Suara pintu yang diketuk beberapa kali itu membuat Giyuu segera beranjak dari duduknya. Dia dan Sanemi baru saja mengobrolkan hal yang agak rumit. Sembari menunggu kepulangan Mui dan Tanjiro, mereka berdua membicarakan sesuatu hal yang membuat mereka agak sedikit berdebat. Hingga akhirnya perdebatan itu diakhiri oleh Giyuu, dia tidak ingin lebih lama mendebat suaminya itu. Menghabiskan waktu saja.
"Tadaima." ucap Mui. Kemudian disusul oleh Tanjiro yang membawa masuk belanjaan mereka berdua.
Sanemi lalu membantu Tanjiro untuk membawa belanjaan itu dan kemudian hendak menatanya di dapur. Sementara Giyuu dia masih menanggapi Mui yang menyerahkan uang kembalian.
Disela-sela penjelasannya saat berbelanja tadi, Giyuu tiba-tiba memeluk tubuh Mui yang pendek itu. Memeluk tanpa alasan.
"G-Giyuu-san?"
Mui kebingungan atas perlakuan Giyuu sekarang. Kenapa tiba-tiba dipeluk?
Siapa yang menyangka, rupanya sejak tadi Giyuu tidak mendengarkan penjelasan Mui sama sekali. Giyuu justru menatap wajah Mui lekat-lekat kemudian tubuhnya bergerak sendiri untuk merengkuh anak itu dalam dekapannya.
"Giyuu-san, kenapa?" tanya Mui. Dirinya yang baru pulang ini sama sekali belum paham apapun.
"Mui-kun, maaf ya. Tapi aku ingin memelukmu saat ini."Mendengar penjelasan Giyuu, Mui kemudian mengiyakan saja. Dia membiarkan Giyuu memeluknya. Mui juga merasakan pelukan ini semakin mengerat pada dirinya, rasanya hangat dan nyaman. Pantas saja Sanemi sangat menyukai Giyuu, rupanya Giyuu memiliki dekapan senyaman ini.
Sejujurnya Mui juga cukup khawatir pada Giyuu. Dia merasa ada sesuatu hal yang saat ini membuat Giyuu sedih, tapi Mui tidak tahu apa itu. Dan yang bisa dia lakukan saat ini hanyalah menuruti kemauan Giyuu yang hanya ingin memeluknya. Lalu, Muichiro yang merasa cemas itupun membalas pelukan Giyuu padanya. Dia juga ingin membalas kebaikan Giyuu padanya selama ini. Meski hanya dengan membalas sebuah pelukan saja.
'Giyuu-san, apa yang terjadi?' batin Mui bertanya. Dia tidak punya nyali untuk bertanya pada Giyuu saat ini.Setelah merasa cukup memeluk Mui. Giyuu kemudian melepas pelukannya. Dia kembali menatap wajah Mui yang masih kebingungan olehnya. Tangan Giyuu lalu terulur, dia mengelus-elus kepala Mui dengan lembut. Mencurahkan kasih sayangnya pada anak itu.
"Apa aku membuat kesalahan? Maaf jika aku pulang kemalaman. Aku tidak akan mengulanginya, Giyuu-san."
Mendengar penuturan Mui, Giyuu malah tertawa kecil. Dimata Giyuu, anak ini begitu lugu, padahal dunia masa lalunya sudah mewarnainya dengan begitu buruk. Namun, hati anak ini sejujurnya tetap murni. Anak baik.
"Mui-kun, apa kau habis berendam di onsen?" tanya Giyuu karena dia mencium bau yang sedikit berbeda dari tubuh Mui. Dia juga ingin sedikit menggoda Mui. Siapa tahu bisa memperbaiki suasana hatinya.
"Ah! I-iya, tadi Tanjiro-kun mengajakku berendam di onsen sebentar." jawab Mui dengan wajah yang langsung memerah.
"Begitu rupanya." Giyuu manggut-manggut. Dia kemudian kembali tertawa kecil saat melihat wajah Mui yang masih memerah, malu.Giyuu kemudian mengajak Mui untuk ke ruang tengah. Katanya, ingin mengobrol sebentar. Padahal yang sebenarnya, Giyuu ingin sedikit curhat pada Mui.
Mereka berdua lalu duduk berdampingan. Menghadap ke luar rumah, tepatnya ke halaman belakang yang gelap.
Giyuu lalu mulai bercerita, tentang apa yang dia dan Sanemi bicarakan saat Mui tidak ada. Namun entah kenapa, pembicaraan itu tidak menemukan titik terang. Sanemi berkilah, yang mana sesungguhnya itu cukup melukai perasaan Giyuu. Giyuu tidak ingin apapun, dia hanya ingin Sanemi berkata jujur setiap kali Giyuu menanyakan sesuatu. Terutama tentang masa lalu dan orang yang sempat ada di masa lalunya."Sanemi-san bukanlah orang yang mudah berkisah. Dia hanya mau berkisah padaku selama ini. Akan tetapi, ada satu ruang di hatinya yang kurasa tertutup rapat. Dan tidak boleh ada yang memasukinya, termasuk diriku." kata Giyuu. Sorot matanya sama sekali tidak menunjukkan kesedihan, meski di dalam hatinya Giyuu cukup sedih.
"Apa Giyuu-san yakin, jika Sanemi-san pernah bersama seseorang di masa lampau?" tanya Mui memastikan.
Giyuu kemudian menoleh pada Mui. Ditatapnya iris hitam kehijauan itu lekat-lekat.
"Sepertinya begitu. Padahal aku tidak akan marah atau meninggalkan Sanemi-san jika saja dia berkata jujur. Aku sangat menyayanginya. Begitu pula dirinya."
"Ku pikir, Sanemi-san hanya perlu waktu. Jadi Giyuu-san tenang saja. Jangan khawatir." balas Mui seadanya karena dia tidak begitu paham urusan percintaan. Dia juga tersenyum pada Giyuu sekarang. Senyumannya juga sangat lembut, hingga Giyuu tanpa sadar ikut tersenyum karena Mui.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAZE MIZU
Fanfiction"Disini, berdua, dalam keheningan malam. Tomioka, ku harap nanti kau akan mengerti." -Shinazugawa Sanemi