SECRET WIND

2.7K 204 130
                                    

Sejak hari dimana Muichiro menjadi bagian dari keluarga Shinazugawa, perlahan-lahan dia mulai menyesuaikan diri. Meski masih irit bicara, akan tetapi wajahnya mulai bisa mengekspresikan apa yang dia rasakan.
Giyuu yang selalu ada disisi Sanemi kini juga telah berganti marga. Dia kini juga merupakan bagian dari Shinazugawa. Yang mana Sanemi sudah menganggap Giyuu sebagai pasangannya sejak awal mereka memutuskan untuk tinggal bersama setelah pensiun menjadi hashira.

Entah suatu kebetulan atau memang sudah ditakdirkan Tuhan, Sanemi seakan kembali dipertemukan dengan sosok yang begitu mirip dengan Muichiro Tokito, Sang Hashira Kabut di masa lampau. Bukan main, Sanemi kini malah seatap dengan orang itu. Dia juga memberi nama yang sama dengan nama Tokito.
Kedua mata Sanemi sejak tadi tidak bisa lepas dari dua sosok di depan sana yang sedang memberi makan ikan koi piaraan Giyuu di kolam kecil di kediaman Sanemi ini. Giyuu nampak begitu antusias sembari berinteraksi dengan Muichiro yang membawa tempat pakan ikan.
Beberapa kali Sanemi menangkap senyuman tipis di wajah Muichiro yang mana semakin membuatnya gelisah karena semakin membuatnya ingat akan masa lalu.

'Apa ini akan baik-baik saja? Kenapa hati ku terasa bergejolak?' batin Sanemi agak cemas. Dia berusaha menenangkan dirinya sendiri. Menguatkan tekadnya membawanya kembali ke tujuan semula. Yaitu menolong Muichiro dari tempat laknat itu. Melindungi anak itu seperti anaknya sendiri, jangan sampai dia dijual lagi ke tempat pelacuran.
'Tenangkan dirimu, Sanemi. Kau harus bisa mengendalikan dirimu. Semuanya memang sangat mirip, bahkan bisa dibilang sama. Jangan sampai hanyut, dia tetap berbeda.' batin Sanemi lagi.

Sanemi mengusap wajahnya kasar. Dia mengatur napasnya senetral mungkin. Kejadian antara dirinya dan Tokito di masa lampau hanyalah mereka berdua yang mengetahui. Bahkan Giyuu saja tidak tahu sampai detik ini. Sanemi bukan ingin menyembunyikannya. Hanya saja, Sanemi rasa itu tidak pantas untuk diceritakan pada Giyuu. Selain itu, Sanemi juga takut jika itu akan melukai perasaan Giyuu. Walau terkesan pengecut, tapi bagi Sanemi, itu lebih baik ia simpan sendiri rapat-rapat. Lagi pula, sosok di depan sana hanyalah mirip di bagian fisik saja.

Bukan Giyuu namanya jika dia tidak peka dalam diamnya. Meski raga dan suaranya nampak merespon semua kelakuan Muichiro, namun dalam sekali pandang, dia tahu Sanemi dengan memperhatikannya sembari berkutat dengan pikirannya sendiri. Sengaja Giyuu membiarkan Sanemi seperti itu untuk saat ini, nanti dia akan bicara pada Sanemi saat waktunya sudah tepat. Giyuu kemudian kembali memperhatikan Muichiro yang saat ini mencoba untuk mencolek beberapa ikan yang mendekati tangannya yg penuh dengan pakan.

Makan malam di kediaman Shinazugawa nampak berlangsung menyenangkan. Giyuu dan Sanemi menyiapkan makanan yang ingin dimakan oleh Muichiro. Mereka berdua berusaha keras untuk membuat Muichiro nyaman tinggal bersama mereka. Salah satunya dengan menawarkan makanan apa yang ingin Mui makan.
"Mui-kun, apa makanannya sesuai dengan seleramu?" tanya Giyuu sambil membereskan beberapa mangkok. Tentu saja dibantu oleh Sanemi.
"Ini enak sekali. Terima kasih banyak, Giyuu-san." Mui mengatupkan kedua tangannya untuk berterima kasih.
Giyuu sedikit tersenyum, dia merasa lega karena Mui makan sesuai dengan seleranya.
"Ano, Giyuu-san. Biarkan saya yang mencucinya. Sanemi-san dan Giyuu-san istirahat saja."
Belum sempat Giyuu membantah, Muichiro sudah lebih dulu mengambil alih tugas Sanemi untuk mencuci piring kotor mereka. Sanemi dan Giyuu nampak saling lirik sebentar lalu mereka mengangguk bersama. Seakan mengiyakan sesuatu.
"Terima kasih, Mui. Setelah selesai, segeralah tidur." ucap Sanemi, dia juga menepuk-nepuk kepala Muichiro. Dan Mui mengangguk sebagai jawabannya.

Beberapa menit Sanemi dan Giyuu menunggui Mui untuk selesai mencuci piring, akhirnya Mui menyelesaikan tugasnya. Ia lalu segera bergegas untuk ke kamarnya lalu istirahat, mematuhi nasehat Sanemi tadi. Lagipula, Mui juga bukan tipe orang yang suka begadang jika tidak perlu.
"Yak, sebaikanya kita juga segera tidur." ucap Sanemi, dia lalu beranjak hendak menuju ke kamarnya. Namun, baru saja ia berdiri, tangan Giyuu meraih salah satu tangannya. Dia menahan Sanemi.
"Tunggu sebentar, Sanemi-san. Duduklah sebentar disini. Aku ingin bicara." ucap Giyuu.
Sanemi yang mendengar hal itu sedikit merasa tak nyaman dan was-was.
"Baiklah." Sanemi kemudian kembali duduk di samping Giyuu. "Jadi, ada apa?" lanjut Sanemi.

KAZE MIZUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang