Sorakan demi sorakan semakin terdengar riuh memenuhi ruangan. Ruangan yang cukup luas dengan cahaya yang temaram itu penuh dengan suara para lelaki yang semakin membabi buta sembari menawar dengan berbagai harga.
Suara gemerincing koin juga terdengar nyaring melengkapi ramainya pelelangan malam ini.Muichiro yang hanya mampu menatap nanar sekelilingnya itu hanya bisa diam. Menyimpan tangisnya jauh di dalam hati kecilnya. Gyutaro semakin menggila saat pria-pria hidung belang itu semakin meninggikan harga yang mereka tawarkan. Tubuh Muichiro berulang kali dibuat merinding setiap kali pria-pria itu semakin menaikkan harga lalu disaingi oleh yang lainnya.
Sungguh miris, apakah harga dirinya hanya sebatas itu? Hanya sebatas ratusan koin emas dan salah satu dari mereka bisa menikmati tubuhnya ini.Glek!
Mui menelan ludahnya paksa, tenggorokannya terasa begitu kering. Dia hanya bisa menunduk, meratapi nasibnya yang sebentar lagi akan kembali menjadi pemuas nafsu pria hidung belang.
'Apa aku memang terlahir untuk jadi pelacur? Apa akan ada yang menolongku?' Batinnya bermonolog. Mui sempat berpikiran untuk kabur saat ini juga. Namun melihat beberapa penjaga yang senantiasa berdiri tegap itu, Mui yakin dirinya tidak akan lolos dengan mudah. Yang ada dia akan kembali diseret dan mungkin akan kembali dipukuli oleh Gyutaro....
Sementara itu, di kediaman Shinazugawa, Sanemi nampak sedang membersihkan nichirinnya. Dia baru saja selesai bicara dengan Giyuu dan Tanjiro. Dia sudah membuat rencana untuk menemukan Muichiro. Tidak hanya satu, melainkan beberapa rencana cadangan juga Sanemi pikirkan. Hanya saja, untuk saat ini mereka akan mencoba satu rencana dulu.
"Sanemi-san, mengenai Muichiro, apakah benar dia dulunya memang pernah dijual di rumah bordil oleh ayah angkatnya?" Tanya Tanjiro.
Sanemi menghentikan acara bebersihnya. Dia letakkan nichirinnya itu. Lalu Sanemi menghela napas sejenak.
"Iya, itu benar."
"Keadaan Muichiro sangat memprihatikan saat itu. Bersyukur kami bisa menyelamatkannya." Sambung Giyuu. Dia juga membersihkan nichirinnya dibantu dengan Sanemi. Maklum, hanya punya satu tangan.
Tanjiro kemudian memasang telinganya baik-baik saat Giyuu dan Sanemi saling melengkapi cerita soal Muichiro Shinazugawa.
Sanemi dan Giyuu berkisah sembari bersiap-siap. Sanemi nampaknya sudah sangat siap jika harus kembali menurunkan nichirinnya. Ini berkaitan dengan harga diri dan keselamatan seseorang. Malam ini juga, mereka bertiga akan mencari Muichiro.Cring!
Suara koin emas itu terdengar begitu nyaring. Membuat Gyutaro tertawa lantang karena dia sudah menemukan pembeli dengan harga tertinggi. Muichiro akan jatuh pada pria itu, Gyokko namanya. Seorang kolektor kaya raya namun wajahnya sedikit buruk rupa. Usianya juga terpaut sangat jauh dengan Muichiro yang masih belasan tahun itu.
"Kau bisa ambil semuanya." Ucap Gyokko. Dia memberikan kantung yang berisikan penuh dengan koin emas itu pada Gyutaro.
"Khekhekhe! Anda sungguh sangat kaya raya Tuan!" Puji Gyutaro. Wajahnya sangat mirip dengan preman jalanan yang haus akan harta. Dia kemudian dengan brutal mengeluarkan semua isi di kantong koin emas itu.Tok! Tok! Tok!
"Masuk!" Ucap Gyutaro. Lalu pintu itu digeser oleh seseorang. Yang tak lain tak bukan adalah bawahannya yang sedang bersama Muichiro.
Gyokko tersenyum miring saat melihat Muichiro berada di depannya. Nampak begitu cantik di mata Gyokko. Ditambah anak ini sudah berganti pakaian dengan kimono yang lebih sederhana, tidak seperti saat dia dipajang tadi. Rambut hitam panjang anak itu juga terurai indah. Sungguh, Muichiro bagaikan mahakarya di mata Gyokko.
"Saya mengantar Muichiro Anda, Tuan." Ucap si bawahan Gyutaro.
"Terima kasih." Balas Gyutaro. Dan orang itu kini permisi untuk pergi.Tak butuh waktu lama dan basa-basi lagi. Gyokko segera membawa Muichiro untuk keluar dari rumah bordil itu. Gyokko akan membawa Muichiro ke kotanya, dan tinggal di rumahnya yang sangat mewah dan besar. Namun, jangan harap Muichiro akan diperlakukan layaknya Tuan Muda, Muichiro akan tetap menjadi budak seks untuk Gyokko.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAZE MIZU
Fanfiction"Disini, berdua, dalam keheningan malam. Tomioka, ku harap nanti kau akan mengerti." -Shinazugawa Sanemi