke kota. Dan uangnya dia gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bersama sang kekasih, Tomioka Giyuu.
Seperti pagi ini, Sanemi nampak baru bangun dari tidurnya. Biasanya dia bangun lebih pagi dari ini, akan tetapi dia berpesan pada Giyuu untuk membiarkannya bangun siang. Dia ingin istirahat agak lama setelah kemarin baru panen besar dan langsung menjualnya ke pasar kota. Uang hasil panennya juga cukup banyak kali ini, dan Sanemi berniat untuk mengajak Giyuu jalan-jalan dengan uang panennya.
Merasa cahaya matahari sudah terlalu terang menerobos kamarnya, Sanemi memutuskan untuk bangun. Setelah merapikan futonnya, dia lalu keluar kamar untuk mencari Giyuu. Biasanya lelaki tersayangnya itu ada di dapur, membuat makanan sederhana untuk mereka berdua.
Ya, benar saja, Sanemi melihat Giyuu baru saja selesai meletakkan sebuah piring diatas meja makan kecil mereka. Sudah ada dua cangkir teh dengan asap yang masih mengepul dan juga beberapa lauk serta nasi.
"Hm? Sudah bangun?" tanya Giyuu saat dia tak sengaja melihat Sanemi bengong di ambang pintu.
"Silahkan duduk Sanemi-san. Makanannya sudah siap." lanjut Giyuu. Dia mendahului duduk diseberang meja makan itu. Sedangkan Sanemi ada di hadapannya.
"Jangan terlalu memaksakan diri. Buat saja makanan yang sederhana." ucap Sanemi.Kedua mata Sanemi fokus pada makanan-makanan yang tersaji di depannya. Semuanya buatan Giyuu. Walau Sanemi sendiri tahu, sebenarnya Giyuu sama sekali tidak kerepotan, tapi Sanemi sedikit cemas Giyuu kelelahan lalu jatuh sakit.
"Aku tidak memaksakan diri. Ini sebagai bentuk rasa terima kasihku padamu karena kau sudah bekerja keras kemarin." jawab Giyuu sambil mengambilkan lauk berupa ikan bakar pada Sanemi.
"Ku harap kau menyukainya." lanjut Giyuu dengan senyumannya.
Dada Sanemi perlahan merasa hangat. Hidupnya yang damai sekarang ini adalah impiannya. Ditambah dia berhasil bertahan hidup dan kini tinggal bersama dengan Giyuu. Walau harus menanggung sedikit cacat pada tubuhnya, tapi mereka berdua sama-sama bersyukur masih memiliki hidup satu sama lain.Tak ingin makanan mereka dingin, Sanemi dan Giyuu lalu menyantap makanan itu bersama-sama diiringi obrolan-obrolan ringan dan kadang gelagak tawa. Sungguh harmonis dan menentramkan.
Setelah selesai makan, Sanemi membantu Giyuu membereskan alat-alat makan mereka. Lalu Sanemi mencucinya. Habis itu barulah Sanemi mandi kemudian bersantai bersama Giyuu di rumah sederhana nan luas milik mereka ini.
"Tomioka, aku ingin mengajakmu jalan-jalan nanti malam. Aku ingin mengajakmu ke Yoshiwara."
"Yoshiwara?" ulang Giyuu. Dia mengingat-ingat tempat apa itu Yoshiwara.
"Ah, bukankah itu tempat hiburan malam? Mau cari apa disana?" tanya Giyuu agak curiga setelah ia ingat tempat apa itu.
"Disana kan ramai. Banyak toko juga. Lihat bajumu, sudah mulai kusam. Sebaiknya kau beli yang baru." jawab Sanemi. Dia sedang tiduran dipaha Giyuu.
"Baju ini masih bagus." tandas Giyuu.
"Bagus? Kau bahkan menjahitnya berulang-ulang. Aku tahu baju itu sudah rusak. Nanti kita beli yang baru untukmu."
"Hanya untukku? Untuk Sanemi-san?"
"Aku tidak usah. Lagipula, aku hanya berladang. Aku tidak terlalu butuh baju yang bagus."Giyuu menghela napasnya. Sanemi selalu saja begini. Selalu mengutamakannya hingga Sanemi lupa diri. Padahal, Sanemi sendiri juga harus memikirkan dirinya kan?
"Kita sama-sama beli, atau aku tidak pergi sama sekali." tawar Giyuu. Dan Sanemi hanya melotot seram. Kebiasaan Sanemi yang seperti itu rupanya belum hilang.
"Bagaimana, Sanemi-san?" goda Giyuu. Dia juga mendekatkan wajahnya ke wajah Sanemi.
"Ha-aah yasudah. Kita beli sama-sama. Tapi, cium aku dulu Tomioka." pinta Sanemi.
Dan tanpa membalas perkataan Sanemi, Giyuu langsung memberikan ciumannya tepat di bibir Sanemi. Sebuah ciuman hangat untuk kekasih tersayangnya.Ketika setengah hari sudah berlalu, Sanemi dan Giyuu memutuskan untuk berangkat ke Distrik Yoshiwara. Mereka berangkat dengan berjalan kaki bersama, walau agak jauh, tapi tubuh mereka memang sudah terlatih sebelumnya. Jadi stamina mereka diatas rata-rata. Jika hanya berjalan santai bukanlah masalah besar. Mereka berdua pernah melakukan yang lebih dari ini sebelumnya.
Tanpa disangka, hari sudah gelap, matahari pun sudah berganti menjadi rembulan. Lampu-lampu di distrik Yoshiwara juga sudah mulai memancar syahdu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAZE MIZU
Fanfiction"Disini, berdua, dalam keheningan malam. Tomioka, ku harap nanti kau akan mengerti." -Shinazugawa Sanemi