FIRE MIST

2.2K 145 164
                                    

Tidak ada yang jauh lebih menyegarkan dari menghirup udara di pagi hari. Udara yang masih bersih, dan suasana yang masih sejuk. Saat matahari baru mengintip bumi, dengan sinarnya masih malu-malu. Meski begitu, hari baru sudah tiba bukan.

Kediaman Sanemi pagi ini nampak sudah cukup sibuk. Beberapa orang yang kemarin bertamu dan menginap, kini terlihat sedang membereskan barang-barang mereka. Mereka hendak kembali hari ini. Mereka memutuskan untuk kembali pagi-pagi sekali sekaligus ingin sedikit berbelanja. Zenitsu dan Nezuko juga ingin mampir ke pasar kota untuk membeli beberapa makanan. Inosuke juga ingin segera kembali karena ia ingin segera bertemu dengan Aoi Kanzaki. Sementara Tengen, dia hanya mengikuti permintaan istri-istrinya.

Setelah selesai berkemas, mereka semua kemudian berpamitan pada keluarga Sanemi. Mereka juga bilang bahwa mereka akan berkunjung lagi kapan-kapan. Dan Sanemi akan selalu menunggu kedatangan mereka yang berikutnya dengan senang hati. Dari mereka semua, nampaknya Tanjiro Kamado tidak ikut untuk kembali bersama. Katanya dia masih ingin tinggal di kediaman Sanemi. Ada sesuatu yang ingin Tanjiro tanyakan katanya. Jadi dia memutuskan untuk menginap lagi. Hal tersebut tentu saja disambut dengan sangat baik oleh Giyuu. Mereka dulu sesama pengguna jurus napas air dan memiliki guru yang sama. Jadi tak heran jika Giyuu dekat dengan Tanjiro.

Setelah mengantar keberangkatan tamu-tamu mereka itu, Sanemi kembali masuk ke rumahnya. Dia berjalan menuju ke tempat favorit di rumahnya, yaitu taman belakang beserta terasnya. Baginya, disitu adalah tempat yang tepat untuk bersantai. Saat sudah disana, Sanemi melihat Tanjiro sedang asik mengobrol dengan Giyuu. Mereka berdua duduk berhadapan, dengan dua gelas teh hangat dan ohagi ada diantara mereka.

"Ah, Sanemi-san. Kemarilah." ajak Giyuu. Dan Sanemi langsung saja duduk di sampingnya. Tanjiro lalu menyapa Sanemi. Lalu mereka bertiga lanjut mengobrol. Tak lupa, Giyuu juga membuatkan teh untuk Sanemi.
"Ano, Sanemi-san. Bolehkah aku bertanya sesuatu?" tanya Tanjiro.
"Tentu saja."
Tanjiro nampak menggaruk pipinya, dia canggung. Agak malu juga.
"Ini mengenai Muichiro-san."
"Kenapa dengannya?"
Tanjiro nampak merapatkan kedua matanya. Wajahnya memanas. Melihat hal itu, Giyuu hanya terheran-heran. Gelagat orang malu-malu.
"B-bolehkah aku mendekatinya?"

Baik Giyuu maupun Sanemi, mereka berdua sama-sama cengo. Apa maksudnya ini? Jadi, Tanjiro ingin menginap lagi gara-gara dia ingin mendekati Muichiro? Serius? Jika iya, ini agak lucu memang. Tapi ya kita lihat saja dulu mendekati yang bagaimana maksud Tanjiro ini.
Giyuu memperhatikan ekspresi Tanjiro yang seperti sedang berusaha mendapatkan restu darinya. Jika dilihat-lihat, Tanjiro sekarang sudah dewasa rupanya. Dia tumbuh semakin tampan dan gagah. Sikapnya juga semakin dewasa namun tetap baik seperti dulu.
Giyuu tanpa sadar tersenyum tipis. Sepertinya dia mengerti apa maksud Tanjiro.

"Memangnya kenapa kau ingin mendekati Muichiro, hm?" tanya Giyuu.
Tanjiro lalu membuka kedua matanya, meski dia buta sebelah, tapi bola mata beriris indah itu masih ada disana.
Lalu dengan tegas, Tanjiro menjelaskan maksudnya itu pada Giyuu dan Sanemi. Dengan penuh keyakinan, dia menjelaskan semuanya. Mulai dari dulu, saat dia bersama Tokito berada di Desa Pembuat Pedang, sempat berlatih bersama, hingga kisah beralih saat kemudian mereka semua memulai pertarungan dengan Muzan, yang pada akhirnya ia tahu bahwa Tokito tewas dalam pertempuran. Kematian Tokito sangat membuat Tanjiro terpukul. Sesungguhnya dia menyukai sosok Tokito, namun Tanjiro saat itu tidak berani untuk mengungkapkannya karena dia merasa dirinya belum pantas untuk Tokito.
Hingga kematian Tokito saat itu pun, Tanjiro masih belum mengungkapkan perasaannya. Dan itu adalah penyesalan terbesar kedua dalam hidupnya.

"Maka dari itu, aku ingin mendapatkan hati Muichiro! Aku tidak akan takut lagi sekarang. Aku tidak ingin menyesal." tutur Tanjiro.

Sanemi hanya terdiam kala Tanjiro berkisah di depannya dan juga Giyuu. Memang benar Tokito dan Tanjiro pernah dekat saat mereka ada di Desa Pembuat Pedang. Namun siapa yang menyangka bahwa kedekatan mereka berdua berujung pada perasaan Tanjiro yang rupanya mencintai Tokito. Dan sayangnya, perasaan itu justru terkubur bersama jasad Tokito tanpa sempat diberitahukan. Tragis.
"Jadi, kau ingin meminta restu kami? Begitu maksudmu?" tanya Sanemi.
"Jika diijinkan. Aku akan buktikan terlebih dulu pada kalian."
Sanemi memicingkan kedua matanya. Dia sedikit ragu. Pasalnya Muichiro ini bukanlah Tokito. Lalu benarkah perasaan Tanjiro ini murni untuk Muichiro yang ini dan bukan untuk Tokito yang itu?
"Tapi dia bukan Tokito." kata Sanemi.
"Aku mengerti soal itu. Aku juga tidak memandangnya sebagai Tokito-san. Aku hanya ingin tidak menyesal lagi tentang perasaanku kali ini." balas Tanjiro.
"Jika memang begitu, silahkan saja. Namun ingat, jangan jadikan dia pelampiasan atas penyesalanmu pada Tokito. Bagaimana pun, dia bukan Tokito yang pernah kita kenal." kali ini Giyuu yang bersuara.
Sanemi sontak menoleh, dia melihat ke arah Giyuu. Sepertinya Giyuu sudah membukakan pintu gerbang untuk Tanjiro.
"Aku berjanji. Aku tidak akan melukainya, Giyuu-san."
"Sanemi-san, bagaimana?" tanya Giyuu.
Sanemi nampak diam sejenak, kemudian dia menghela napasnya.
"Aku ikut apa katamu saja." jawab Sanemi pada Giyuu.

KAZE MIZUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang