HIDDEN

1.8K 128 159
                                    

Peluh menetes dari dahi Giyuu dan Tanjiro. Raut cemas mereka berdua sangat-sangat kentara. Sementara Sanemi, raut wajahnya sudah tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata untuk menggambarkan bagaimana cemasnya.
Sesungguhnya Giyuu tahu jika kondisi Mui melemah dan pingsan di pangkuan suaminya. Akan tetapi, Giyuu tetap melanjutkan menjahit luka Mui untuk pertolongan pertama. Agar luka itu tidak semakin parah. Giyuu melakukannya bukan tanpa prosedur, dia melakukannya dengan sangat baik sebagaimana dia mengobati sendiri luka-lukanya dulu saat masih menjadi Hashira.

Sanemi merasakan genggaman Mui di tangannya itu sudah melemah. Anak itu juga sudah tak menunjukkan raut merintihnya. Kedua mata itu tertutup namun wajahnya berekspresi menahan rasa sakit. Dan saat itu Sanemi sadar bahwa, Mui sudah tak sadarkan diri.
Setelah Giyuu selesai, dia dibantu oleh Tanjiro untuk membersihkan sekitar luka Mui dan mengobati luka ringan yang lainnya. Kemudian setelah dibersihkan, Giyuu dan Sanemi membawa Mui ke kamarnya, sementara Tanjiro membersihkan sisa kekacauan di kediaman Shinazugawa ini.
Sanemi membopong tubuh lemah Mui, lalu menidurkannya di futon anak itu dibantu dengan Giyuu.
"Pelan-pelan, Sanemi-san." pinta Giyuu sama seperti saat mereka sedang memadu kasih. Sanemi hanya mengangguk mengiyakan.
"Kimononya kotor dan penuh bercak darah. Aku akan menggantinya." ucap Giyuu. Dia lalu menuju ke lemari kayu di kamar itu. Mencarikan kimono yang bersih untuk Muichiro.
Tak butuh waktu lama, Giyuu mendapatkan kimono baru. Dia kemudian mulai membuka kimono Mui yang kotor itu lapisan demi lapisan.

Sanemi yang melihat Giyuu melucuti kimono Mui itu sedikit terbelalak. Kepalanya kembali teringat oleh sosok Tokito. Ditambah dengan hal yang kini ada di depannya itu, membuat Sanemi semakin melamun dibuatnya.
"Sanemi-san, bisa bantu aku?" tanya Giyuu. Dia tahu sejak tadi Sanemi hanya diam terpaku.
"Bisa tolong tahan badan Mui-kun dari belakang? Aku hendak melepas obi kimononya." lanjut Giyuu.
Sanemi mengangguk, dia kemudian beralih untuk berada di belakang Mui kemudian menyangga badan kecil anak itu. Kedua tangan Sanemi melingkari dada Muichiro dari belakang, terlihat seperti memeluknya.

Giyuu kemudian mulai membuka semua kimono Muichiro. Dan saat Mui hampir bertelanjang bulat, Sanemi berpaling kemudian memejamkan kedua matanya erat. Dia tidak ingin kembali mengingat tubuh Tokito melalui tubuh Muichiro. Sama sekali tidak ingin!
Melihat Sanemi yang sedikit aneh, Giyuu hanya melirik sekilas Sanemi. Namun hanya dengan sekali lihat saja, Giyuu tahu bahwa Sanemi kembali bergelut dengan pemikirannya sendiri.
'Sampai kapan kau akan menyembunyikannya Sanemi-san?' batin Giyuu sembari memakaikan kimono yang bersih itu di tubuh indah Muichiro.

Beberapa menit Giyuu selesai merawat Mui, Giyuu juga merapikan rambut panjang Muichiro. Kemudian dia meminta Sanemi untuk menidurkan kembali Mui. Dan Sanemi hanya menurutinya tanpa banyak bicara.
Mereka berdua lalu duduk di samping Muichiro yang terlelap. Sesekali Giyuu mengecek keadaan Muichiro, nampaknya sedikit mulai stabil. Walau kini tubuh Muichiro justru demam.
"Sebaiknya aku menemui Kanao Kochou." kata Giyuu. Dia baru saja mengganti kain kompres di dahi Mui.
"Biar aku yang pergi." ucap Sanemi.
"Tidak. Biar aku saja, aku akan mengajak Tanjiro. Lagi pula, Kanao sama sekali belum pernah bicara dengan Sanemi-san bukan? Anak itu hanya bicara pada orang yang pernah dia ajak bicara saja sebelumnya."
"Aku akan pergi dengan Tanjiro." tandas Sanemi. Giyuu lagi-lagi menggeleng.
"Sanemi-san disini saja. Lagipula aku khawatir jika kemungkinan para penjahat itu akan datang lagi kesini. Jika mereka datang lagi kesini, dan hanya ada aku serta Tanjiro, aku tidak yakin kami akan selamat. Ditambah dengan Tanjiro tidak membawa serta nichirinnya. Kemungkinan selamat kami agaknya kecil."

Tangan Giyuu kembali mengganti kain kompres Mui. Giyuu juga menyentuh pipi anak itu. Mengecek suhu badannya sekilas. Ya, masih demam. Padahal Giyuu sudah memberinya obat herbal, akan tetapi nampak tidak memberi efek yang cukup berarti.
Sanemi lalu meraih tangan Giyuu yang ada di pipi Mui. Menarik tangan kesayangannya itu agar beralih untuk menyentuh pipinya. Giyuu kemudian menoleh. Dilihatnya wajah Sanemi yang kini terlihat sedih.
"Ada apa Sanemi-san?" tanya Giyuu lembut sambil mengusap sedikit darah yang ada di sudut bibir Sanemi. Perasaan hangat dan tenang akan selalu hadir di dalam hati Giyuu kala menatap Sanemi seperti ini.
"Kita pergi berdua. Biarkan Tanjiro yang ada disini. Tinggalkan nichirinmu, bukankah Tanjiro juga bisa menggunakan pernapasan air sepertimu bukan?" tanya Sanemi. Dia mengelus punggung tangan Giyuu yang ada di pipinya.
"Hmm? Bisa saja. Akan tetapi, hanya Tanjiro yang tahu tempat tinggal Kanao Kocho saat ini."
"Kita bisa bertanya padanya. Lalu kita cari jalannya."
"Itu akan memakan waktu lebih lama lagi, Sanemi-san. Aku khawatir, jika nanti Mui-kun akan semakin parah kalau tidak tidak segera membawa obat. Lagibpula tubuhnya berbeda dengan kita. Toleransi rasa sakitnya sangat kecil dan juga pemulihan lukanya juga sangat lambat." Giyuu menjeda kalimatnya sejenak. Dia kembali menatap wajah Muichiro dengan ekspresi sedih. Giyuu tidak tega dengan pemandangan seperti ini.
"Saat kita berani mengangkat kembali nichirin kita, bukankah perjanjiannya adalah jangan sampai ada manusia yang tewas lagi bukan?" lanjut Giyuu.

KAZE MIZUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang