LIGHT

1.3K 90 34
                                    

Sanemi tanpa sadar tersenyum saat melihat keteguhan Tanjiro. Yang dengan berani dan tanpa ragu sedikitpun mengatakan niat tujuannya di hadapannya dan Giyuu, yang notabene saat ini bisa disebut orang tua dari Muichiro Shinazugawa. Sanemi bisa merasa betapa kuatnya tekad yang dimiliki Tanjiro untuk benar-benar serius pada Muichiro.
'Sepertinya aku sudah menemukan sosok penjaga untuk Muichiro. Jika memang benar begitu, satu beban ku sudah terangkat.' batin Sanemi. Rasa hangat yang datang tiba-tiba itu semakin menyebar di dalam dadanya. Padahal dia hanya mendengar suara Tanjiro, namun rasanya anak itu turut membantunya untuk perlahan meletakkan tanggung jawabnya.

Giyuu melirik Sanemi yang sedang tersenyum, kedua mata ungu itu tertutup. Namun senyuman tipis Sanemi tetap terlihat menenangkan bagi Giyuu. Walau tak bisa dipungkiri bahwa sebenarnya Giyuu masih menyimpan rapi rasa cemasnya. Bahkan kali ini rasanya lebih cemas. Padahal senyuman Sanemi yang terbilang langka itu selalu bisa membuatnya ikut tersenyum, namun kenapa saat ini justru rasa sedih yang menyerang hatinya?
"Tanjiro." panggil Sanemi. Anak itu lantas semakin tegak mendudukkan dirinya. Kedua mata Tanjiro juga menatap lurus kearah Sanemi. Tatapan berani, tanpa ragu sedikitpun.
"Menjaga seseorang yang kau cintai itu adalah tanggung jawab seumur hidup. Memastikannya bahagia dan selalu nyaman saat hidup bersama mu itu adalah tugas utamanya. Kita tidak bisa sembarangan berhenti di tengah jalan walau ada halangan setinggi tebing." Sanemi mulai bermonolog.
"Tanggung jawab seumur hidup harus kita tuntaskan sampai waktunya tiba. Aku tidak akan berkata banyak hal untuk mengguruimu, karena aku yakin kau anak yang baik dan sudah tau itu semua. Aku mempercayakan hidup Muichiro setelah ini padamu."

Deg!

Kedua mata Tanjiro membulat. Berbinar seketika saat indra pendengarnya menangkap sebuah kabar baik yang selama ini ia dambakan. Tak disangka, niat baiknya telah diterima oleh Sanemi selaku kepala keluarga Shinazugawa. Rasa bahagia dan haru menyelimuti perasaan Tanjiro saat ini. Akhirnya, dia berhasil. Hanya tinggal sedikit lagi, menunggu keputusan dari Giyuu.
"Bagaimana denganmu Giyuu?" tanya Sanemi.
Sejujurnya Giyuu sejak tadi sedikit melamun. Pikirannya melambung saat mendengar kalimat yang Sanemi ucapkan untuk Tanjiro tadi. Memang bijak, tapi entah kenapa ada rasa sakit dan sedih yang semakin menyerangnya. Kalimat-kalimat pembuka yang Sanemi katakan tadi seakan memberi pesan sedih untuk Giyuu. Padahal kalimat itu jelas bukan ditujukan untuknya, melainkan wejangan untuk Tanjiro.
"Aku.." ucap Giyuu mengambang. Lidahnya kelu saat hendak bicara. Bukannya apa-apa, dia sangat percaya pada Tanjiro, dan tentu saja mempercayakan Muichiro pada Tanjiro adalah hal yang tepat. Giyuu paham akan hal itu.

Sanemi tau jika Giyuu yang sedang sedikit bimbang, dan Sanemi kemudian menoleh kearah Giyuu. Detik berikutnya, Giyuu juga turut menoleh kearah Sanemi. Jadilah mereka berdua kini saling bertatapan. Baru kali ini, Sanemi melihat sorot mata Giyuu yang seperti itu. Sorot mata cemas yang jelas ditujukan padanya.
'Tenangkan dirimu, Giyuu. Aku masih disini.' batin Sanemi.
Setelah beberapa detik saling bertatapan, Giyuu mengalihkan pandangannya dari Sanemi, memutus kontak batin itu secara sepihak. Giyuu kemudian kembali mengumpulkan fokusnya sebelum akhirnya dia menatap Tanjiro yang sedang menanti jawabannya.
"Jika Sanemi-san sudah menyetujuinya, aku akan mengikuti keputusannya."

Bingo!

Serasa mendapatkan tiket emas, Tanjiro berhasil membuka pintu untuk dirinya sendiri. Sanemi dan Giyuu menerima niat baiknya. Ingin rasanya berteriak karena saking bahagianya.
"Terima kasih! Aku sangat berterima kasih pada kalian. Aku bersumpah, aku akan menjaga Muichiro dengan nyawaku!" ucap Tanjiro sambil bersujud di hadapan Sanemi dan Giyuu. Linangan air matanya mengalir semakin deras saat bibirnya berucap terima kasih. Akhirnya, dia berhasil.

Sementara itu Muichiro yang sejak tadi tidak ikut ngobrol bersama kedua orang tuanya dan Tanjiro itu, rupanya sedang bersembunyi di balik pintu pemisah antara ruang tamu dan ruangan lainnya. Wajah Muichiro memerah saat telinganya mendengar Tanjiro hendak serius dengannya. Wajah meronanya semakin memerah kala Sanemi dan Giyuu menyetujui niat Tanjiro. Rasa bahagia, syok, dan berdebar semua bercampur menjadi satu dalam hati Muichiro.
Seumur hidupnya, ini adalah yang pertama kalinya. Pertama kalinya ada orang yang datang dengan hatinya yang begitu tulus, berkata bahwa ingin bersamanya seumur hidup. Muichiro lagi-lagi merona, ribuan kupu-kupu yang kini memenuhi perutnya, rasanya menggelitik. Dia bertanya pada hatinya, bolehkah dia merasa sebahagia ini? Dirinya yang mantan pelacur itu, apakah boleh mendapatkan hal setulus ini dalam hidupnya?
Sungguh, rasa senang yang menggelitik itu benar-benar membuat jantungnya berdegup kencang.

KAZE MIZUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang