FALLING MASK

1.1K 77 20
                                    

"Aku baru tahu jika Shinazugawa-sama tinggal di daerah sini."
"Benarkah? Padahal mereka tinggal di rumah yang sederhana namun luas. Dekat gunung dan hutan. Banyak orang yang mengenal mereka juga."
"Begitu ya."
Obrolan ringan mengiringi perjalanan Tanjiro dan Kotetsu menuju ke kediaman Shinazugawa. Mereka berdua berjalan santai, karena Tanjiro juga belum pulih total kan.

Tak butuh waktu yang lama lagi, mereka akhirnya sampai di depan kediaman Shinazugawa. Tanjiro lalu membimbing Kotetsu untuk ikut masuk mengikutinya. Giyuu yang membukakan pintu rumahnya itu dan mendapati Tanjiro sudah pulang. Namun anak itu membawa seseorang dengan topeng hyottoko. Topeng yang tak asing bagi Giyuu. Tanpa dijelaskan diawalpun Giyuu sudah paham siapa orang yang dibawa Tanjiro ini. Giyuu kemudian mempersilahkan Tanjiro dan Kotetsu untuk masuk ke ruang tamu. Mereka bertiga lalu duduk disana yang kemudian disusul oleh Sanemi selaku kepala keluarga. Mereka mengobrol ringan, mulai dari Kotetsu memperkenalkan dirinya dengan sangat baik pada keluarga Shinazugawa lalu berbincang mengenai hal lainnya.

"Begitu rupanya. Kalian sudah saling kenal sejak Kotetsu-kun masih kecil."
"Begitulah. Aku tidak menyangka akan bertemu dengan Tanjiro lagi secara tidak sengaja disini." jawab Kotetsu atas perkataan Giyuu. Mereka berempat lalu mengobrol lagi. Dan menit berikutnya suara pintu geser itu terdengar dibuka oleh seseorang. Keempat orang itu tentu terfokus pada siapa yang datang.

Tap! Srek!

"Permisi."
"Mui-kun, biar ku bantu."
Sosok yang menggeser pintu itu tak lain tak bukan adalah Shinazugawa Muichiro. Dia datang membawa nampan berisi empat gelas teh dan sedikit camilan sebagai pendampingnya. Kedua mata Kotetsu terbelalak bukan main dibalik topengnya saat ia melihat sosok itu. Sosok kecil yang terlihat begitu mirip dengan seseorang.
'T-Tokito-san!?' batin Kotetsu bergejolak. Gemuruh didadanya tiba-tiba berseru tak karuan kala melihat sosok itu sedang menyiapkan suguhan didepannya.
'Tokito-san masih hidup!?' batinnya lagi semakin berdebar saat tangan putih Muichiro menyuguhkan segelas teh itu pada Kotetsu. Tak lupa, Kotetsu juga disuguhi senyuman ramah dari anak itu.

Bohong rasanya jika Kotetsu tidak berdebar. Rasa cintanya pada Tokito dulu tidaklah padam sampai detik ini. Kotetsu masih memelihara dengan baik perasaan itu. Menjadikannya tidak ingin memiliki hubungan dengan siapapun setiap kali mengingat sosok Tokito yang masih hidup dalam pikirannya. Kotetsu yang mati-matian menyembuhkan dirinya dari luka atas kematian Tokito itu kini pertahanannya runtuh seketika saat sosok Muichiro muncul di depannya.

Kotetsu tanpa sadar berdiri, kedua matanya masih menatap lekat-lekat sosok Muichiro yang kini duduk diseberangnya. Sesuatu hal yang besar hadir di dalam hatinya, mendorongnya untuk menghampiri Muichiro. Bahkan dia tak sadar jika Tanjiro sempat memanggil namanya. Telinganya tuli sesaat, hanya ada suara Tokito yang terngiang di kepalanya. Mata Kotetsu juga mengabaikan sekitarnya, dia hanya fokus memandang sosok Muichiro. Padahal anak itu belum memperkenalkan dirinya pada Kotetsu. Kotetsu bahkan juga sampai tidak sadar jika Sanemi dan Giyuu menatapnya kebingungan. Saat ini, Kotetsu hanya ingin memastikan satu hal. Siapa sosok yang terlihat sama seperti Tokito ini?

Kotetsu kini berdiri di samping Muichiro. Anak itu memutar badannya karena dia juga kebingungan. Kedua mata hijaunya berkedip lugu kala melihat Kotetsu yang masih memakai topeng uniknya. Semuanya terdiam, tidak ada yang bersuara. Kotetsu perlahan membuka topengnya. Memperlihatkan wajahnya yang kini sudah berlinangan air mata. Dia menangis dalam diam. Lalu tanpa permisi, Kotetsu menerjang tubuh kecil Muichiro. Menubruk anak itu dalam pelukannya. Kotetsu semakin menangis saat dia memeluk Muichiro. Rasa sesak didadanya semakin menjadi-jadi. Dia tumpahkan semua rindunya selama bertahun-tahun ini pada Muichiro yang dia sendiri tidak mengenal Kotetsu. Muichiro baru kali ini melihat Kotetsu.

KAZE MIZUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang