BELIEVE

5K 402 180
                                    

Tomioka Giyuu dan Shinazugawa Sanemi nampak sedang berlatih bersama sekrang. Walau mereka terlihat saling membenci, tetapi mereka selalu menyempatkan untuk latihan bersama. Latihan kali ini dilakukan di halaman kediaman Giyuu yang ada di bawah kaki gunung. Udara dingin dan kabut yang menyelimuti, tak menurunkan semangat latihan mereka.

Kedua nichirin itu saling berdenting satu sama lain sejak tadi. Beberapa pemburu iblis didikan Giyuu juga nampak antusias melihat kedua hashira ini berlatih. Yang satu bermuka datar dan yang satu berwajah psikopat. Beberapa anak didikan Giyuu sebenarnya mulai cemas karena Sanemi nampak begitu beringas dalam setiap gerakannya. Mereka khawatir jika Sanemi kehilangan kendalinya dan justru melukai Tomioka Giyuu.

Setelah hampir satu jam berlatih, Giyuu dan Sanemi sepakat untuk istirahat. Latihan kali ini selesai. Setelah saling membungkuk hormat, mereka berdua memutuskan untuk mendinginkan badan dengan cara berjalan santai mengitari hutan di sekitar kediaman Tomioka. Suasana asri dan sejuk memang menjadi tempat yang pas untuk merilekskan badan.

"Sanemi-san." panggil Giyuu yang berjalan di belakang Sanemi. Sejak tadi mereka tidak saling bicara. Giyuu hanya mengekori Sanemi.
"Lenganmu berdarah."
Sanemi pun lalu melihat lengan kanannya. Benar saja, ada luka sayatan yang cukup dalam di sana. Bisa-bisanya dia tidak sadar akan hal itu.
"Biar ku perban."
Dengan sigap, Giyuu lalu membersihkan luka itu dari darah yang mengalir kemudian membalut luka Sanemi dengan perban yang ia bawa.
"Sudah." ucapnya. Hasil yang rapi.
"Terima kasih." kata Sanemi.

Keduanya tidak ada yang kembali bicara. Hanya diam satu sama lain. Sanemi hanyut dalam pikirannya sedangkan Giyuu dalam diam memperhatikan wajah Sanemi. Agaknya sedang banyak pikiran, jujur Giyuu dibuat cukup cemas dan penasaran.
"Sanemi-san?" panggil Giyuu.
"Hm?"
"Sepertinya sudah mulai gelap, sebaiknya kita kembali." ajak Giyuu. Dan Sanemi menurut saja tanpa bicara apa-apa.

Tidak disangka, mereka berdua ternyata masuk cukup dalam ke dalam hutan. Yang mana sinar matahari memang tidak bisa terlalu menembus ke dalam hutan sekitar kediaman Giyuu meski di siang hari sekalipun. Hutan ini terlalu lebat. Tak heran jika beberapa iblis senang sekali bersemayam disana.
Baik Sanemi maupun Giyuu, mereka berdua juga sampai tak sadar jika waktu berjalan cukup cepat hingga mereka harus turun gunung dalam keadaan sudah gelap seperti ini.

"Sanemi-san, kenapa sejak tadi diam saja?"
Giyuu yang merasa tak betah dengan atmosfer ini pada akhirnya menanyakan hal itu pada Sanemi.
"Apa aku berbuat salah?" lanjut Giyuu penasaran. Lalu mereka berdua kini sama-sama berhenti.
Sanemi berbalik badan, ia menatap Giyuu yang sejak tadi mengekorinya.
"Tidak." jawabnya singkat.
"Lalu kenapa?"
Sanemi menaikkan sebelah alisnya. Memang sih ada sedikit hal yang mengganjal di hatinya sejak tadi.
"Kau dan Shinobu tidak ada dalam sebuah hubungan kan?"

Pecah telor! Akhirnya Sanemi mengutarakan sumber gundah gulananya. Rupanya Si Hashira Angin ini masih belum percaya jika Giyuu menolak Shinobu. Agak konyol memang.
"Tentu saja. Aku menolaknya waktu itu. Bukankah Sanemi-san juga ada disana saat itu?"
"Memang. Aku hanya ingin memastikannya saja."
Giyuu mengerjabkan kedua matanya. Bisa-bisanya seorang Shinazugawa Sanemi menggalaukan hal yang sudah jelas apa adanya. Benar-benar tidak disangka.
"Aku menunggu seseorang."
Tubuh Sanemi meremang seketika, bukan karena hawa dingin di gunung ini, tapi karena perkataan Giyuu yang barusan.
"Ku harap dia tidak sedang main-main dengan perasaannya."

Sanemi sukses dibuat canggung. Dapat dipastikan, Giyuu sudah mengetahui isi hatinya. Tapi Sanemi sendiri masih belum mau untuk mengatakan yang sesungguhnya. Sanemi belum ingin jujur akan perasaannya pada Giyuu. Sanemi masih ingin menyimpannya sendiri.
'Gawat. Sepertinya dia sudah tahu yang sebenarnya.' keluh batin Sanemi.

Srak!

Suasana romantis itu kini berubah seketika kala sebuah suara gesekan terdengar jelas di telinga Sanemi dan Giyuu. Jelas-jelas itu bukan suara angin.
"Tomioka!"
Giyuu segera menarik nichirinnya saat teriakan Sanemi diiringi kemunculan iblis dengan gerakan yang tidak main-main.
"Wah wah~ hashira ya."

KAZE MIZUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang